6 - ( posesif )

18 1 0
                                    

"Gas, tolong ambilin teko itu."

Agas dengan sigap mengambilkan nya untuk Sea, seperti biasa suasana rumah produksi tengah ramai karna jamnya bekerja.

"Celana nya kependekan Se, gak sekalian aja pake cd doang kerjanya."

Sea menginjak kaki Agas kesal karna mulutnya sangat tidak terkontrol. Padahal dari kemarin juga Sea memakai celana di atas lutut. Ya memang di sini kerjanya memakai pakaian bebas asal tidak mengganggu kerjaan. Kepala memakai hairnet dan baju dilapisi apron, itu saja yang wajib.

"Sakit bjir."

"Kemarin juga gue pakai ini ya Gas," tekanku.

"Iya dari kemarin sebenernya aku mau ngomong kalo lebih baik kamu pake celana panjang aja."

"Apaan sih, Gas."

Agas menunjuk pak Irham yang berada di luar kebetulan pintu terbuka.

"Dari tadi dia melototin paha kamu terus Se, aku paham isi otak cowok."

***

Tau tidak keesokan nya Sea benar-benar menurut untuk memakai celana yang lebih panjang kadang dia memakai dress di bawah lutut atau paling tidak memaki celana legging. Entahlah meskipun membantah ketika diomong oleh Agas tapi dia menuruti juga apa kata cowok itu.

Sea telah memberi makan ego nya Agas dan lelaki itu tentu saja sangat senang.

"Gas, rambut kamu udah panjang tuh gak mau di potong emang," celetuk kak Lin.

Sore ini semua kerjaan sudah beres. Agas, Sea, kak Fia beserta kak Lin tengah berbincang di teras rumah produksi sambil rehat setelah seharian kerja.

Ada kursi kayu yang panjang beserta dua kursi lagi yang single. Agas tengah rebahan beralaskan paha Sea, awalnya tentu saja ditoyor Sea mentah mentah tapi Agas tetaplah Agas yang keras kepala dia tetap melakukan nya tanpa rasa malu sedikitpun.

Sea mendengar ucapan kak Lin tangannya refleks menyisir rambutnya Agas yang lebat dan sedikit bergelombang. Memang sudah panjang tapi Sea suka itu karna Agas terlihat lebih dewasa dengan rambut gondrongnya.

"Mau sebenarnya kemarin juga udah mau pergi sama Riko tapi gak jadi."

"Kenapa gitu?" Tanya kak Lin penasaran.

"Soalnya Sea lebih suka rambut aku gini kak, lebih ganteng berkali-kali lipat katanya."

Aku langsung melotot dan menarik rambut Agas kesal. Gila ngomongnya asal aja. Bikin malu Sea saja.

"Bukan gitu ya soalnya kalo rambut Agas panjang gini gampang buat jambaknya."

"Aw, aw, ampun Se.. " Sea memperagakan menjambak rambut Agas tidak terlalu keras sebenarnya tapi Agas kan anaknya memang lebay.

Tawa kami bertiga bergema kecuali Agas yang tengah meringis kesakitan sampai kepalanya di tarik menjauh.

***

Aku, Agas dan kak Fia tengah makan malam bertiga. Ini atas permintaan ku walaupun awalnya Agas menolak karna tidak ingin ada orang lain katanya dia hanya ingin makan berdua tapi setelah aku bujuk akhirnya dia mau juga.

Kak Fia yang sudah dewasa selalu menengahi perdebatan ku dengan Agas dia berkali-kali mengancam Agas untuk jangan menyakitiku.

"Awas ya Gas, gue bunuh lo kalo sampe lo nyakitin adik gue. Bukan lo aja siapapun yang nyakitin dia harus berhadapan sama gue."

Aku terkekeh lalu memeluk kak Fia dari samping senang karna ada yang membela. Sementara Agas yang merasa terkucilkan hanya mendengus kesal.

"Ya kali gue nyakitin Sea, ngeliat dia ke gores dikit aja rasanya gue yang mau mati."

***

"Aku gak suka tau Se."

Sea menoleh ke arah Agas dengan raut bingung keduanya tengah duduk berdua di sofa ruang tamu mess. Sementara yang lain ada yang keluar cari makan ada juga yang sudah tidur.

"Gak suka apa sih, soal gue pake celana pendek?" Tanya Sea karna dia memakai setelan baju tidur dengan celana di atas lutut tapi ini kan mau tidur siapa juga yang liat ya kecuali Agas dan kemungkinan si Riko. Tapi mana berani sih Riko yang ada di colok matanya nanti sama Fera.

Agas menggeleng. Sea tengah rebahan dengan kedua kaki dipangkuan Agas lima menit lalu dia merengek pegal pada lelaki itu dan dengan sigap Agas memijit kaki Sea.

"Aku gak suka kalo kak Fia ada mulu pas kita lagi makan lah atau ganggu momen kita lagi berdua, dia ganggu banget sumpah kayak gak punya kegiatan lain aja selain ngintilin kita."

"Kamu kenapa sih Gas, kak Fia tuh udah kayak kakak aku sendiri."

"Iya aku tau, tapi emang gak bisa gak ganggu kita sehari aja. Muak aku."

"Kamu gak sadar ya Gas, kamu juga punya kakak lho dan aku gak pernah tuh permasalahin apapun tentang itu."

Agas tampak kaget karna dia mungkin tidak berpikir ke sana. Lalu dia hanya diam tapi tangannya masih terus memijat kaki ku. Agas itu tau banget cara memperlakukan cewek dengan baik dan dia perhatian sekali meskipun kadang tidak peka.

MOVE ON (Hiatus) 18+ ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang