Bian 1.2

8 0 0
                                    

Terkadang sebuah kejujuran memang harus dipaksakan

-Sweet Scar-



Tangan yang dilapisi gelang GUCCI itu sudah terangkat tinggi, bersiap mendarat di pipi Bian yang hanya bisa menutup matanya rapat-rapat dan Bersiap untuk rasa sakit yang akan diterimanya.

Satu detik...dua detik...

Tunggu, kenapa Bian belum juga merasakan pedih di wajahnya? Perlahan Bian membuka matanya, butuh beberapa saat hingga matanya dapat menyesuaikan dengan sinar matahari yang kini berada tepat di depan matanya.

Apakah ini saatnya seorang pangeran berkuda putih menyelamatkan ku? Ujar Bian dalam hati berusaha untuk menghibur dirinya sendiri.

"Jangan sentuh Bian, Kin!"

Seluruh orang di sana lansung menatap cowok itu dengan pandangan kaget, terutama Kinan. Sesaat kemudian cowok itu melanjutkan, "Nanti tangan kamu kotor,"

Oh, ok, tentu saja, tidak mungkin Asta tiba-tiba saja mendapatkan hidayah. Bian sedang bermimpi kalau itu benar-benar terjadi.

Asta menghapiri Bian. Cowok itu mendekatkan bibirnya ke telinga Bian kemudian mulai berkata dengan suara yang pelan. "Makannya lain kali jangan sampai lo buat masalah sama gue. Ngerti?!"

Dengan takut-takut Bian mengangguk paham, perlahan Asta pun mundur dan kini kembali Kinan yang mengambil alih. Menatap Bian dengan tajam kemudian berujar, "Kalian aja yang urusin dia, gue sama Asta masih punya urusan,"

Kinan pun berbalik ke arah Asta lalu Thalia dan Chani maju menggantikan. Dimulailah pembullyan dari dua orang itu yang sesekali ditambah oleh Alfi dan Nadif. Setelah beberapa kali mendoron, memaki, dan mencaci Bian dengan segala macam susunan kata yang bisa mereka lakukan, Chani menaikkan tangannya tinggi-tinggi berniat untuk menampar dan sepertinya kali ini akan benar-benar terjadi.

Satu detik...dua detik...

Tunggu, sepertinya yang kali ini juga gagal. Bian sudah menutup matanya cukup lama namun, tetap belum ada rasa pedih yang mejalar di pipinya. Apa mungkin ada lagi satu cowok yang berlagak seperti Asta, oh ayolah, kita cepat selesaikan tamparan ini agar Bian juga bisa pulang. Bian aku ia memang takut tapi, harus Bian akui dirinya sudah cukup malas untuk melanjutkan sinetron yang sedari tadi terus bersambung di saat-saat genting.

Baiklah, ia akan membuka matanya. Kali ini sinar mata benar-benar terik hingga Ash tidak bisa membuka matanya sepenuhnya. Begitu angin bertiup dahan-dahan pohon juga ikut bergerak, awan pun ikut bergerak penutupi sinar matahari yang bewarna jingga.

Saat matanya terbuka sepenuhnya Bian melihat sesosok yang familiar berdiri dihadapannya, melindungi dengan menahan tangan Chani yang masih terangkat tinggi.

"Maaf kalau kalimat gue kasar tapi.... Kalian udah kayak babu aja ngikuti semua yang tu cewek mau. Kalian manusia, kan?" Ujar seorang siswi berjaket merah yang menahan tangan Chani yang tinggal beberapa senti lagi dari Bian.

Belum sempat siapapun di sana bergerak mendekat siswi itu lansung mengunci tangan Chani hingga ia berteriak kesakitan.

"Awww!!! Lepas!!! Lepas!! Sakit!!"

Kinan yang ternyata masih ada di sana bersama dengan Asta, melihat anak buahnya diperlakukan seperti itu lansung naik pintam dan lansung menarik siswi itu hingga terlepas dari Chani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang