Tok tok tok ~
Malam-malam sekitar pukul tujuh, Jay mengetuk pintu rumah keluarga yang, setrlah beberapa menit menunggu akhirnya pintu dibuka dan disambutlah jay oleh ayah jungwon.
" Eh jay, masuk dulu nak." Ayah jungwon mundur dan jay pun masuk ke dalam.
" Duduk dulu, om ambilkan minum ya." Saat akan beranjak, jay mencegah. "Gak usah repot-repot om, jay cuma mau nganter bingkisan dari ayah."
Ayah jungwon tersenyum dan kembali duduk. Kemudian mengambil bingkisan tersebut. Isi nya hanya oleh-oleh, karena ayah jay baru saja pulang dari luar negeri.
" Aiyoo, makasih banyak ya, om waktu itu becanda doang minta bawain buah tangan, eh di bawain beneran, kan jadi enak–eh jadi gak enak maksudnya hahaah." Jay tertawa mendengar sahabat ayahnya itu.
" kenapa ayahnya beda banget sama anaknya, yang onoh malah kayak kucing garong, marah-marah mulu." Batin jay.
"Ah iya om sama-sama, kalo gitu jay pamit ya." Saat akan berdiri, ayah jungwon melihat anaknya turun dari tangga, lalu memanggilnya. "Jungwon."
Kebetulan posisi tangga membelakangi ruang tamu, jadi jungwon gak liat ada tamu atau engga. " Lah si burik disini, ngapain ?" Monolognya saat berjalan menghampiri sang ayah.
" Kenapa yah? Uwon mau ke dapur ini haus." Tanya nya, dengan muka bantal dan luka lebam bekas kejadian di sekolah.
Jay hanya diam memperhatikan ayah dan anak tersebut.
" Temenin jay ngobrol dulu, ayah mau nyimpen ini." Diangkatnya bingkisan tersebut. Dengan alis menukik jungwon mencoba menghindar jika harus berduaan dengan musuhnya itu. " Engga ah, kan tinggal di suruh pulang aja, ngapain juga namu malem-malem gini."
" Anak manis mulutnya gak boleh gitu ah, udah temenin dulu, nanti ayah bawain minum." Dengan terpaksa jungwon duduk menemani jay, hanya berdua, hening dan mereka pun tak tahu harus bagaimana.
Karena Muak terus menerus hening, jay mengawali obrolan. "Napa muka lu? Kayak habis maling ayam."
Jungwon berdecih. " Tampang begini ya kali jadi maling, gue bisa beli pabrik ayam nya."
" Sombong amat."
" Ngapain si lu malem-malem namu di rumah orang?"
" Lah, gue disuruh sama ayah, kalo gue nolak nanti jadi malin kundang, dikutuk jadi kodok, ogah."
Jungwon terkekeh, entah candaan jay terdengar lucu kali ini, namun karena lebam nya masih kerasa, jungwon meringis. "Eh sakit ya?"
Jungwon mendelik. "Lu pikir?"
"Kenapa gak ngehindar ?" Jungwon memajukan wajahnya. " Lu pikir, manusia semungil gue di hadapkan sama manusia tiang listrik itu bisa ngehindar? Keburu di tarik anjir."
" Masalah apaan si sampe berantem kayak gitu?"
" Kepo bet dah." Jay melengos. " Sensi mulu kucing garong."
" Berisik lu burik."
" Katanya lu godain ceweknya?"
" Gak ada ya, fitnah itu." Jay mengangguk. " Kayaknya ada yang gak suka sama lu, makanya fitnah lu."
Jungwon menunduk. " Tau ah setan tu orang, bisa-bisanya, awas aja kalo sampe gue tahu siapa dalang dibalik ini."
" Jangan macem-macem deh lu, nanti bonyok lagi."
" Lah lu siapa larang-larang gue?"
" Pd bet lu, maksud gue jangan cari masalah di sekolah, nanti lu bonyok, guru tau, terus manggil ortu lu ke sekolah mau? Nanti osis juga yang di salahin kareba gak becus kerja nya."
" Ya, mau gimana lagi, gue kesel banget, orang gak salah juga anjir ah." Dumel nya.
Jay menggeleng. Kemudian karena ayah jay lama gak balik lagi, jay inisiatif pulang duluan waktu semakin malam. "Pulang dah gue, titip salam aja buat ayah lu."
"Yaudah sana pulang, bukannya dari tadi." Ucapnya pelan di akhir.
Jay pun pulang dari rumah jungwon, di jalan tiba-tiba saja ia kepikiran siapa yang tega memfitnah pria mungil nan manis itu.
" Otak gue beneran udah koslet kayaknya." Monolognya sambil menggelengkan kepala.
To Be Continued »
KAMU SEDANG MEMBACA
Vijand ✓ || Jaywon
FanfictionCerita klasik si, ada istilah " jangan terlalu membenci seseorang, nanti jadi cinta" disclaimer: bxb harsh word fake situation Cerita ori 💯 Sekali lagi yang gak suka boleh skip>> start : 23/03/03