06. Di Grepe-grepe Ani-ani

326 34 1
                                    

Target, 45 vote and 20 comment. Bisa?
Teteh up prat selanjutnya. Ingat! Tanpa Comment "LANJUT" DLL.

Happy Reading!..

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.

Malam hari ini begitu mencekam, tidak ada bulan dan bintang yang menghiasi langit, hanya terdapat awan hitam.

Mobil Porsche milik Naren yang dikemudian oleh jingga melaju cepat dijalanan yang sepi menuju suatu tempat.

Mobil tersebut berhenti didepan sebuah bangunan yang ramai akan wanita berpakaian minim. Nightclub.

Jingga keluar dari mobil diikuti naren dan haikal mereka masuk kedalam dengan langkah tenang berbeda dengan aura mereka yang. Mencekam.

Seketika pendengaran mereka terisi oleh hiruk priuk orang-orang yang berjoget ria diiringi musik DJ.

Haikal memandang jijik setiap sofa karna terdapat orang-orang yang melakukan maksiat.

"Kalo bukan karna si marzi, ogah gw kesini. " gumam haikal pelan.

Jingga memilih sibuk dengan ponsel nya sedangkan naren ia bertanya kepada kasir dilantai berapa ruangan marzi.

Setelah mengetahui lantai berapa, tiga pemuda yang kompak mengenakan kaos hitam dengan kolor sepaha itu, berjalan menuju lift.

Mereka masuk lalu naren memencet lantai 2.

Tiga pemuda itu menunggu hingga pintu lift terbuka.

Ting!.

Saat terbuka tiga pemuda tersebut berjalan ke lorong kanan.

Brak!

Bunyi pintu yang dibuka kasar oleh haikal.

Di ruangan itu, ah tidak tidk cocok lagi disebut ruangan, karna sudah seperti kapal pecah.

Haikal menghampiri marzi yang tergeletak di kasur dengan wajah datar serta sorot mata yang memancarkan emosi.

Ia membanting botol yang marzi gengam sampai sang empu bangun.

Sret

Prang!.

"Shhss" marzi meringis memegangi kepalanya yang berdenyut.

Ia berusaha duduk, matanya terbuka perlahan. Pemuda dengan kemeja putih itu terkejut karna didepannya terpampang jingga, naren dan haikal sama-sama memasang wajah yangg mengerikan.

"Seberat itu masalah lo, sampai melencang dari jalan allah?? " tanya naren dingin, ia bersedekap memandang marzi datar.

Marzi hanya menundukkan kepalanya tak berani menjawab.

"Harusnya lo sholat, ngaji! Minta petunjuk sama yang maha kuasa, bukan malah nambah dosa. Mikir mar! Otak dipake. " tambah haikal, sama seperti naren ia berujar dengan nada dingin. Tapi ekspresinya lebih menyeramkan.

Jingga maju ia mencengkram kuat kerah kemeja marzi, lalu memberikan satu pukulan tepat di rahang pemuda tersebut.

Naren dan haikal tidak perduli, karna marzi pantas mendapatkan itu, menurut mereka.

Rumah nomor 7 | NCT DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang