04. RESMI BERKENALAN

93 13 2
                                    

Aku saranin kalo baca sambil puter musik apapun yang bisa naikin mood kalian yaa 💞

Happy reading!







"Reana, kamu nggak belajar kak?"

Suara milik Ayah Reana berhasil membuat Reana yang sedang bermain handphone diruang keluarga menoleh. Perempuan itu hanya tersenyum tipis sebagai respon.

Mamah Reana yang sedang sibuk melipat baju ikut menyahut. "Reana kan baru selesai ujian kemaren Pak, dapet ranking dua lagi. Nggak papa, rehat sejenak,"

Ayah Reana lalu mengambil duduk disebelah Reana. Laki-laki berkepala empat itu mendengus, tampak tidak setuju dengan ucapan istrinya. "Masih ranking dua, jangan cepet merasa puas kak,"

Lastri tampak menghela nafas, ia menatap jengah suaminya. "Jangan mulai ... "

"Pendidikan itu penting kak," Ayah Reana mulai berbicara.

"Ayah tau, pasti difase kamu sekarang pengen nya seneng-seneng, bebas main sana sini sampe lupa waktu, lupa kalo kamu juga punya tanggung jawab di masa depan," jelas Ayah Reana.

Seperti biasa, Reana hanya diam mendengarkan.

Reana tidak bisa membenci Ayahnya yang sering menuntut nya untuk mendapat nilai dan ranking yang tinggi. Karena menurut Reana, semua orang tua pasti memiliki cara tersendiri untuk mendidik anak-anaknya. Selama tidak berlebihan, tidak apa-apa. Lagi pula, Reana masih terlalu kecil untuk menentukan masa depan nya yang masih abu-abu ini.

"Kamu nggak pacaran kan?" tanya Ayah tiba-tiba.

Reana mendongak, lalu menggeleng cepat. "Enggak yah, Reana nggak pacaran." balasnya.

Bima menganggukan kepalanya. "Bagus,"

"Pacaran di masa sekarang ini cuma buang-buang waktu kak, senangnya cuma sementara, karena nggak selamanya cerita cinta itu indah. Jangan mau rugi, kamu masih muda, fokus saja sama masa depan, paham?" jelas Bima.

Reana mengangguk lagi, "Paham, Ayah."

Ya, tidak ada yang salah dengan ucapan Ayahnya. Reana tidak bisa membantah ataupun protes dengan hal itu, karena memang seperti itu faktanya. Benar bukan?

"Masih inget sama janji kakak ke Ayah, kan?" tanya Bima.

Reana tersenyum seraya mengacungkan jempol nya. "Selalu inget."

Sama halnya dengan Reana, Bima juga mengacungkan jempol nya, tidak lupa dengan senyum diwajahnya. "Anak Ayah hebat."

Reana menatap lekat wajah Ayahnya, cinta pertamanya. Lalu berganti memandang Ibunya, perempuan itu tersenyum, rupanya ia ikut mendengarkan komunikasi antara Anak dan Ayah ini. Kadang Reana berpikir, kalau mereka nggak ada, dunianya akan seberantakan apa ya?

Meski Reana tau waktu itu pasti akan tiba, entah mereka duluan, atau malah ia yang lebih dulu pergi. Reana tidak tahu. Yang jelas, Reana akan usahakan senyum itu tidak akan pudar.

Reana adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang adik laki-laki yang baru duduk dibangku SD. Ayahnya—Bima, adalah seorang karyawan wiraswasta di salah sutu kantor, sedangkan Ibu Reana memiliki toko roti yang cukup terkenal di daerahnya. Bisa dibilang, Reana masuk kedalam golongan masyarakat menengah, segala sesuatunya tercukupi. Dan Reana bersyukur sekali dengan hal itu.

                                                  ***

Waktu cepat berlalu, siang berganti malam, detik menjadi menit, menit berubah menjadi jam. Sama halnya seperti hari. Reana menjalankan aktivitas hari nya seperti biasa. Bangun, makan, sekolah, pulang dan belajar. Selalu seperti itu. Membosankan ya?

Stranger Again?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang