Keesokan paginya
Matahari bersinar memasuki ruangan melalui celah horden yang tidak tertutup rapat.Byanca akhirnya bangun.
Setelah meregangkan otot ototnya, Byancapun beranjak dari tidurnya dan bergegas untuk mandi.
Setelah mandi Byanca pun bersiap untuk berangkat ke kampus, ia ada kelas pagi ini bersama Dinda tentunya.
Setelah selesai bersiap, Byanca akhirnya keluar dari kamar itu, Ia bergegas ke dapur dengan niatan ingin membantu pada pelayan disna.
" Good morning bik " ucap Byanca kepada para pelayan didapur.
" Pagi non, ada apa datang ke dapur, apakah non Byanca butuh sesuatu?? " Tanya salah satu pelayan itu.
"Ah tidak bik, Byanca hanya ingin membantu kalian " sahun Byanca sopan.
" Tidak perlu non, ini sudah selesai, tinggal di tata di meja makan saja" sahut pelayan itu.
" Baiklah, Byanca bantu bawa ke meja makan saja " ucap Byanca yang segera bergegas mengambil salah satu mangkuk yang berisi lauk.
Belum sempat pelayan itu melarang Byanca sudah lebih dulu membawa mangkuk itu.
Mau tak mau akhirnya pelayan itu membiarkan Byanca membantu mereka.
Disisi lain Atlas baru selesai mandi, ia bergegas bersiap untuk ke kantornya.
Atlas tampak tampan dengan setelah kerjanya yang sangat formal dan rapih.Setelan kerja itu membuat ketampanan Atlas bertambah.
Setelah selesai bersiap Atlas segera keluar dari kamarnya untuk segera turun sarapan.
Namun langkah nya terhenti, ia tak sengaja melihat Byanca yang tengah membantu para pelayan untuk menyiapkan sarapan, Atlas melihat nya dari depan pintu kamarnya.
Tanpa di sadari Atlas tersenyum tipis nyaris tak terlihat.
Tanpa Atlas sadari ada sepasang mata yang melihat nya yang tengah melihat Byanca dari kejauhan.
" Hahhhhh!!!!, ini nyatakan, Atlas melihat seorang gadis???, ini beneran putraku Atlas" batin Bella.
Ya Bella lah yang melihat Atlas yang tengah memperhatikan sahabat putrinya itu.
Tak lama, suara pintu terbuka, membuat lamunan Atlas buyar seketika.
" Pagi kakak " ucap Dinda yang baru saja keluar dari kamarnya.
Dinda sudah rapih dan siap pergi ke kampus." Pagi " sahur Atlas dingin.
" Ckk. Ternyata dia masih kulkas " ketus Dinda yang masih terdengar oleh Atlas.
" Aku bukan kulkas " jawab Atlas tidak suka jika adiknya itu menyebutnya sebagai kulkas.
" Kau memang kulkas kak, bahkan kulkas dua pintu" sahur Dinda.
" Sudah ku bilang, jangn menyebutku kulkas " kesal Atlas.
" Jika kau terus bersikap dingin seperti itu, kapan kau akan mendapatkan istri, tidak akan wanita yang akan menyukai mu " ceramah Dinda pada sang kakak.
" CK, bocah ini sok tau " sahut Atlas dan langsung meninggalkan Dinda dan turun untuk sarapan.
Dinda pun mengikuti kakaknya untuk turun sarapan. Begitu juga dengan Bella dan juga suaminya.
" Good morning " sapa Byanca pada semua yang datang.
" Good morning " sahut mereka kompak.
" Apa kau memasak?? " Tanya Dinda pada sang sahabat.
" Ah tidak, tadinya aku ingin membantu, tapi mereka semua sudah selesai memasak, akhirnya aku hanya membantu mereka menyusun ke meja makan saja " jawab Byanca dengan senyuman manisnya.
Atlas terus mencuri pandang untuk sesekali memperhatikan wajah cantik milik Byanca itu.
Bella terus memperhatikan putranya itu.
Mereka pun akhirnya makan tanpa berbicara, hanya ada suara alat makan saja.
Setelah selesai sarapan Byanca bergegas untuk merapihkan sisa sarapan mereka.
" Eh Byanca sayang, apa yang akan kau lakukan ??? " Tanya Bella.
" Byanca mau merapihkan sisa sarapan ini Tante " jawab Byanca sopan.
" Tidak perlu nak, biar para pelayan saja yang akan merapihkannya " jawab Bella .
Mau tak mau Byanca tidak jadi merapihkan sisa sarapan mereka.
"Byanca, ayo kita berangkat" ajak Dinda.
" Ayo !! " Jawab Byanca
Mereka berdua akhirnya pamit pada kedua orang tua Dinda.
Mereka pun akhirnya pergi.
Tak berselang lama, akhirnya Atlaspun juga ikut pergi menuju ke kantornya.
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK KAKAK SAHABATKU
Roman d'amourByanca Arora adalah gadis yatim piatu berumur 21 tahun. ia hidup seorang diri di kontrakan kecil, dia harus bekerja paruh waktu demi bisa membiayai hidup nya dan juga kuliah nya. Byanca memiliki sahabat yang bernama Dinda Herlangga. siapa sangka pe...