Pagi-pagi sekali Alia sudah sibuk di dapur membuatkan bekal makan siang untuk suaminya. Rozan turun dari kamar dan langsung memeluk istrinya dari belakang.
"Memangnya sudah tidak alergi lagi dengan bau bawang putih, hm?" tanya Rozan dengan berbisik di telinga Alia.
"Sudah tidak lagi, Mas," jawab Alia sambil mengoseng bumbu. Hari ini ia akan memasak cha kangkung dan cumi pedas asam manis.
Sejak Alia dinyatakan hamil oleh dokter, selama trimester pertama dia sangat alergi dengan aroma bawang putih. Jadi, hampir selama tiga bulan perempuan itu tidak pernah menyentuh dapur untuk memasak. Untuk sarapan, biasanya Rozan membeli sayur matang di warung. Siangnya, Alia bisa pesan makanan online sesuai seleranya. Lalu untuk makan malam, Rozan yang akan terjun ke dapur untuk memasak.
"Sayang, hari ini kamu cantik sekali." Rozan mencium pipi Alia.
"Memang biasanya tidak cantik?"
"Ya sudah pasti cantik, dong! Di mata saya, kamu akan selalu menjadi perempuan paling cantik. Tapi, hari ini kamu lebih cantik dari biasanya. Dan itu membuat saya jatuh cinta lebih dalam lagi sama sampean." Rozan kembali mendaratkan ciumannya di pipi Alia.
Hal itu membuat pipi Alia bersemu merah. Fokus memasaknya jadi terganggu akitbat ulah Rozan.
"Sudah ah, Mas. Mandi dulu sana, nanti terlambat ke sekolah."
"Masih pagi sayang.." Rozan malah semakin mempererat pelukannya.
"Mas kalau njenengan peluk saya terus saya jadi nggak bisa masak. Nanti gosong ini masakan saya!" Alia membalikkan badannya sambil mengangkat spatula.
"Oke, sebelum saya mandi, cium dulu boleh?"
Bukannya takut, laki-laki itu malah justru semakin tertantang untuk menggoda istrinya.
"Mas!"
Alia kembali mengangkat spatula di tangannya, bersiap memukul Rozan. Namun tangan Rozan lebih gesit untuk memegang lengan Alia. Laki-laki itu kembali mendaratkan ciumannya di pipi Alia.
Cup
"Satu-kosong!" Rozan berseru sambil berlari kecil menuju kamar mandi.
"Maaassss!" Alia berteriak. Suaminya bebenar-benar berhasil membuat pipinya memerah.
"Sudah sampean masak dulu sana! Saya mau mandi!" teriak Rozan yang sudah berada di dalam kamar mandi.
Jika tidak sedang memasak, ingin rasanya Alia berlari menyusul suaminya lalu mendaratkan cubitan di lengan Rozan seperti biasanya. Namun, Alia harus fokus dengan masakannya lagi. Perempuan yang rambutnya dijepit separuh itu mencoba mencicipi masakannya, lalu menambahkan sedikit garam dan kaldu ayam.
~0o0~
"Sayang, jam tangan saya yang hitam di mana, ya?" tanya Rozan dari kamar atas.
"Ada di laci meja nomor dua, Mas. Saya taruh di situ karena kemarin njenengan lupa naruh jamnya di kamar mandi," jawab Alia sambil menata bekal untuk suaminya.
Sejak menikah dengan Rozan dan hidup jauh dari hiruk pikuk pesantren, Alia belajar mengurus rumah sendiri. Mulai dari memasak, bersih-bersih, semua dia lakukan sendiri. Beberapa kali Rozan menawarkan untuk mencari rewang, tapi Alia selalu menolak dengan alasan perempuan itu memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
Selain itu, Alia juga pernah memberikan alasan kalau pekerjaan perempuan yang paling mulia adalah menjadi ibu rumah tangga yang bisa mengurus rumah dan keluarganya.
Dua tahun menikah bukan waktu yang sebentar untuk Alia bisa belajar menjadi istri yang bisa mengurus rumah dan suami. Dua tahun juga bukan waktu yang mudah dilalui oleh pasangan ini sebagai suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merhaba Alia 2
Teen FictionJika Tuhan tidak pernah keliru dalam menentukan takdir, lalu apakah bertahan dalam keadaan ini adalah pilihan yang paling baik?