Dua ~ Buket Bunga Lily

14 2 0
                                    

Saat kita percaya dengan kebahagiaan yang telah Allah siapkan, maka Allah akan memberikan kita rasa bahagia melebihi apa yang kita bayangkan

~

Sayang, maaf ya hari ini saya pulang terlambat. Pulang sekolah saya mampir ke toko dulu. Saya usahakan sudah sampai rumah sebelum maghrib.

Sebuah pesan masuk dari Rozan mengabarkan kalau hari ini dia akan pulang terlambat. Biasanya, sebelum pukul tiga sore Rozan sudah sampai di rumah. Menjadi guru di sekolah swasta masih menjadi salah satu pekerjaan Rozan selain mengurus usaha toko sovenir.

Iya, Mas. Mau dimasakain apa sore ini?

Alia membalas pesan Rozan, lalu menyeruput seduhan teh hangat yang baru saja dibuatnya.

Apa saja, Nduk.

Apapun yang kamu masak saya selalu suka.

Rozan memang tidak pernah meminta untuk dimasakkan sesuatu. Ia selalu melahap habis setiap masakan yang dibuat Alia. Hal itu membuat Alia bingung harus menyediakan masakan yang berbeda setiap hari.

Sesekali coba request lah, Mas. Mau tumis atau apa?

Di kulkas ada bahan masakan apa saja?

Alia meletakkan cangkirnya di meja dapur lalu berjalan menuju kulkas untuk memeriksa isinya. Ia mengirimkan foto yang menangkap keseluruhan isi kulkas kepada suaminya.

Selang beberapawaktu, Rozan membalas pesannya.

Tumis brokoli saja, sama sambal tomat seperti biasanya, boleh?

Alia tersenyum sembari menutup kembali kulkasnya.

Boleh, Mas. Kalau gitu aku masak dulu, sampai ketemu di rumah (emoji love).

Perempuan yang mengenakan daster selutut itu berjalan ke dapur sembari mengelus perutnya. Saat di dalam rumah dan tidak ada orang, Alia mulai terbiasa memakai daster dan tidak berhijab. Tidak seperti di Darun Naja yang setiap sudut rumah selalu ramai oleh mbak-mbak atau kang-kang santri. Di rumah ini, Alia bisa bebas menjadi diri sendiri dengan tidak mengenakan hijab di dalam ruangan.

Sebenarnya, saat di Darun Naja Alia juga memeiliki beberapa potong pakaian pendek. Namun, pakaian itu hanya bisa dia kenakan saat tidur di dalam kamar saja. Namun, di rumah ini Alia bisa merasa lebih bebas untuk mengenakan pakaian pendek di dalam rumah. Tentu saja, semua pintu dalam keadaan tertutup.

Meski sudah tidak lagi tinggal di ndalem pesantren, hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa dirinya tetaplah seorang perempuan yang harus selalu menjaga dan menutupi hal-hal yang harus dia jaga.

"Adek, bantuin ibu masak untuk ayah, ya." Alia mengelus perutnya yang semakin hari semakin membuncit.

"Sayang, sehat-sehat ya di perut ibu sampai kita bertemu di dunia ini. Nanti, kalau kamu sudah besar, akan ibu ceritakan bagaimana rasanya menjadi ibu yang sangat dicintai oleh ayahmu."

Alia menaruh brokoli ke dalam wadah untuk dicuci. Saat hendak menyalakan kran, tiba-tiba hpnya berdering. Nama Mbak Ratih tertera jelas di layar. Alia segera mengangkat teleponnya.

"Assalamualaikum, Mbak." Alia menyapa. Ia menyalakan loudspeaker di hpnya supaya suara Mbak Ratih terdengar jelas.

"Waalaikumsalam, Dik. Apa kabar? Sehat?" tanya Mbak Ratih di seberang telepon.

"Alhamdulillah baik, Mbak. Mbak Ratih apa kabar?"

Alia menyalakan kran untuk mencuci brokoli.

"Mbak baik, Dik. Kandungan kamu bagaimana? Masih suka mual?"

Merhaba Alia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang