Arif membulatkan matanya kemudian bergumam, "Suara itu."
"Suara yang pernah aku dengar, dan kata bapak suara itu menandakan akan adanya nasib buruk atau orang meninggal, itu berarti, ah sudahlah lebih baik aku tidur,"
Arif yang memang sudah mengantuk, memutuskan untuk mematikan televisinya kemudian beranjak ke kamar untuk tidur. Suara dari burung itu masih terdengar sangat keras di telinga Arif, namun ia hiraukan. Pikiran-pikiran aneh mulai muncul dalam benak Arif, mulai dari pikiran tentang asal burung itu, sampai mengapa burung bisa tau suatu nasib buruk yang akan menimpa.
"Akhhh, mendingan aku tidur aja dah daripada telat bangun." Ucapnya lalu merebahkan tubuhnya di kasur kamarnya.
***
Matahari masih belum sepenuhnya terbit di ufuk timur. Arif terbangun dari tidurnya, ia akan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat subuh. Ada 2 masjid di desa itu yang salah satunya adalah mushola, namun yang dekat hanyalah mushola yang terletak tak jauh dari rumahnya.
Suara adzan sudah berkumandang, Arif bergegas mengambil wudhu kemudian melangkahkan kakinya menuju mushola.
Setelah selesai sholat subuh, ia pulang ke rumahnya. Namun, sesuatu yang aneh terjadi, suara burung itu kembali terdengar dan yang lebih anehnya lagi, kilatan cahaya aneh muncul dari langit membentuk siluet sebuah benda. Tak biasanya terjadi seperti itu.
Bulu kuduk Arif mulai berdiri, ia bergegas pulang ke rumahnya. Sesampainya ia di rumah, Arif langsung masuk rumah dnegan tergesa-gesa. Ibu Arif yang melihatnya tentu bingung dengan kelakuan Arif.
"Assalamualaikum." Ucap Arif sembari masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa.
"Waalaikumsalam, eh-eh. Kamu kenapa?" tanya ibu Arif dengan raut wajah bingung.
"Buk, suara burung itu terdengar lagi. Tapi bukan hanya itu, aku juga melihat kilatan cahaya aneh dari langit," terang Arif pada ibunya.
"Ah, kamu ini. Itu pasti cuma kilatan petir, di pagi hari terutama waktu subuh, kilatan petir seperti itu sudah biasa terjadi di sini, emang kamu gak ingat? Dulu kan juga kamu sering sholat subuh sama bapak," sahut ibu Arif.
Arif diam tak bergeming, pikiran di otaknya berputar-putar, "Jika benar itu kilatan petir, kenapa kilatan itu mirip sekali dengan sebuah benda? Dan kenapa pas sekali dengan suara burung itu yang tiba-tiba beebunyi,"
Bapak Arif muncul dari depan pintu, "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab mereka berdua.
"Kenapa tadi kamu lari-lari? Bapak aja sampe kewalahan ngejar kamu," tanya bapak Arif kepada Arif.
Arif yang mendengarnya hanya tersenyum tipis seraya berkata, "Gak papa pak, tadi cuma pengen cepet sampe aja."
Ibu Arif yang mendengarnya hanya diam tak berucap, kemudian ia melangkah masuk ke dapur untuk memasak. Bapak Arif yang sebenarnya tau apa yang dipikirkan Arif mengajaknya duduk di teras rumah. Mereka berdua berjalan ke teras rumah mereka.
"Coba cerita, gak usah ditutup-tutupi." Perintah bapak Arif sembari memegang pundak Arif.
Arif masih diam tak bergeming, ia bingung. "Bapak ngomong apa sih?"
Bapak Arif yang melihat raut kebingungan Arif tertawa lepas, ia kemudian berucap sekali lagi.
"Coba kamu ceritakan, kenapa tadi kamu lari-larian seperti itu? Masa takut sama hantu? Perasaan udah gede,"
"Apasih, Pak. Ya gaklah, yakali seorang Arif takut sama hantu, yang ada hantunya tuh yang takut sama Arif," sombong Arif.
"Elehh, kamu ini. Masih sama aja kaya dulu, suka sombong, padahal mah kalau ketemu ama hantunya langsung, pasti lari," ejek bapak Arif.
![](https://img.wattpad.com/cover/369874784-288-k872066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertanda Di Malam Hari
Mystery / Thriller"Bagaimana mungkin, suara hewan bisa meramal kematian seseorang?"