Keesokan harinya pun tuba, pagi itu, kegiatan Arif hanyalah berbaring sembari beristirahat di rumah, karna besok ia akan kembali ke restoran tempat ia bekerja. Ketika sore sudah tiba, Arif bersiap lalu bergegas pergi menemui Sinta untuk mengajaknya mencari petunjuk lagi sekaligus ingin menjadikan Sinta sebagai kekasihnya. Kiw-kiw
Di perjalanan, tak henti-henti Arif tersenyum-senyum sendiri sembari memperhatikan bunga yang ia pegang. Ia memikirkan ketika Sinta sudah menjadi kekasihnya. Hingga tak sadar, ia hampir jatuh ke dalam selokan, untuk saja ada bapak-bapak yang menolongnya.
"Duh, hampir aja." Ucap Arif sembari memegang dadanya.
"Makasih ya, Pak,"
"Iya, lain kali hati-hati. Memangnya kamu gak liat ada selokan disini? Terus pas jalan, kenapa senyum-senyum sendiri. Kalo diliat kaya ODGJ," tanya bapak itu.
"Anu pak, saya lagi seneng aja. Bentar lagi saya dapet pacar," sahut Arif.
"Jangan seneng dulu, siapa tau belom jodohnya." Ucap bapak itu lalu melengos pergi meninggalkan Arif.
"Buset, maen pergi aja. Tuhkan jadi ovt, aelah." Ucap Arif namun karna tak mau pusing ia kemudian bergegas menemui Sinta.
***
Sesampainya Arif di depan rumah Sinta, ia ingin bergegas menuju halaman rumah itu. Namun, tiba-tiba ada suara mobil dari arah jalan yang berbelok menuju rumah Sinta, mobil itu terlihat cukup mewah. Arif yang penasaran mengintip dari balik semak-semak di depan rumah Sinta.
"Siapa tu orang?"
Tak lama, seorang pria dengan jas hitam keluar dari dalam mobil itu, ia pergi ke depan pintu rumah Sinta lalu mengetuk pintunya. Tak lama, Laila keluar dari dalam rumah, mereka berdua terlihat berbincang-bincang, Arif yang melihat itu sebetulnya penasaran dengan apa yang mereka bincangkan. Namun, karena jaraknya yang tak dekat membuatnya kesusahan untuk mendengar percakapan mereka. Tak lama kemudian, Sinta keluar dari dalam rumah, dan betapa terkejutnya Arif ketika Sinta memeluk pria itu dengan sangat erat juga dengan ekspresi bahagia. Arif yang melihat momen itu merasakan sakit di dadanya.
"Aku kira kamu belum punya kekasih, Sin. Mungkin kedatanganku ini hanya menjadi bahan kegabutanmu saja, sejujurnya aku sudah merasa nyaman bila di dekatmu. Namun, itu semua tak ada gunanya. Aku harap kamu bahagia, Sinta." Batinnya lalu pergi dari area rumah itu, sedangkan bunganya ia buang di sembarang tempat namun, ia sempat menulis sebuah surat yang diselipkan ke bunga itu.
***
"Gwe harus bisa pecahin misteri ini sendirian. Come on, Rif. Lu pasti bisa,"
Setelah beberapa hari sebelumnya Arif dan Sinta mencari informasi tentang hutan yang dikenal angker, Arif bergegas mencari lokasi hutan itu sendirian tanpa seorangpun yang menemaninya. Tak ada rasa takut di hatinya, yang ada hanyalah rasa penasaran tentang misteri apa yang tersembunyi dibalik suara burung elang di malam hari.
"Hufh, hari sudah semakin gelap, gwe harus cepet-cepet. Come on, Rif!"
***
Sedangakan di lain sisi, sebuah keluarga sedang berbincang-bincang di ruang tamu, mereka semua sangat bahagia ketika salah satu anggota keluarganya pulang dari luar kota. Mereka adalah Sinta beserta keluarganya, hari itu, kakak dari Sinta yang bernama Zafir baru saja pulang dari kota setelah beberapa tahun berada di sana.
"Kok pulang gak ngasih kabar sih, bang?" tanya Sinta kepada Zafir, abangnya.
"Sengaja, bikin surprise," sahut Zafir.
"Lain kali nih ya, kasih kabar dulu kalo mau pulang, biar kita siapin makanan atau persiapan dulu," ujar Laila pada Zafir.
"Iya, biar kita semua persiapan dulu," disahuti oleh ayahnya Sinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertanda Di Malam Hari
Mystery / Thriller"Bagaimana mungkin, suara hewan bisa meramal kematian seseorang?"