6

2 0 0
                                    

"Akhh, untung gak dikunci." Batin Arif sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Ia kemudian bergegas masuk ke kamarnya lalu segera tidur untuk menghilangkan semua rasa penatnya. Juga karna keesokannya ia sudah berjanji pada Sinta untuk mencari informasi lagi. Ya jadilah ia memilih untuk langsung tidur.

——##——

Keesokan harinya, Arif benar-benar menepati janjinya pada Sinta. Yaitu, mencari informasi mengenai dua orang tersebut, dan mengapa mereka di sana. Arif pergi ke rumah Sinta cukup pagi supaya pulangnya tidak terlalu sore.

Tok

Tok

Tok

"Sin! Sinta!" Panggil Arif sembari mengetok pintu rumah Sinta.

Sinta keluar dari dalam rumah dengan kondisi muka bantalnya. "Hmm? Napa?"

"Lah, kamu lupa? Bukannya hari ini dah janji mau cari informasi lagi?" ucap Arif.

"Emm, iya bentar. Aku ganti dulu, sini masuk." Ucap Sinta kemudian masuk ke dalam rumah diikuti oleh Arif.

Arif duduk di sofa ruang tamu, ia menatap sekeliling rumah. Hingga kemudian datanglah Laila, kakak Sinta. Ia bertanya, "loh, Rif. Kamu ngapain?"

"Eh, anu mbak. Aku sama Sinta rencananya mau cari informasi lagi," ucap Arif.

"Loh, emang gak kepagian?" tanya Laila.

"Eh, nggak. Rencananya emang mau pagi biar gak kesorean pulangnya," sahut Arif.

"Ohh, gitu. Yaudah sana, tapi jagain Sinta ya!" perintah Laila kepada Arif.

"Iya mbak, pasti," sahut Arif.

Hingga tak lama, Sinta keluar dengan pakaian yang sudah berganti. Ia datang sembari membawa ransel kecil, entah isinya apa. Ia mengahmpiri Arif kemudian berucap.

"Ayo berangkat,"

"Lah, tadi aja masih kaya bantal mukamu. Sekarang dah semangat aja," ucap Arif.

"Iyalah, udah ayok," ajak Sinta.

***

Di perjalanan, mereka berdua mengobrol kecil sembari melihat-lihat pemandangan pagi hari di desa mereka. Hingga kemudian, mereka sampai di pinggir sawah yang lumayan lebar dan luas, di sana terdapat banyak petani yang sedang mencangkul sawahnya. Tak lama kemudian, ada seorang petani yang menghampiri mereka berdua, lalu kemudian berkata.

"Eh, Rif, Sin, mau kemana pagi-pagi begini?"

"Eh, anu lik, kita berdua niatnya mau jalan-jalan pagi aja, tapi mumpung ada lik disini jadi sekalian numpang nanya, rumah dipinggiran desa sana itu apa sudah tak ada yang mengurusnya lagi?" tanya Arif kepada petani itu, ia bernama lik Suradi (FYI, lik adalah panggilan untuk seseorang yang sudah cukup tua di Jawa)

"Oh, rumah itu? Memang sudah tak ada yang mengurusnya, kabarnya si sejak 4 tahun lalu bahkan sebelum kamu merantau, rumah itu sudah dikosongkan. Memang kenapa?"

"Begini, Pak, saya kan kemaren iseng tuh jalan-jalan ke sana. Nah, pas sampai di depan rumah, saya denger ada suara burung gagak, ya saya datengi dong. Pas saya masuk ke halaman rumah, suara itu berubah menjadi suara orang yang sedang membaca, yaudah saya masuk tuh ke dalam rumahnya, saya coba buka pintunya, ternyata gak dikunci. Alhasil, saya masuk tuh ke dalam rumah, dan pas itu suaranya makin keras, karena suaranya terdapat du balik tembok, saya ambil kursi buat ngintip dari atas. Dan pas saya liat, ada satu orang keliatannya masih remaja juga satu orang kakek sembari memercikan air kepada remaja itu. Nah, disitu saya bingung apa yang mereka lakukan sebenarnya?" terang Arif panjang lebar pada lik Suradi.

Pertanda Di Malam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang