"Sudah, Rif nanyanya. Makan dulu," perintah ibu Arif.
"Iya, Bu," sahut Arif.
"Aneh,"
——##——
Setelah makan siang selesai, Sinta dan Laila pamit untuk pulang dikarenakan juga hari sudah semakin sore. Sedangkan Arif? Setelah makan, Arif pamit kepada orang tuanya untuk tidur dengan alasan "capek," ya, dia langsung pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar, Arif merasa penasaran dengan apa yang bapaknya tadi ucapkan. Awalnya ia bertanya dengan serius, bapaknya memang menjawab, namun terlihat seperti menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa gelagat bapak aneh bet yak? Apa ada yang disembunyikan? Tapi apa?" batin Arif.
"Ck, mending aku tidur dulu, ntar dibikirin lagi. Hoaaam, dah ngantuk pulak." Ucapnya lalu membaringkan tubuhnya di kasur kemudian tertidur pulas seperti koala.
***
"Dimana ini?"
"Woyyy! Tolong!! Woyyyy! Apa ada orang!?"
"Ah, sial. Kenapa tidak ada suara sama sekali, dimana ini?"
Sebuah cahaya silau memancar mengenai matanya, "Akhh, cahaya apa ini. Kenapa sangat silau?"
Hingga cahaya itu meredup dan makin menjauh. Namun, cahaya itu seperti memberikan isyarat bahwa ia harus mengikuti cahaya itu. Ia pun berjalan mengikuti cahaya itu tanpa berkedip sekalipun.
"Cahaya apa itu?"
Hingga tiba-tiba, setelah cahaya itu semakin meredup, samar-samar terlihat keris di dalam cahayanya. Pemuda itu kaget, ia membulatkan bola matanya. Namun, ketika ia sedang fokus melihat keris di dalam cahaya itu, suara gemuruh petir terdengar, bersamaan dengan sesosok makhluk hitam bertubuh besar, datang menghampirinya.
"Ap- apa ini! Kenapa aku tak bisa bergerak? Siapa makhluk itu!? Akhhhh! Tolong!!"
"Akhhh!"
Arif terbangun dari tidurnya, nafasnya terengah-engah setelah bermimpi buruk. Dalam benaknya ada banyak pertanyaan yang ingin ia keluarkan. Namun, rasanya seperti tidak bisa keluar dari mulutnya.
"Sebenarnya cahaya apa iu tadi? Dan juga, kenapa ada keris di dalam cahaya itu? Kenapa cahaya itu sangat mirip dengan kejadian waktu itu? Apa maksud dari mimpi ini? Aku harus mencari tau,"
Arif bertekad ingin mencari tau maksud mimpi ini, ia berniat menemui Sinta untuk membantunya. Ia pamit kepada orang tuanya untuk pergi ke rumah Sinta.
Tok
Tok
Tok
"Mbakk!" Panggil Arif sembari mengetok pintu rumah.
Tak lama, pintupun terbuka dan menampilkan Laila yang mungkin habis mandi, "Loh, Arif. Kenapa?"
"Anu Mbak, Sintanya ada?" tanya Arif.
"Oh, ada-ada. Itu di dalem, ayok masuk dulu," ajak Laila pada Arif.
"Oh, iya Mbak." Ucap Arif lalu masuk mengikuti ke dalam rumah mengikuti Laila.
Sementara itu, Sinta yang baru selesai ganti baju keluar dari kamarnya. Ia melihat Arif disana, menatapnya heran. Tapi entah kenapa ada rasa senang ketika Arif datang. Aneh? Iyasih.
"Loh, Rif. Kamu ngapain kesini?" Ucapnya sembari mendudukan tubuhnya di kursi depan Arif.
"Eh, gak. Aku kesini cuma mau maen aja," alasannya.
"Lah, perasaan tadi aku udah maen ke rumahmu. Hayo, kangen ya?" goda Sinta.
"Apasih, seriusan. Aku mau maen doang, sekalian mau ngomong sesuatu sih," ucap Arif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertanda Di Malam Hari
Mystery / Thriller"Bagaimana mungkin, suara hewan bisa meramal kematian seseorang?"