| tiga belas |

171 22 0
                                    

°HAPPY READING°

(kalau ada typo tandain ya hehe)

"Makan ya Bum, lo nggak sarapan tadi, masa sekarang nggak makan," ucap Rio berusaha membujuk temannya ini untuk memakan jatah makannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makan ya Bum, lo nggak sarapan tadi, masa sekarang nggak makan," ucap Rio berusaha membujuk temannya ini untuk memakan jatah makannya.

Bumi menggeleng pelan, "Aku nggak laper. Kalo kamu mau, kamu makan sendiri aja." Bumi memiringkan tubuhnya membelakangi Rio.

Rio menghela napas pelan. "Masih enak warteg depan sekolah kali, Bum. Ya kali gue minat makan ni lauk yang keliatan pucet nggak berbumbu gini," gerutu Rio.

"Mbok Nining belum bisa ke sini sekarang, gue baru ngabarin tadi. Apa perlu gue panggil Pak Danu, beliau Om lo kan?"

Bumi berbalik, "Jangan, aku lagi nggak pengen ketemu Om Danu di waktu dekat ini."

Rio mengerutkan alisnya, "Kenapa? Takut ganggu waktu ngajarnya."

Bumi mengangguk, "Selain itu, ada alasan lain. Aku belum bisa cerita sama kamu, karena aku sendiri masih denial buat percaya."

Rio tersenyum simpul, dia mengangguk paham. Dia meletakkan makanan Bumi di atas nakas. "Makanannya gue taruh disini, terserah mau lo makan atau nggak, gue izin ke kantin sebentar ya, mau beli sesuatu," ucap Rio sebelum beranjak dari tempatnya. Bumi lagi-lagi mengangguk.

[-•-•-]

"Bangku yang di sana itu emang kosong, ya?" tanya Tara dia menunjuk ke bangku Bumi.

Rafka, teman sebangku nya menggeleng, "Nggak, Rio bilang dia lagi dirawat di RS, kakinya retak kalau nggak salah."

"Namanya siapa?" tanya Tara lagi.

"Bumi, panggilannya Bumi. Kalo nama lengkap gue nggak hapal," jawab Rafka seadanya. Tara mengangguk paham.

Apa dia yang tinggal di rumah ya, yang kamarnya sekarang jadi kamar aku.

"Heh jangan bengong, kesambet berabe nanti." Rafka menepuk pundak Tara.

Tara tersentak dia mengangguk lalu kembali mengerjakan tugas dari guru yang mengajar.

"Bu, saya izin kebelakang." Tara mengangkat tangan kanannya.

"Silahkan," ucap bu Acha, guru mapel Bahasa Indonesia.

Setelah mendapat persetujuan Tara beranjak pergi ke kamar mandi yang berada di ujung lorong. Dia memasuki salah satu bilik kamar mandi kemudian mengeluarkan benda pipih dari kantung celananya.

Cukup lama Tara berkutat dengan ponsel miliknya. Dia berusaha untuk mendapatkan informasi di mana Bumi di rawat. Dia hanya ingin memastikan itu benar Bumi yang tinggal di rumahnya atau bukan.

Rio (ketua kelas)

Rio, ini Tara, siswa pindahan kemarin

HANYA [Hyunjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang