Bab 2

32 8 0
                                    

Baca doank vote kaga.

Mereka melewati jalan-jalan sempit yang dipenuhi reruntuhan, menghindari suara-suara aneh yang mungkin datang dari zombie. Johnny selalu berada di depan, memastikan jalur aman.

Saat matahari mulai tenggelam, mereka menemukan sebuah bangunan kecil yang tampaknya dulu adalah sebuah toko kelontong. Pintu depannya hancur, tetapi bagian dalamnya tampak masih utuh. Johnny mengisyaratkan Haechan untuk masuk.

Haechan mengangguk dan mengikuti Johnny masuk ke dalam toko. Mereka memeriksa ruangan-ruangan kecil di dalamnya, memastikan tidak ada bahaya yang mengintai. Setelah merasa cukup aman, Johnny menyusun beberapa rak untuk menghalangi pintu masuk.

"Aku akan berjaga-jaga di depan pintu," kata Johnny sambil mengambil posisi di dekat pintu, batang besi di tangannya siap menghadapi ancaman apapun.

Haechan merasa lega bisa beristirahat. Ia duduk di pojok ruangan, mengeluarkan selimut tipis yang ia bawa. "Terima kasih, Johnny," ucapnya pelan sebelum membaringkan diri.

Johnny tersenyum tipis, lalu fokus mengawasi sekitar. Malam itu, Haechan tertidur lebih cepat daripada biasanya, merasa sedikit lebih aman dengan Johnny di sisinya.

Pagi harinya, Haechan terbangun dengan perasaan tidak enak. Tubuhnya terasa lemas dan kepala berdenyut. Ketika ia mencoba bangkit, tubuhnya langsung terasa berat dan ia jatuh kembali ke lantai.

"Johnny..." lirih Haechan terdengar lemah, menarik perhatian Johnny yang segera berlari mendekat.

"Haechan, ada apa?" tanya Johnny dengan cemas, menatap wajah pucat Haechan.

"Aku... aku tidak tahu. Tubuhku terasa lemas dan panas," jawab Haechan dengan suara lirih.

Johnny merasa panik. Ia tahu dalam keadaan seperti ini, mereka tidak bisa bertahan lama jika Haechan jatuh sakit. Tanpa berpikir panjang, Johnny memutuskan untuk mencari bantuan.

"Kau istirahat di sini. Aku akan mencari obat dan makanan," kata Johnny, berusaha menenangkan Haechan meski hatinya penuh kekhawatiran.

Haechan hanya bisa mengangguk lemah, matanya mulai terpejam karena rasa sakit yang semakin parah. Johnny segera keluar dari toko, mencari sumber makanan, air, dan obat-obatan. Ia tahu waktunya tidak banyak. Haechan membutuhkan pertolongan segera.

Johnny berlari melalui jalan-jalan yang hancur, menghindari zombie yang berkeliaran. Di sebuah gedung kecil yang tampak seperti klinik tua, ia menemukan beberapa persediaan medis yang tampaknya masih berguna. Ia juga menemukan makanan dan air di sebuah rumah yang ditinggalkan.

Beberapa jam kemudian, suara langkah kaki terdengar di luar toko. Pintu terbuka perlahan, dan Johnny masuk dengan wajah yang penuh kelelahan tetapi juga kemenangan. Di tangannya, ia membawa beberapa botol air, beberapa kaleng makanan, dan sekantong obat-obatan.

Ketika Johnny kembali, ia menemukan Haechan terbaring di lantai, wajahnya semakin pucat dan tubuhnya memanas. "Aku sudah kembali, Haechan." kata Johnny.

Haechan membuka matanya sedikit, merasa lega melihat Johnny kembali. "Aku pikir kau meninggalkanku," bisiknya pelan.

"Tidak mungkin aku meninggalkanmu," jawab Johnny sambil mengeluarkan persediaan yang ia temukan. Ia segera membuat bubur dari makanan yang ia bawa dan memanaskan air untuk mengompres tubuh Haechan.

Johnny merawat Haechan dengan hati-hati, "Makan ini, kau perlu kekuatan," kata Johnny lembut. Haechan perlahan memakan bubur itu.

johnny terus menjaganya, memberikan air hangat untuk diminum. Malam itu, Johnny tidak tidur. Ia terus berjaga di samping Haechan, memastikan haechan mendapatkan perawatan yang ia butuhkan.

Haechan terbaring dengan tubuh yang masih panas, tetapi ia merasa sedikit lebih baik dengan perhatian dan bantuan Johnny.

"Terima kasih, Johnny," bisik Haechan sebelum tertidur, merasa sedikit lebih tenang dengan johnny di sisinya.

"Tidurlah, Haechan. Aku akan berjaga," jawab Johnny, memastikan Haechan aman sebelum ia kembali mengawasi sekitar.

Malam itu terasa panjang bagi Johnny. Sambil berjaga di dekat pintu, pikirannya melayang ke berbagai arah, memikirkan masa depan yang masih penuh ketidakpastian. Sesekali ia menatap Haechan yang terbaring dengan napas teratur, meski tubuhnya masih terasa panas. Johnny tahu haechan butuh istirahat yang cukup dan perawatan agar bisa pulih.

Saat fajar menyingsing, Johnny merasakan sedikit kelegaan. Haechan terlihat lebih tenang, meski demamnya belum sepenuhnya reda. Johnny mengisi botol air dan merendam kain untuk mengompres Haechan lagi, berharap bisa menurunkan suhu tubuhnya.

Haechan terbangun dengan perasaan sedikit lebih baik. Meskipun masih lemas, ia merasakan perasaan senang dari perhatian dan perawatan yang diberikan Johnny. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Johnny dengan lembut, menyeka keringat dari dahi Haechan.

"Sedikit lebih baik," jawab Haechan dengan suara serak. "Terima kasih, Johnny. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak kembali."

Johnny tersenyum, rasa lega terpancar di wajahnya. "Kau tidak perlu berterima kasih, Haechan. Kita berjuang bersama. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Tbc.

Surviving the ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang