Bab 7

48 8 1
                                    

Baca doank vote kaga.

Pagi telah tiba, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah-celah bangunan setengah runtuh yang mereka jadikan tempat beristirahat. Haechan terbangun paling terakhir, mengucek matanya yang masih terasa berat. Haechan berjalan dengan langkah malas ke arah Johnny, Jaehyun, dan Jaemin yang sudah duduk di dekat perapian kecil yang mulai memudar, berbagi makanan yang mereka miliki.

"Selamat pagi," sapa Jaehyun dengan senyum hangat ketika melihat Haechan terbangun.

"Pagi" balas haechan dengan suara serak nya.

"Kami punya sedikit roti dan air, semoga cukup untuk sarapan kita."

Johnny mengangguk sebagai tanda terima kasih. Johnny mengambil bagian nya dan memberikannya pada Haechan yang masih setengah sadar. Mereka makan dalam diam, hanya terdengar suara burung-burung yang berkicau di luar.

Jaemin, duduk berseberangan dengan Haechan, sesekali melirik ke arah haechan. Jaemin merasa gemas melihat wajah haechan dan Tangannya gatal sekali ingin menyentuh pipi haechan yang di isi dengan makanan, Seperti tupai.

Jaehyun tiba tiba memulai percakapan Untuk mengurangi kecanggungan, mencoba membuat suasana lebih ringan. "John, apa kau dari kota ini?"

"Tidak, aku dari Los angeles. Tapi aku sudah tinggal di sini selama delapan tahun." Balas Johnny sambil mengunyah makanan

"Ah, pantas saja wajah mu terlihat seperti orang barat. Tapi, kenapa haechan berbeda? Wajahnya terlihat lebih manis dan lembut dibandingkan dirimu," kata Jaehyun, mencoba menyembunyikan rasa takutnya karena wajah Johnny yang terlihat menakutkan.

Haechan menengok ke arah Johnny dan membalas pertanyaan Jaehyun.

"Kami bukan saudara kandung. Johnny hyung dan aku bertemu secara kebetulan, dan ya, kami sudah bersama sepanjang hari dan kedekatan kami mengalir begitu saja."

Jaehyun mengangguk mengerti, seolah mendapat jawaban atas pertanyaannya.

"Pantas saja," batin Jaehyun.

Jaemin yang mendengarkan percakapan itu memperhatikan tangan Haechan yang terlihat halus, seolah tidak pernah memegang senjata. Ia merasa penasaran dan memberanikan diri bertanya.

"Haechan, tanganmu terlihat begitu halus. Apa kau pernah memegang senjata?"

Sebelum Haechan sempat menjawab, Johnny dengan cepat membalas pertanyaan Jaemin dengan nada ketus dan pandangan yang dingin. "Untuk apa? Lebih baik Haechan berada di belakangku. Itu hanya akan membahayakan nyawanya jika ikut bertarung."

Haechan hanya tersenyum tipis, melihat tangannya sendiri. "Padahal aku ingin membantu Hyung. Tapi, Hyung selalu saja melarangku untuk ikut bertarung. Hyung hanya menyuruhku tidur, makan, dan yah seperti itulah. Rasanya seperti beban, ya haha."

Johnny yang mendengar ucapan Haechan itu menunjukkan ekspresi tidak suka. Rahangnya mengeras dan tatapannya semakin tajam. "Kau bukan beban, Haechan," katanya tegas. "Aku hanya ingin kau tetap aman."

Haechan menunduk, merasa sedikit bersalah telah membuat Johnny kesal. Jaemin dan Jaehyun yang merasakan ketegangan di antara mereka pun mencoba mencairkan suasana.

"John, kupikir ada baiknya kau membiarkan haechan bertarung. Tentu bukan di garda depan, tapi yah setidaknya untuk ber jaga-jaga semisal kau tidak ada di sisinya."

Johnny menggelengkan kepala dengan tegas. "Tidak. Aku tidak akan membiarkan dia bertarung. Dengan adanya aku, itu sudah cukup. Dan satu lagi, aku tidak akan pernah meninggalkannya."

Jaehyun hanya menghela napas kasar mendengarkan jawaban tegas Johnny.

Agaknya Jaehyun merasa kasihan kepada Haechan. Memang tubuh Haechan kecil, jika dipeluk akan terlihat tenggelam, namun bukankah Johnny agak berlebihan? Tinggal di dunia yang penuh kekacauan sudah pasti orang-orang harus bertarung mengangkat senjatanya untuk bertahan hidup. Jaehyun bertanya-tanya apa yang membuat Johnny seperti ini, padahal Haechan dan Johnny dahulu adalah dua orang yang asing.

"Hyung, sudahlah. Kau hanya akan menambah rasa ketidakpercayaan Johnny hyung padamu," bisik Jaemin diam-diam ke arah Jaehyun, saat suasana tenang menjadi tegang karena ulah Jaehyun.

Jaehyun menatap adiknya sejenak sebelum akhirnya menyerah.

"Maafkan aku, John. Aku hanya ingin membantu," katanya, mencoba menetralkan suasana.

Johnny menghela napas panjang, mencoba menetralkan emosinya. Ia menatap Haechan dengan lembut dan kemudian memeluknya. Haechan hampir ingin menghindari pelukan itu, namun melihat wajah Johnny yang memelas membuatnya tidak enak untuk menolak.

Johnny membawa tubuh Haechan ke pangkuannya dan melanjutkan sarapan mereka yang tertunda akibat perbincangan panjang tadi. Haechan duduk dengan tenang di pangkuan Johnny.

sementara Jaehyun dan Jaemin hanya bisa saling memandang dan kembali melanjutkan makan pagi nya.


Setelah menyelesaikan sarapan dan mereka segera bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kembali.
dengan Johnny memimpin jalan dan Haechan berada di sisinya.
Johnny menggandeng Haechan di sisinya, tidak ingin membiarkan adiknya berjalan sendiri.

Jaehyun berjalan di samping Johnny, berusaha berbincang untuk mengetahui jalan menuju kamp aman.

"John, jadi bagaimana kita bisa menemukan kamp aman itu? Apakah kamu tahu jalannya?" tanya Jaehyun dengan suara rendah.

Johnny mengangguk. "Ya, aku tahu tempatnya. Aku berasal dari kota ini dan aku tahu jalannya. Kita bisa sampai ke sana dengan mengikuti tanda-tanda yang ada di sepanjang jalan. Kau tahu bukan, saat itu di siarkan di radio setidaknya aku sudah mengingatkan petunjuknya."

Sementara mereka berbincang, Jaemin yang berada di belakang Haechan, memperhatikan seluruh tubuhnya dengan tatapan yang agak aneh. Haechan yang menyadari tatapan jaemin padanya membuat nya tidak nyaman dan mencoba bersikap biasa saja, Ia mencoba mengabaikannya dan fokus pada perjalanan.

Menyadari Haechan tidak nyaman dengan tatapannya, Jaemin mencoba mengalihkan pandangannya. "Kenapa aku terus memperhatikannya seperti ini?" batinnya. Jaemin merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ia merasa seperti orang mesum, meskipun ia tidak bermaksud begitu. Ada sesuatu tentang Haechan yang membuatnya terus memperhatikannya, seperti ada daya tarik yang tidak bisa ia jelaskan.

Jaemin menggigit bibirnya, berusaha menenangkan pikirannya. "Fokus, Jaemin. Jangan berpikir aneh," gumamnya pelan pada dirinya sendiri. Ia mengalihkan pandangannya ke sekeliling, mencoba memperhatikan lingkungan sekitar alih-alih terus memperhatikan Haechan.




MDB (Makacih Dah Baca)
Besok lanjut lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surviving the ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang