Bab 4

35 14 4
                                    

Baca doank vote kaga.

Pagi berikutnya, Haechan dan Johnny kembali melanjutkan perjalanan mereka. Matahari baru saja terbit, memberikan sedikit kehangatan di dunia yang dingin dan berbahaya. Mereka berjalan dengan hati-hati, menjaga setiap langkah dan memeriksa setiap sudut yang mereka lewati.

Setelah beberapa jam berjalan, perut Haechan mulai keroncongan. Kelaparan membuatnya lemah dan Johnny menyadari hal ini.

"mari kita berhenti untuk mencari tempat untuk istirahat," kata Johnny. "Kau butuh makan."

Mereka menemukan sebuah bangunan tua yang tampak kosong. Johnny mengintip ke dalam, memastikan aman sebelum mengajak Haechan masuk. Namun, begitu mereka melangkah masuk, mereka bertemu dengan seorang penyintas yang sudah lebih dulu singgah di tempat itu. Pria tersebut tampak kasar dan tidak ramah.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya pria itu dengan suara keras, mengancam.

"Kami hanya mencari tempat untuk istirahat sebentar," jawab Johnny dengan tenang. "Kami tidak akan mencari masalah."

"kau pikir kau siapa! Tempat ini milik kami"

Pria itu tidak menerima jawaban Johnny dengan baik. Ia mendekati Johnny dengan sikap agresif. Tanpa peringatan, pria itu menyerang, dan Johnny terpaksa melawannya. Pertarungan sengit terjadi, dan Johnny hampir kalah.

Haechan, yang melihat johnny dalam bahaya, mencoba mendekat untuk membantu, tetapi tiba-tiba ada seseorang muncul di belakangnya.

Penyintas kedua menyodorkan pisau ke leher Haechan, membuatnya gemetaran ketakutan. "Lepaskan senjata mu atau anak ini mati," ancam pria itu.

Melihat Haechan dalam bahaya, Johnny kehilangan fokus dalam pertarungan dan akhirnya terluka. Darah mengalir dari luka di lengannya, tetapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan ketakutannya untuk Haechan.

Haechan, yang tubuhnya gemetar, merasa lemah dan tidak bisa melawan. Penyintas yang menyodorkan pisau semakin menekan senjatanya ke leher Haechan, membuat Johnny semakin panik.

"Pergi dari sini dan tinggalkan anak ini bersama kami," kata pria itu dengan dingin.

Johnny tidak ingin meninggalkan Haechan, tetapi ia tidak punya pilihan. "Baik, aku akan pergi," katanya, berusaha menenangkan pria itu. Namun, di dalam hatinya, Johnny tahu ia tidak akan  benar-benar bisa meninggalkan Haechan.

Dengan langkah berat, Johnny mulai berjalan keluar dari bangunan. Haechan menangis tersedu-sedu, merasa putus asa. Dua penyintas itu tersenyum, merasa telah memenangkan situasi. Dan mendapatkan anak yang bisa di jadikan pemuas nafsu.

Tetapi Johnny tidak bodoh. Saat melangkah keluar, ia melihat benda tajam di lantai—sebuah pecahan kaca yang besar.

Dengan gerakan cepat dan hati-hati, Johnny mengambil pecahan kaca itu dan melemparkannya ke arah pria yang menyodorkan pisau ke leher Haechan. Pria itu terkejut dan mundur, memberikan kesempatan bagi Johnny untuk menyerang. Pertarungan kembali terjadi, kali ini Johnny memukulnya dengan penuh kemarahan untuk melindungi Haechan.

Haechan berusaha menjauh dari pertempuran Johnny yang bertarung dengan ganas, haechan yang melihatnya pun ketakutan dan gemetaran. dalam beberapa menit, kedua penyintas itu terbaring mati. Dengan napas terengah-engah, Johnny segera mendekati Haechan dan memeluknya erat.

"Maafkan aku, Haechan. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu lagi," kata Johnny sambil menenangkan Haechan yang masih ketakutan.

Johnny kemudian menggendong Haechan ke punggungnya, berjalan menjauh dari tempat itu. johnny tahu tempat itu tidak lagi aman untuk disinggahi. Mereka terus berjalan hingga menemukan sebuah rumah kecil yang tampak aman. Johnny membawa Haechan masuk dan meletakkannya di sofa yang sudah usang.

Ia membuka tas dan mengambil perban serta obat-obatan yang mereka miliki. Dengan hati-hati, Johnny membersihkan dan membalut luka di leher Haechan yang terkena pisau. Haechan meringis saat di obati "Aku minta maaf, Haechan. Aku tidak becus melindungimu," kata Johnny, penuh rasa bersalah.

Haechan menatap Johnny dengan mata yang masih basah oleh air mata. "ini bukan salah hyung, hyung sudah melakukan yang terbaik untuk melindungi ku," kata Haechan dengan suara yang lemah

Johnny tersenyum, meskipun hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. "haechan aku janji kejadian ini tidak akan terjadi lagi, ini kan menjadi pertama dan terakhirnya " ujarnya dengan penuh keyakinan.

Haechan mengangguk, lalu ia melihat luka di lengan Johnny. "Hyung, kau juga terluka. Biarkan aku mengobatimu."

Johnny segera menyodorkan lengannya kepada Haechan. Dengan hati-hati, Haechan mulai mengobati luka tersebut. Tidak ada raut kesakitan di wajah Johnny, seolah luka itu bukan apa-apa baginya.

di dalam rumah kecil itu, Haechan dan Johnny berusaha menemukan ketenangan setelah hari yang penuh dengan ketegangan. Setelah mengobati luka Haechan, Johnny memastikan pintu dan jendela terkunci rapat, berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan rasa aman di tempat yang asing ini.

Malam semakin larut, dan kelelahan mulai menguasai mereka berdua. Johnny mengajak Haechan untuk beristirahat di satu-satunya tempat tidur yang ada di rumah itu. Tempat tidur yang kecil dan sempit, tetapi cukup nyaman untuk berbagi kehangatan.

"haechan tidurlah," kata Johnny, membantu Haechan berbaring di tempat tidur. "Aku akan tidur di sebelahmu, jadi kau tidak perlu takut."

Haechan mengangguk, merasa tenang dengan keberadaan Johnny di sisinya. Mereka berbaring berdampingan, merasakan kehangatan tubuh satu sama lain yang memberikan rasa aman.

"Selamat malam, hyung," bisik Haechan sebelum menutup matanya.

Johnny menatap langit-langit yang gelap, merasakan beban tanggung jawab yang besar di pundaknya. Tetapi ia tahu, selama Haechan bersamanya, ia akan terus bertahan.

"Selamat malam, Haechan. Aku akan selalu melindungimu," jawab Johnny, sebelum menutup matanya dan menjelajahi mimpi.

Tbc.

Surviving the ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang