03. laporan malam hari

415 79 2
                                    

"lapor ndan, target ada di lokasi bersama teman-temannya" jeno yang baru saja kembali bekerja dari cafe menoleh ke arah bomin yang memberikan laporan. Malam malam begini, bomin sudah datang dan duduk manis di depan kosan miliknya.

"sanha mana?" bomin menunjuk mobil yang tidak jauh dari keberadaan mereka. "masuk bentar. gue ganti baju dulu" jeno membuka kunci rumah dan mempersilakan bomin untuk masuk ke dalam rumah mereka.

jeno membiarkan bomin untuk duduk di sofa sementara dia mengganti pakaiannya. Ia melepas semua pakaian kerjanya mengganti dengan kaos polos berwarna hitam, celana jeans hitam, serta jaket hitam dan boots. ia tidak lagi terlihat sebagai seorang barista dengan pakaian soft, dia tampak sangar sekarang apalagi rambut gondrongnya ia kuncir.

"ada tim lain yang udah datang?" ia bertanya sambil mengambil gun dan menyembunyikannya dibalik saku setelah memastikan slot peluru terisi sempurna. "sudah ada yang mengamankan tkp, kita tinggal nunggu peringkusan" jeno menganggukan kepala.

"yuk keluar" ia memastikan tidak ada orang yang melihat tampilannya sekarang. ia melompat naik ke dalam  fortuner hitam milik sanha dimana sang pemilik tengah mengetuk ngetuk kemudi dengan telunjuknya.

"tkp ramai karena berada di salah satu tongkrongan ternama. banyak model dan artis yang kadang nongkrong disana. Bakal sulit karena bisa aja ada media disana dan meliput wajah kita"

mengingat pekerjaan mereka sebagai mata-mata, tentu saja identitas mereka sebisa mungkin dirahasiakan. Bahkan ada beberapa diantara mereka yang membuat kematian palsu mereka setelah bekerja disini. "ramai banget?"

sanha mengangkat bahu. "seharusnya sih engga karena ini malam jumat but who knows bakal banyak yang datang apa engga nanti" jeno menganggukan kepala. ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi sementara sanha menyetir.

Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekitar dua puluh menit menuju sebuah sirkuit yang cukup terkenal di kalangan anak muda (jeno tau karena beberapa kali pelanggannya menyebutkan tempat ini), ia bisa melihat beberapa bawahannya memarkirkan mobilnya tidak jauh dari sirkuit.

"hello, tim alpha disini" jeno memulai briefing menggunakan handy talkie. Ia sendiri yang akan turun dan meringkus orang yang membuat dia bekerja di cafe.

"udah jelas kan semuanya? kalau udah jelas, biar saya turun. hold your bullets sampai keadaan terdesak. saya tidak mau ada keramaian dan sebisa mungkin kalian cover wajah saya jika ada media. understand?" karena mereka bekerja secara gabungan, bukan hanya anggota intelejen, tentu saja wajah yang lainnya familiar karena sering berada di pos penjagaan.

"hati-hati, ndan" jeno hanya tersenyum ketika sanha menepuk bahunya. Ia mengambil sebuah topi yang ada di dashboard milik sanha. "gue pinjem bentar" izinnya sebelum melompat keluar dari mobil.

Dengan santai, jeno melangkah masuk ke dalam kawasan balapan. kedua tangannya di saku jaket kulit miliknya, memastikan sesuatu yang tersembunyi di balik sana tidak tertinggal.

"lo siapa? anggota tim mana?" jeno yang sedang melangkah menoleh ketika seorang pria menepuk bahunya.

"ada shane di dalam, dia temen lo kan? dia tadi dateng bareng adiknya"

"gue temennya shane. shane ada?" jeno bertanya kepada pria yang menepuk bahunya. dahinya berkerut. "shane? shane the pirates?" jeno menganggukan kepala. "iya"

"oh lo temennya san. san disana noh lagi ngobrol sama mingi" jeno tersenyum dan menganggukan kepala. ia melangkahkan kakinya ke arah san.

"loh jen ngapain disini?" san tentu saja terkejut kedatangan jeno yang tiba-tiba. jeno itu teman sekolahnya dulu, ketika sma dia setahun lebih cepat sehingga dia lulus si tahun yang sama seperti san.

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang