"thank you, Cassie. saya senang sekali mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan anda dalam brand ini. semoga semuanya dilancarkan hingga selesai" yeji tersenyum profesional dan menjabat tangan pria yang baru saja akan bekerja sama dengan dirinya pada pemotretan selanjutnya.
"terima kasih juga atas kesempatan yang diberikan oleh saya, kalau begitu saya pamit dahulu. terima kasih" dengan didampingi mami, yeji akhirnya bisa menghela napas lega ketika berhasil keluar dari pertemuan yang begitu memuakkan. bagaimana tidak, mereka bahkan terus-terusan memuji yeji bahkan mereka beberapa kali menawari yeji pakaian yang tidak pantas. namun mengapa sekarang yeji terima? alasannya karena mereka sudah berganti pimpinan dan diharapkan perusahaan besar ini memiliki setidaknya pimpinan yang becus.
"kamu mau langsung pulang dek atau mau makan dulu?" mami menoleh ke arah anak bungsunya yang masuk ke dalam mobil dengan wajah yang lelah. yeji tidak suka dengan pertemuan formal, ia lebih menyukai bekerja di depan kamera tanpa harus berbasa basi -dengan orang-orang penting yang ada di dalam kantor karena baginya mereka adalah orang-orang yang penuh basa basi busuk.
"pulang mi, udah cape banget yeji. mau nyentuh kasur aja" yeji menjawab apa adanya sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. ia menoleh ke arah maminya. "pulang ke apart yeji aja mi, soalnya yeji besok mau beres-beres mumpung besok dapat day-off"
"ya udah tidur dulu aja nanti mami bangunin kalau udah sampai" yeji menurut, ia memilih menurunkan sandaran tempat duduknya sehingga ia bisa bersandar di kursi. ia berdecak ketika suaminya tidak membalas pesannya. menyebalkan. abimanyu jeno menyebalkan. bisa bisa nya sudah dua hari tidak membalas pesan yang yeji kirimkan kepada dirinya. tidak tahu apa istrinya lagi rindu-rindunya
"kenapa lagi dek?" menyadari raut wajah anak bungsunya, mami bertanya. yeji menghela napas kesal. "mantu mami nih udah dua hari lebih ngga bisa dihubungi, biasanya juga balas chat adek ini mah dibuka aja engga" adunya
"sibuk kali dek. tau sendiri jeno kerjanya kaya gimana. lagi sibuk-sibuknya" mendengar jawaban dari ibunya, yeji memajukan bibir kesal karena memang benar adanya apa yang diucapkan sang ibu. "ah tau ah"
mami hanya bisa menggelengkan kepala melihat anak bungsunya yang masih juga belum dewasa karena hei, lihatlah bagaimana bersikap seperti ini padahal sudah memiliki suami. tapi selama tidak kelewatan, mami tidak akan menegur anak bungsunya.
"mi, mami mau punya cucu berapa?" wanita yang sedang menyetir itu menoleh dengan heran ke arah yeji yang bertanya pertanyaan ini dengan tiba tiba. "tiba-tiba banget?"
"kayanya yeji mau program deh" yeji menjawab apa adanya. mami menatap putri bungsunya sekilas kemudian kembali fokus ke jalan. "yakin dek? karir kamu gimana? kamu lagi dipuncak-puncaknya loh. jeno gimana? kamu udah bilang ke dia kalau kamu mau punya anak?"
yeji menggelengkan kepala. "belum si, mi. tapi emang dia tuh keliatannya ngga terlalu peduli mau punya anak atau mau engga gitu. kaya terserah yeji aja gitu maunya gimana"
"kamu abis kesindir omongan siapa sih tiba tiba bilang mau punya anak, habis liat video siapa atau denger omongan siapa?" merasa ibunya menebak tepat dengan saasaran, yeji hanya bisa menunduk.
"jangan pikirin omongan orang, dek. dikira hamil terus punya anak itu gampang apa? sini bilang ke mami siapa yang bilang itu gampang. bayangin aja sembilan bulan perut kamu yang ramping ini tiba-tiba menggembung kaya ada semangka di dalam. mau tidur susah, mau makan susah, mau ngapa-ngapain juga susah. iya kalau suaminya bisa diajak kerjasama. kalau engga?"
yeji kembali terdiam mendengar ocehan maminya.
"udahlah ngga usah kebanyakan pikiran, sana turun. istirahat. makan malam. nanti jerawatan kamu soalnya belakangan ini makan junkfood"
yeji mengangguk. ia mencium pipi maminya pelan. "thanks mam. adek duluan"
Yeji melangkah dengan gontai kembali ke dalam apartemennya. Ia bahkan melepas sepatu hak tinggi yang ia pakai begitu keluar dari lift dan menghembuskan napas lega ketika kakinya menyentuh dinginnya lantai.
"jeno?" yeji melihat sekeliling dimana ada ransel suaminya yang tergeletak asal di samping sofa. ia buru buru meletakkan sepatunya di rak dan berlari ke kamar dan benar saja, ada satu manusia yang tidur telungkup tanpa memakai atasan sambil mendengkur dengan kencang.
"pantes ngga bisa dihubungi. orang hp nya mati begini" komentarnya sambil menyambungkan charger ponsel suaminya dan benar saja, baterai ponsel milik jeno nol persen.
membiarkan suaminya kembali tidur, yeji memilih untuk bersih bersih karena tubuhnya yang lengket.
Jeno bergerak tidak nyaman saat merasa ada seseorang yang berada di pelukannya. ia membuka kedua matanya dan menyadari kalau yeji yang berusaha menyamankan diri di pelukannya. "udah balik?" tanyanya pelan, samar samar sambil menatap istrinya.
yeji menganggukan kepala, meletakkan kepalanya di dada sang suami. "ayo tidur lagi, jeno. masih malam" bisiknya yang diangguki oleh sang suami yang memeluknya lebih erat mengantarkan keduanya ke dalam mimpi sambil menanggung rasa rindu.
***
"good morning" jeno tersenyum tipis ketika istrinya menyapa dirinya. Yeji sudah berada di dapur entah melakukan eksperimen apa tapi wanita itu sepertinya sudah mandi. "morning" jeno mendekat, memberikan kecupan singkat di bibir sang istri. "eksperimen apa kali ini?"
"hari ini gue bikin bakwan, sambal teri, sama lalapan" jeno mengangkat alisnya melihat menu yang ada di depan matanya. "ya gue tau agak gosong bakwannya karena gue goreng sambil scroll tapi percaya deh ini bisa dimakan"
jeno tidak berkomentar apapun, ia mengambil nasi dan lauk yang di depannya kemudian makan dengan tenang. "enak ngga? layak ngga buat dimakan?" yeji bertanya sambil menyipitkan matanya.
jeno mengangguk. "asin cuma kalau sama nasi ngga masalah" jawabnya asal sambil melanjutkan sarapannya dengan tenang seperti biasa tanpa protes.
"lo libur kapan?" yeji yang sedang mengunyah menoleh ke arah jeno. "kenapa emamgnya? lo udah libur?" jeno menganggukan kepala. "dikasih tiket pesawat dari jaemin buat honeymoon. lo kapan libur?"
mendengar itu, raut wajah yeji langsung cerah. "dua hari lagi gue selesai. mau kemana emang?"
jeno mengangkat bahu. "rahasia" jawabnya sambil meletakkan piring kotor.
"jenoooo mau honeymoon kemana ih?" yeji bertanya kepada suaminya penasaran. Jeno dengan jahil mengangkat bahu. "udah dibilang rahasia juga. lo cukup kerja selama dua hari biar sisanya gue yang urus. oh gajian gue kayanya udah masuk"
"awas kalau nanti honeymoon nya gue ditinggal sendiri malahan lo pergi"
"engga elah"
"bener loh! awas aja gue balik sendiri biar lo bulan madu sama bule aja sana!"
"boleh?"
"ENGGA LAH! MIKIR!"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake
FanficBagaimana jadinya kalau dua orang yang saling membenci disatukan karenakan sebuah kesalahan? "amit-amit mau punya cowo kaya dia. udah judes, emosian, posesif, untung duitnya banyak" -cassandra yeji "siapa juga yang mau sama lo? ribet, cengeng, tuka...