Pacaran Dosa Nggak?

72 2 0
                                    

Assalamualaikum

.
.
.

Happy Reading

Rakha sejak tadi sudah menunggu di depan kelas, merapikan rambut dengan jari-jarinya agar terlihat makin tampan di depan sang kekasih. Tak butuh waktu lama yang di tunggu hadir dengan wajah yang tak dapat di artikan.

"Pagi... Sayang," sapa Rakha dengan manis.

"Dih, apaan si lo. Nggak usah pake sayang-sayang gitu deh, mual gue dengernya." Bukanyaa sapaan balik manis yang Rakha terima malah ucapan pedas yang Rakha dapat.

"Yaaa... emang kenapa si? Sekali-Sekali, Za."

"Minggir, gue mau masuk!" Spontan Rakha minggir dan memberikan jalan untuk Aiza.

Mereka baru menjadi sepasang kekasih 6 bulan ini, tapi sudah banyak yang bilang kalau mereka ini Couple Goals di sekolah. Aiza sendiri bingung dari mana mereka bisa bilang seperti itu padahal romantis saja tidak pernah Aiza tunjukkan di depan siswa siswi lain.

Gaya pacaran mereka bisa dibilang tidak begitu alay, tidak ada panggilan sayang dan tidak wajib memberikan kabar 24 jam, tidak ada yang saling curiga. Meski baru 6 bulan ribut-ribut kecil sering mereka dapatkan, paling sering berantem karena permasalahan Rakha yang selalu merayakan hari jadi mereka setiap bulan.

"Ke taman sekarang!" Tiba-Tiba Aiza menarik lengan Rakha.

🌼🌼🌼

"Kamu kenapa si? tiba-tiba ngajak duduk di taman begini? Segala pake nyender di bahu, Aku?" Rakha yang sadar dengan sikap aneh Aiza mulai berkomentar.

Tak ada sautan apapun dari Aiza, ia hanya menikmati apa yang kini sedang di rasakannya. Bersandar di bahu orang yang paling ia sayang setelah ayah dan adiknya. Orang yang dulu dia benci namun kini menjadi orang yang paling ia cintai.

"Kamu lagi ada masalah? Kenapa? Cerita, Za." Suara lembut Rakha terasa damai di hati Aiza.

"Bisa tolong biarin gue begini dulu, nggak? Setidaknya sampe bel masuk?"

"Bisa banget, dengan senang hati." Dengan semangat 45 Rakha menerima permintaan Aiza.

"Bulan depan kita udah ujian, Kha." Aiza bersuara.

"Iya, Kenapa?"

"Itu artinya kita pisah?"

"Maksudnya?"

"Kita pisah dari sekolah ini, apa kita masih bisa ketemu?" Rakha benar-benar bingung dengan perkataan Aiza.

"Ya masih dong, Aku bakal lebih sering jemput Kamu buat jalan bareng, bakal bisa lebih sering ketemu soalnya udah nggak ada tugas yang menjadi penghalang kita bertemu." Satu pukulan mendarat di dada Rakha.

"Jangan jadiin tugas sebagai beban," peringat Aiza.

"Ya, kan emang itu faktanya."

"Lo harus lanjut kuliah, Ya. Kejar mimpi lo. Meski tanpa gue." Rakha terdiam mencerna apa yang barusan Aiza ucapkan.

"Kamu akan menemani setiap langkah pendidikan Aku, Za. Aku yakin itu." Rakha dengan pede berkata seperti itu.

"Kalo gue nggak ada di samping, lo? apa? Lo, akan menyerah?" Sekali lagi Rakha terdiam.

"Ini tu ciri-ciri orang mau pergi. Kamu, mau pergi ke mana sih? Kamu, mau kuliah ke luar negri? Luar kota? Kalo masih begitu mah masih bisa aku samperin. Kamu tenang ajaaa." Rakha menjawab dengan nada tak ada serius-seriusnya.

17:32 | Hidayah AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang