Wisuda

25 3 0
                                    

Assalamualaikum

.
.
.

Happy Reading

"Aku minggat aja kali ya?" kata Hanifah "diem-diem aja, Abang jangan bilang, Bunda."

"Astagfirullah jangan, Dek."

"Nanti kalo ada apa-apa di jalan siapa yang mau nolong?"

Hanifah tampak murung. "Iya juga, ya," setuju Hanifah. "Habisnya aku bosen di sini sendirian, Bang."

"Sabar ya, nanti Abang jemput, oke?" kata Ziyad penuh semangat.

Hanifah membuka lebar matanya menaikan alisnya. "Gimana kalo, Abang nginep dulu di sini? Temenin aku jalan-jalan di sini? Belom pernah loh kita jalan-jalan di daerah aku, masa jalan-jalan nya di pesantren Abi mulu sih." Hanifah memanyunkan bibirnya.

"Jalan-jalan? Ke mana?"

"Ke mana aja, ke Mall? Ke Pasar Malem? Ke Taman? Belanja bareng bibi? Ayuk, Bang. Mau, Ya?" ajak Hanifah semangat.

Tanpa ragu Ziyad mengngguk, "insyaAllah nanti Abang nginep di sana." Hanifah bersorak gembira. "Kita berdua aja kan?"

"Iya kita berdua aja, sibling time."

Ziyad tersenyum bahagia ketika Adik tersayang nya itu juga bahagia, mereka hanya dua bersaudara yang satu orang tua, mereka memiliki satu saudara laki-laki dari satu Ayah, yaitu Gus Afan yang kini baru memasuki Mts.

Gus Ziyad sendiri kini berusia 25 tahun dan baru menyelesaikan S2 nya di Universitas yang ada di kairo Mesir. Saat ini ia tengah mengabdi di pesantren Ayahnya dan mengajar di tingkat MA.

Lulus tepat waktu membuat nya bersyukur karena bisa kembali tepat waktu ke tanah air dan bertemu rutin dengan adik tersayang.

"Afan bisa di ajak nggak, Bang?" tanya Hanifah seketika teringat adik bungsu nya itu.

"Nggak bisa kayaknya, waktu libur di sini beda, saat kamu di sana sudah liburan, di sini baru mulai ujian."

"Yah? Trus, Abang gimana? Jadi pengawas ujian kan pasti?" tanya Hanifah tampak raut kecewa.

"Alhamdulillah, Abang nggak di amanahin jadi pengawas ujian, jadi bisa izin sama Ayah untuk liburan bareng adik Abang yang satu ini." Hanifah bernapas lega mendengar jawaban Abangnya.

"Hanifaahh!!! belum tidur kamu?" Terdengar suara Bunda dari depan pintu kamar.

Hanifah tampak kelimpungan ia berusaha buru-buru mematikan teleponnya takut Bunda akan marah.

"Loh kamu ngapain? Teleponan sama siapa?"tanya Bunda saat sudah tiba di hadapan Hanifah.

Dari sebrang sana Ziyad meminta untuk jangan dimatikan dan tolong berikan handphone nya pada Bunda.

"A-abang, Bun." Hanifah menyerahkan ponsel nya.

"Assalamualaikum, Bunda," sapa Ziyad dari sebrang telepon.

Bunda terdiam tampak raut wajah rindu di sana.

"Bunda," panggil Ziyad.

17:32 | Hidayah AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang