02 - Confuse

346 18 5
                                    

*Author's Journal*

Perth, Australia. 06.21 AM

Chloe terbangun dari tidurnya. Kemudian ia segera mengusap wajahnya dan mengacak rambutnya yang pirang. Cahaya pagi di Perth berbeda dengan London. Disini terkesan lebih.. Tropis. Tetapi itu bukanlah sebuah alibi bagi Chloe untuk menolak ditukar kesini. Lagipula ini hanya sementara, bukan? Kalaupun misalnya Chloe terlanjur mencintai kota dan negara ini, bukan tak mungkin jika ia memilih untuk menetap di kampung halamannya.

Chloe membuka ponselnya. Tertera beberapa pesan dan panggilan masuk dari beberapa teman, keluarga, dan satu pesan dari ibunya. Total semuanya adalah enam pesan dan delapan belas panggilan tertinggal. Zona waktu memang membunuh. Chloe tersenyum, melihat betapa ia dirindukan. Dengan percaya diri yang tinggi, Chloe segera mandi dan memakai seragamnya. Lalu membangunkan Allison yang masih tertidur di kasur lain. 

Setelah mereka semua berbenah, pun mereka langsung beranjak ke tempat yang mereka tuju. Sekolah? Chloe kemudian tersadar. Ada penampilan lomba band hari ini. Mereka mempercepat langkah agar cepat sampai. Pemborosan kata, abaikan saja beberapa rantai kata-kata itu.

***

*LUKE HEMMINGS' P.O.V.*

Aku memegang gitar akustikku dengan gugup. Ashton sudah memegang dua pasang stik drum, satu untuk penampilan yang non-akustik dan satu lagi untuk penampilan akustik. Calum memegang bass hitam dengan coretan 'X' favoritnya. Dasar idiot. Michael? Gitar akustik telah ia pegang, bersama dengan gitar elektrik di bagian belakangnya. Huft, baiklah. Ini hari yang besar, Lucas. Jangan membuang kesempatan. Tiba saatnya kami tampil. Ashton sudah duluan naik ke panggung sedari tadi. Entahlah, rasa nervous ini mendadak hilang, setelah aku merasa lega, muncullah rasa itu lagi. Sial.

Aku memainkan gitarku dengan lihai. Ya, sudah jelas. Aku seorang gitaris, man. Mana ada ceritanya aku tak hafal kunci gitar. Kami diminta membawakan empat lagu. Karena aku leader band  jadi akulah yang menentukan lagu yang kami tampilkan. Aku memilih Beside You, I Miss You, Amnesia, dan Voodoo Doll. Ashton bahkan sempat menolak keputusanku. Ia berkata "Drumming-ku tidak terlalu bagus untuk lagu Voodoo Doll, Luke." Heh. Pasalnya beberapa tur dunia kami telah membawakan lagu kebanggaan kami itu. Baiklah, ada apa denganku? Aku sangat girang ketika tur dunia yang dilihat lebih dari seribu orang, dan sekarang bahkan hanya dua ratus orang yang hadir. Jangan idiot, Lucas.

Pandanganku terkunci pada seorang murid pirang yang menonton kami. Dia tampak memperhatikan Michael sedari tadi. Kurasa ia suka pada Michael. Dan yang kutau pasti ia seorang pertukaran pelajar dari London, karena ia duduk di barisan 'Student Exchange - London' bersama delapan orang lainnya. Aku terus memperhatikannya, namun ia hanya memperhatikan lelaki berambut acak itu. Kemudian ia bertepuk tangan dan berbisik kepada seorang perempuan pirang-juga- disampingnya.

Setelah kami tampil barulah kami diberi waktu bebas. Aku ingin menghampirinya, namun, siapa aku? Bahkan aku tak tahu namanya. Apakah aku jatuh cinta? Jangan. Tidaklah, aku tak jatuh cinta. Aku menaruh gitarku kemudian mengambilnya lagi. Mencuri perhatian gadis itu bukan ide yang buruk.. kan? Aku segera memainkan lagu I Miss You. Beberapa orang mengerumuniku, termasuk gadis itu dan dua temannya yang berambut pirang dan coklat.

"Lihat, Mila, Elle! Ini lagu favoritku, kautau?! Dan ia membawakannya dengan sangat lihai. Dia mempesona!" apakah aku tak salah dengar? Aku terus memainkan lagu itu hingga selesai. Kemudiann gadis itu menghampiriku. Aku menggigit bibir bagian bawahku. Ini lebih gugup dari tampilan tadi.

"Aku Chloe Grace Moretz. Siapa namamu? Kau tampan, serius." ujarnya membuatku terbang. Gadis sialan. Aku seperti mabuk cinta saja rasanya. Kemudian aku menjabat tangannya.

"Lucas Robert Hemmings. Panggil aku Luke. Omong-omong.. kau suka dengan temanku yang bernama Michael, ya?" ujarku tanpa basa-basi.

"Michael? Clifford?" ujarnya. Jangan-jangan dia sudah berkenalan dengannya? Persetan, aku tak peduli. Michael sudah berhubungan dengan Rey, murid kelas sebelas itu. Jadi kesempatanku merebut Chloe masih terbuka lebar.

"Ya.. terserahlah siapapun nama belakangnya itu." ejekku dengan memutar bola mataku. Ia tertawa. Sialan, berapa gula yang Tuhan buat untuk merancang gadis semanis ini!? Ia tersenyum lalu melepas kuncirannya.

"A--aku tak menyukainya. Sama sekali. Permisi," ujarnya lalu berlalu. Oke, Luke Hemmings salah kata-kata. Lagi. Aku segera berlalu dan menghampiri ketiga teman idiotku. Mungkin aku bisa merasa lebih baik. Namun lagi-lagi dewi Fortuna tidak berpihak kepadaku. Tiga temanku telah pergi masing-masing. Oh. Pasti Ashton bersama Bryana, Calum bersama Claresta, Michael bersama Rey. Sial. Aku benar - benar malu.

****

*CHLOE MORETZ'S P.O.V.*

Aku bingung dengan kata-kata Luke yang menanyakan apakah aku menyukai Michael atau tidak. Aku tak bisa menjawabnya Luke, maaf. Aku akui Michael sangat imut, tampan, bertalenta, dan .... sepertinya ia tipe orang yang setia. Namun mendengar rumor atau fakta--aku taktau-- bahwa Michael sudah bersama Rey.. aku tak bisa lagi menyukai Michael. Karena aku dan Rey juga telah berteman sejak lama. Rey sudah berbuat ribuan kebaikan padaku.. Apakah.. tidak. Tidak, aku tak boleh menyakiti Rey. Aku merasa kemunafikanku sudah merajalela. AKU MEMANG MUNAFIK. Garis bawahi itu! Aku telah menyakiti orang yang berbuat baik padaku. Oke, aku merasa sembilan puluh sembilan persen MUNAFIK.

"Chloe?" bagus. Panjang umur kau Rey.

"Umm-- y-yaa?" ujarku ragu ragu. Suaraku bergetar karena aku menangis. Aku memang cengeng, teriak di kupingku bahwa aku cengeng. Aku selalu menangis saat aku bingung. Rey menghampiriku lalu memelukku.

"Mengapa kau menangis? Ada masalah apa?" ujarnya. Sudah kubilang ia begitu perhatian. Aku hanya menggeleng. Merasa tak enak padanya, aku segera mengelak pelukannya, "ayolah Chloe. Aku tau kau ada sebuah kendala. Ada apa? Kau bisa bercerita padaku. Ayolah, biarkan aku membantumu. Aku temanmu Chloe, aku mungkin tak bisa berjanji akan menyelesaikan semua masalahmu tapi aku janji aku akan mencoba mencari cara untuk menyelesaikannya. Ayolah.. Berceritalah padaku."

"Rey.." ujarku lirih. Kurasa isakanku tadi telah membuat suaraku menjadi serak. Masih terisak, aku segera mengusap wajahku dan memeluknya. Perasaan tak enak kembali menghampiriku. Aku menangis di sekolah dan ini memalukan, karena ini bukan negaraku dan ini negara baruku. Aku sangat memalukan, entah komentar apa yang akan Mrs. Wilson dapatkan, sepedas apapun itu takkan menyakiti perasaanku, sesakit aku sakit melihat Rey seperti ini. Aku merasa iba padanya. Dia telah berjasa banyak padaku.

"Jika.. jika.. seseorang yang kau cintai di cintai oleh seorang yang kau sayangi.. apakah.. kau marah?" ujarku lirih. Rey tampak kebingungan, sembari mencerna makna pernyataanku tadi. Rey kemudian menatapku dengan tatapan soft-nya.

"Tidak asalkan ia bahagia." ujarnya santai. MUNAFIK SEKALI KAU CHLOE. KINI KAU BERANGAN-ANGAN MENDAPATKAN MR. CLIFFORD LAGI?!, kubiarkan gadis dalam hatiku meratuk sepuas-puasnya hingga ia kecapaian. Aku sungguh munafik.

"Rey.. kau .. sangat mencintai Michael dengan tulus, kan'?" ujarku tersenyum kecut. Rey tersenyum, "tetapi jika kau mencintai Michael, kau boleh menyatakan perasaanmu padanya. Daripada memendamnya terus. Kau tak ingin sakit terus menerus, bukan? Sudahlah, Chloe. Lebih baik aku yang sakit." ujarnya. Tidak Chloe tidak. Kali ini tidak. Aku hanya menggeleng pelan, "aku tidak apa-apa." ujarku. Lalu ia tersenyum menatapku sayu.

"Kau yakin?" ujarnya. Aku hanya tersenyum mengangguk.

"Sudah pukul sembilan.. lebih baik aku kembali ke cottage. Terimakasih untuk hari ini Rey." ujarku. Ia hanya mengangguk.

****

*Author's Journal*

Sementara itu Luke dan Michael sedang berbincang bincang di kamar mereka. Membicarakan suatu hal yang sungguh penting. Entah mengapa tiba-tiba saja Luke melayangkan sebuah pukulan pada Michael.. Membuat Ashton menghampiri dan melerai mereka.

****

udah woi udah abis. HAHAH. an gua ganti bc gua tdk lagi into pekmen eW I FEEL LIKE ANAK ALAY EVENTHOUGH I AM.

P.S.: besok senin

Happy Ending (before: Friendzone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang