03 - Terror 1

209 17 2
                                    

*ASHTON's P.O.V.*

Aku tak sengaja melewati sebuah ruangan yang dihuni oleh Luke dan Michael. Entah mengapa gaya berbincang mereka keras. Biasa, lelaki. Hahaha. Tidak, kali ini suatu yyang tidak biasa terjadi. Aku mendengar Luke terdiam lalu semenit kemudian suara Michael mengerang terdengar. Oke, aku memiliki firasat buruk akan hal ini. Bodohnya lagi, aku bukan masuk dan melerai, tetapi malah menguping mereka. Idiot kau, Ash. Batinku dalam hati. Aku menyentuh knop pintu dengan hati gusar. Baik, kau adalah yang tertua Ash. Berilah contoh pada mereka. Krek.. Pintu terbuka, lalu aku segera masuk. Pemandangan tak sedap pun yang aku peroleh, Michael tersungkur di lantai sementara Luke.. Dia .. tampak dengan nafas terengah-engah. Aku menolong Michael yang kesakitan, lalu melihat wajah Luke. Pria mata biru itupun memutar bola matanya lalu menerobos keluar.

"Apa yang terjadi?" ujarku. Michael hanya menggeleng. lalu menceritakan sederet kisah yang membuat Luke menonjoknya. Ashton terpaku diam, lalu ia berkata lagi, "Mike! Kau gila?! Kau akan kalah, bodoh!" ujar Ashton. Apakah yang mereka bicarakan?

"Aku tak bisa menerima kenyataan yang harus aku hadapi Mike. Tidak. Kau tak boleh begitu, idiot. KAU DAN LUKE DALAM BAND YANG SAMA." tukas Ashton lagi, "Tapi jika aku tak menerima tantangan itu, Luke mengancam akan membunuh Rey!" tukas Michael. Ashton terpaku lalu tertawa kencang, membuat yang ditatap bingung.

"Bodoh. Mana bisa Luke mengancam hal yang tak bisa ia lakukan. Memangnya dia psikopat atau apa?" tukas Ashton sembari tertawa kencang, "kau ini, seperti anak lima tahun yang mudah dibohongi akan akal-akalan hantu berkepala kucing saja," entahlah, mendengar kalimat Ashton, Michael lantas tertawa.

"Sialan kau," tukasnya.

****

*CHLOE'S P.O.V.*

Aku berjalan bersama Rey. Pagi ini Allison dan Reina susah sekali dihubungi, begitu pula dengan Elle. Ada apa dengan semua orang? Untung saja tadi Rey melewati kamarku. Jadi ia memanggilku dan mengajakku ke sekolah. Hari ini penampilannya masih sama seperti kemarin ; masih tersenyum dan bersedia membantuku. Setan apa yang merasuki gadis ini? Sampai ia rela sekali membuang waktu berharganya untukku? Heran.

"C—chloe." ujarnya memanggil namaku. Spontan aku menoleh, "Hm?" ujarku. Entahlah aku hanya malas berkata-kata hari ini. Rey tampak menarik nafas panjang, seakan tak yakin aku akan mengerti apa yang ia bicarakan, "Apakah kau pernah merasakan diteror?" DEG. Entahlah, pertanyaan ini seakan menghantamku begitu saja. Aku tak tau kenapa, yang pasti aku merasa tak nyaman sekarang.

"Tidak.." ujarku lalu menarik nafas--sedikit. Dan melanjutkan ucapanku, "mengapa, memangnya Rey?"

"Tak apa.. aku hanya merasa diterror oleh seseorang. Entahlah. Seperti menggunakan boneka voodoo? Hahaha." bodoh, mengapa ia malah justru tertawa sendiri ditelan kata-katanya? Aku menggelengkan kepala. Kemudian berbelok ke arah kiri. Di dalam kelas terlihat Michael sedang duduk lalu menghampiri kami. Ralat, bukan. Dia menghampiri Rey. Kemudian mereka tampak berbincang dengan serius, jadi ya.. kutinggalkan Rey dibelakang saja. Bfft.. Aku menyukai Michael, tapi Rey sudah memilikinya. Harus apalagi aku? Kurang sabarkah? Sialan. Apa yang baru aku pikirkan?

****

y

                     -

Happy Ending (before: Friendzone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang