Mulai dekat - Zhanyi

115 19 10
                                    

Dua bulan Zhan mendekati Yibo, akhirnya hal itu membuahkan hasil. Yibo mulai merespon kehadiran Zhan setelah selama dua bulan Yibo mengabaikannya.

"Didi, sedang gambar apa?" Zhan duduk di sebelah Yibo dengan melingkarkan tangannya pada perut Yibo.

"Tanganmu mau dipatahkan?" Zhan langsung melepaskan tangannya dari perut Yibo. Dan beralih membuka bungkusan snack yang tergeletak di sebelah Yibo.

Zhan menyuapi Yibo dengan mata yang fokus melihat apa yang digambar oleh Yibo dengan telaten. Yibo menerima suapan itu tanpa mengelak.

"Itu gaun pengantin?"

"Hmm."

"Kau ingin menggunakan gaun itu saat kita menikah nanti?" Yibo menghentikan kegiatannya, dan menatap Zhan dengan tatapan aneh. Lalu, bergeser sedikit menjauh dari Zhan.

"Ayolah didi, gege hanya bercanda~"

Yibo memutar bola matanya malas. Dia menutup art book miliknya dan merubah posisinya menjadi menatap Zhan sepenuhnya.

"Apa kau mencintaiku dalam konteks yang romantis?" tanya Yibo tanpa basa-basi.

"Iya." jawab Zhan dengan tegas.

"Tapi aku tidak. Permisi." Yibo beranjak dari tempatnya tanpa mempedulikan ekspresi kekecewaan dari Zhan.

Zhan menahan tangan Yibo dan berkata dengan lirih, "Apa sedikit pun kamu tidak merasakan apa-apa pada gege, didi?"

Yibo diam, tidak membalas pertanyaan Zhan. Dia menepis tangan Zhan lalu beranjak meninggalkan Zhan yang sedang gelisah, galau, merana di bawah pohon.

Sesampainya di kelas, Yibo duduk diam. Dia memikirkan kembali pertanyaan Zhan tadi. Apa benar dia tidak memiliki sedikit pun perasaan ke pria yang lebih tua darinya itu? Atau sebenarnya dia hanya merasa tidak layak karena kondisi ekonomi yang jauh terbanting dengan kondisi Zhan? Hingga tanpa sadar dia menepis segala perasaannya?

"Woi! Kenapa?"

"Bingung."

"Semua orang emang bingung, nanti gak bingung lagi kalau udah di surga." Yibo memelototi temannya dan mendengus kesal.

"Hehehe, sorry sorry. Bingung kenapa sih bayiiii?? Zhan minta kamu jadi pacarnya?"

"Enggak sih, cuman dia bilang kalau dia suka aku." jawab Yibo dengan sedikit lesu.

"Iya kan, emang? Baru sadar? Perasaan kamu tipe orang yang peka ke sekitar, deh?" heran salah satu temannya.

"Hampir 2 bulan dia pdkt-in kamu loh? Kamu gak sadar? Atau pura-pura gak sadar?" tambah temannya yang lain.

"Gak tau, bingung. Udah lah makin dipikir makin buat kepalaku mau pecah." Yibo mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Yang disana dia melihat Zhan sedang bermain basket tapi tidak seperti biasanya. Saat ini Zhan terlihat sedang sangat emosi entah karena apa.

"Jujur deh sama kita. Kamu gak punya perasaan apapun ke Zhan? Sedikiiiitt aja? Gak ada?" desak temannya.

"Gak tau. Aku gak masalah dengan segala gangguan yang dia berikan. Tapi, untuk perasaan yang lebih dari sekedar teman, aku gak yakin. Aku takut. Aku bingung." jawab Yibo tanpa mengalihkan pandangannya.

"Gak semua cowok kyk ayahmu, Yibo. Sekalipun Zhan kelihatan seperti kriminal kelas kakap. Tapi, selama dua bulan ini dia nge-treat kamu dengan baik kan? Sangat baik malah."

"Bagaimana jika itu hanya sesaat? Bagaimana jika sebenarnya dia hanya penasaran saja padaku tapi gak benar-benar mencintaiku? Lalu, nanti..... Setelah dia bosan, dia akan meninggalkanku begitu saja. Membuangku seperti bajingan itu."

"Gini-gini nih contoh korban daddy issue, mau dijelasin segimana pun susah. Gak akan percaya. Entar giliran Zhan deket sama yang lain nangis!"

Yibo menatap Zhan dengan tatapan sendu, lalu dia tersenyum ke teman-temannya. "Udah lah gak usah terlalu dipikirkan. Kalau emang jodoh nanti aku sama Zhan akan tetap bersatu bagaimana pun caranya."

"Jodah jodoh jodah jodoh. Kalau kamu gak ngambil tindakan apapun tuhan juga lepas tangan lah. Manusia keras kepala kyk kamu cuman bikin pusing aja." kesal temannya yang hanya ditanggapi dengan kekehan kecil oleh Yibo.

"Udah lah, namanya juga bayi. Kalau gak bikin kita emosi semenit aja kyknya hidupnya gak akan tenang." Yibo mencebik karena dipanggil bayi. Namun, dia tidak protes karena itu adalah hal yang sia-sia.

Yibo kembali menatap Zhan yang kali ini Zhan juga sedang menatapnya. Hal itu membuat Yibo mematung dalam sekian detik sebelum akhirnya melemparkan tatapan datar tanpa ekspresinya.

Sejujurnya, Yibo merasa nyaman dan aman saat ada Zhan disekitarnya. Namun, dia enggan untuk mengakuinya. Entah karena gengsi atau kurang percaya diri.

Sedangkan Zhan yang berada di lapangan kembali menggila. Dia melemparkan bola basket ke segala arah. Dia kesal, sedih, marah, emosi, dan kecewa entah pada siapa. Pada Yibo yang tidak membalas perasaannya. Atau pada dirinya yang tidak mampu membuat Yibo menyukainya?

Zhan meratapi nasibnya di bawah terik matahari di tengah lapangan dengan seonggok bola basket yang menemaninya. Dia sempat berpikir apa cerita ke ayahnya saja ya? Tapi, bisa-bisa dia penggal nanti. Kemarin saja dia hampir dihukum oleh sang ayah.

Karena terlalu larut dalam pikirannya, Zhan tidak sadar jika Yibo sudah berada di pinggir lapangan. Duduk santai di tempat yang teduh melihat Zhan yang masih bertingkah seperti orang gila. Jika bola basketnya tidak menggelinding ke kaki Yibo, mungkin Zhan tidak akan pernah sadar.

"Eh? Didi?? Kok disini? Bukannya tadi masih di kelas?" tanya Zhan dan dengan sengaja dia duduk di sebelah Yibo.

"Jauh-jauh dikit. Bau keringat." Yibo menatap Zhan dengan jijik.

Namun, Zhan tetaplah Zhan. Dengan jahil, dia malah memeluk Yibo yang membuat Yibo teriak-teriak. Bukannya melepaskan pelukannya, Zhan malah tertawa lepas seraya mengeratkan pelukannya.

"ZHAN-GE MENYEBALKAN! MENJAUH DARI YIBOO!! HUUAAAA"

"TIDAK MAUU!! GEGE MENYUKAI DIDI! GEGE GAK MAU MENJAUH DARI DIDI!!!"

"GEGE BAU KERINGAT!! ITU MENJIJIKAN!"

"INI AROMA ORANG TAMPAN DIDI!!"

Teriakan-teriakan yang terdengar aneh itu saling bersautan membuat kelas yang berada di dekat mereka terganggu waktu belajar mengajarnya, namun, tidak ada yang berani menegur anak pemilik sekolah itu.

Dengan sekuat tenaga, Yibo menendang Zhan membuat Zhan jatuh tersungkur dengan masih tertawa puas.

"Zhan-ge menyebalkan! Yibo hanya mempunyai satu seragam!" kesal Yibo.

"Nanti gege belikan lagi, lima." balas Zhan dengan santai, Yibo hanya mendengus kesal sebagai responnya.

"Didi, gege ai ni. Jadi pacar gege mau?" tanya Zhan secara tiba-tiba membuat Yibo menatap Zhan dengan tatapan terkejut. Zhan menanti jawaban dengan duduk di lapangan dan menatap Yibo dengan tatapan yang sangat lembut.

"Aku hanya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Aku piatu yang berasa yatim-piatu. Aku miskin. Aku tidak bisa bersanding denganmu, ge." Yibo membalas Zhan dengan senyum manisnya.

"Persetan dengan harta, didi. Keluarga gege tidak mempedulikan hal itu. Yang penting, kita saling mencintai dan bahagia itu sudah cukup. Hanya katakan kamu juga memiliki perasaan yang sama seperti yang gege rasakan." Zhan mendekati Yibo menggenggam tangan Yibo.

"Gege mencintai Yibo, gege menyayangi Yibo, gege ingin melindungi Yibo. Percayakan semua beban kamu pada gege. Bergantung lah pada gege, didi. Bebani gege." Zhan mendesak Yibo yang membuat Yibo semakin merasa tidak nyaman.

"Ge... Yibo...





























Next?

Sweet Little Lion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang