Sunday | Wang Yang

81 18 3
                                    

Mansion Xiao kali ini terlihat cukup ramai. Tentu saja itu disebabkan oleh ocehan Yibo dan Zhan yang seperti tidak ada ujungnya. Mereka masih merutuki ujian biologi tempo lalu.

Sementara, Sean duduk di ruang tengah dengan tenang. Sesekali dia akan menanggapi kedua makhluk itu saat keduanya melemparkan pertanyaannya padanya.

Namun, suasana harmonis itu harus terhenti karena ada sesosok makhluk hidup yang tak diundang masuk tanpa permisi bahkan langsung duduk di sebelah Sean.

“Ngapain?” Sean mendengus saat makhluk tidak jelas di sebelahnya hanya tersenyum konyol.

“Mau pulang sendiri atau gue mutilasi?” Sean menyebarkan aura pembunuhannya pada sosok itu yang hanya dibalas kekehan ringan.

“Galak banget anjing. Santai dulu bosku. Udah lama kita tidak bersua ini. Gak kangen lo sama abang lo yang ganteng ini?” Wang Yang menaik turunkan alisnya menggoda Sean.

Sean memutar bola matanya malas. “To the point aja lah, Wang Yang. Gak usah bertele-tele.”

“Gue mau ke London besok.” Sean hanya menaikkan satu alisnya. “Mau nitip sesuatu?” Sean menatap sosok itu dengan sangsi. Tanpa kata, Sean langsung pindah posisi menjauh dari sosok itu.

“Zhan, om mu kerasukan atau gimana?”

Dengan polos, Zhan menjawab, “Emang setan bisa kerasukan setan lainnya, dad?” Yibo reflek ketawa ngakak mendengar jawaban kekasihnya itu.

“Yak! Zhan-ge! Hahahahahahaha!” Yibo terus tertawa terbahak-bahak sampai memukul-mukul meja.

Sean dan Zhan hanya bisa menggelengkan kepalanya maklum. Namun, berbeda dengan Wang Yang yang menatap Yibo dengan intens. Hal itu tidak luput dari perhatian Sean.

Tanpa kata, Sean menerjang meja di hadapannya sampai membuat Wang Yang mengadu kesakitan. Namun, Sean seakan tak berdosa menaikkan kakinya ke atas meja, menatap Wang Yang dengan ekspresi datarnya. Menunjukkan senioritasnya—meskipun pada kenyataannya Wang Yang lebih tua daripada dia.

Sedangkan Yibo terlonjak kaget hingga langsung loncat ke pangkuan sang kekasih.

“Daddy-nya Zhan-ge seram...” bisik Yibo yang terdengar oleh Sean.

“Zhan, masak sana. Sebentar lagi makan siang.” Zhan hanya mengangguk singkat lalu dia pergi ke dapur dengan Yibo yang berada di dalam gendongannya.

Sean be like; puluhan pelayan yang gue miliki cuman gue pandang sebatas pajangan aja. Urusan masak dan bersih-bersih mending nge-babuin anak sendiri. 😎✌️

Sean melihat tingkah anak dan kekasihnya itu tanpa ekspresi. Berbeda dengan Wang Yang yang menatap kepergian keduanya dengan senyum miringnya.

“Wang Yang. Zhan anak gue sama Zhan jiejie. Jangan rusak kebahagiaan dia.” Wang Yang hanya menatap Sean dengan senyumnya.

Sean menatap Wang Yang dengan kesal. Dia tidak rela jika kekasih dari anaknya itu harus jatuh ke dalam pelukan orang di hadapannya. Bukannya lebih baik dia jatuh ke dalam pelukannya? Eh.

Ealah, pak, pakkk!!

Keduanya terlibat keheningan sebelum akhirnya dipecahkan oleh teriakan Yibo yang mengatakan makanan sudah siap. Sean beranjak dari tempatnya dan ketika dia berada tepat di sebelah Wang Yang, tanpa kata Sean memukul Wang Yang dengan keras.

Wang Yang meringis kesakitan, sama sekali tidak dipedulikan oleh Sean. Pun, Yibo yang melihat kejadian itu hanya mengangkat bahunya acuh. Dia duduk di sebelah Zhan dengan mengayun-ayunkan kakinya menunggu mereka memulai acara makan siang hari itu dengan riang.

Makan siang hari itu berjalan dengan baik. Tanpa ada perdebatan yang tak berarti. Meskipun demikian, jauh di bawah meja makan itu, sebenarnya terjadi pertarungan antara Sean dan Wang Yang. Ya, walaupun di wajah keduanya tidak terlukiskan ekspresi apapun.

“Zhan-ge, besok jalan-jalan yuk.”

“Sekolah, didi...”

“Ya maksudku setelah pulang sekolah! Dasar bodoh!” Sean dan Wang Yang menahan tawanya melihat ekspresi Zhan yang seperti anak kucing yang ditinggal induknya.

Sean meninggalkan keributan tidak berguna itu tanpa kata. Mengabaikan kehadiran Wang Yang yang tidak jelas tujuannya itu. Melihat kepergian Sean, Wang Yang langsung menyusulnya. Dia sadar diri, berada diantara dua orang yang sedang kasmaran.

“Se, Se!! Tungguu, tunggu anjing!” Wang Yang menarik tangan Sean layaknya film sinetron murahan yang sering terjadi di film film yang sering dilihat oleh mereka.

“Huek! Pait! Pait! Pait!!!” Sean merinding sebadan-badan. Dia langsung menepis tangan Wang Yang. Dan lari secepat kilat ke dalam kamarnya.

“XIAO SEAN ANJING! GUE BUNUH LO BANGSAT!” teriakan Wang Yang tidak didengarkan oleh Sean yang sekarang sudah bergelung di dalam selimutnya.

Gedoran keras yang Wang Yang lakukan tidak sedikitpun digubris oleh sang pemilik kamar. Bahkan Zhan dan Yibo memilih masuk ke kamar mereka masing-masing meninggalkan Wang Yang.

Wang Yang, pemilik bank sentral yang dihormati oleh banyak orang harus menerima fakta jika dia bahkan tidak dianggap oleh seluruh anggota keluarga Xiao, bahkan para pelayan dan pengawal keluarga Xiao pun terlihat tidak menghormati pemilik bank sentral itu.

Wang Yang menendang pintu kamar Sean sebelum akhirnya kembali ke ruang keluarga, menyandarkan tubuhnya pada sofa. Matanya terpejam, namun, bibirnya terlukis seringai penuh arti.

“Se, sorry. You know what? I think I'm in love with your son in law.” bisiknya entah pada siapa.

Wang Yang bangkit dari posisinya, dan mulia berjalan keluar dari mansion Xiao dengan senyum miringnya. Dia bertekad mendekati Yibo dengan perlahan agar tidak diketahui oleh Sean.

Ya, sekalipun Yibo adalah kekasih Zhan, Wang Yang lebih takut jika tindakannya nanti diketahui oleh Sean. Sekalipun duda beranak satu itu terlihat tenang dan santai, pria itu bisa lebih mematikan daripada anaconda, aligator, ataupun hewan mematikan lainnya. Karena itulah, Wang Yang lebih memilih jalan aman daripada jalan yang membahayakan dirinya.

“Let's play the game, Yibo.” Wang Yang membawa mobilnya menjauh dari mansion Xiao dengan seringai lebarnya.


Next?

Sweet Little Lion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang