Surat Panggilan

65 20 6
                                    

Sean membelalakkan matanya lebar saat membaca selembar kertas yang berada di tangannya. Surat Panggilan Orang Tua itulah yang tertulis di bagian utama. Sial.

Dan yang lebih sialnya dia mendapatkan dua sekaligus. Sean memijit pelipisnya. Begini rasanya memiliki dua anak yang tidak bisa diatur.

Sean menatap kedua sosok yang sedang bersimpuh di hadapannya dengan kepala yang tertunduk. Jika saja tidak ada Yibo, Sean akan dengan senang hati menggeplak kepala sang anak.

“Jelasin.” Sean mendesah lelah.

Yibo semakin menunduk, tangannya memilin ujung bajunya. Entah kenapa, Yibo merasa malu karena hal itu. Dia pun sedikit menyesali perbuatannya yang impulsif. Salahkan saja Zhan yang membawa pengaruh buruk untuknya.

“Ah ha-ha-ha... Daddyy... Itu..”

“Xiao Zhan. Kamu pasti tau dengan jelas kesabaran daddy sebanyak apa.” Zhan menelan ludahnya gugup.

Dengan ragu-ragu dia menceritakan kronologi kejadian yang sampai membuat dia dan Yibo mendapatkan surat panggilan orang tua. Yibo membantu menimpali beberapa kali, hanya jika dia merasa perlu.

Sean dibuat kehilangan kata-kata mendengar penjelasan dari kedua pelaku itu. Dia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menghembuskannya dengan kasar.

“Jadi kalian melakukan hal konyol itu sampai mendapatkan surat ini? Wah.”  Sean beranjak dari duduknya, membuka dua kancing kemejanya. Memberikan ruang untuk angin masuk guna meredakan emosinya.

Bisa-bisanya keduanya bertengkar hebat satu sama lain hanya karena sepotong sandwich. Iya kalian tidak salah baca. Kedua makhluk budak cinta itu bertengkar SATU SAMA LAIN hanya karena SEPOTONG SANDWICH. Gila.

Zhan yang awalnya berniat hanya menjahili kekasihnya berakhir dengan kesal karena sang kekasih dengan kejam menipisnya. Sedangkan amarah Yibo tersulut ketika sandwich miliknya yang sisa sepotong di makan oleh Zhan dengan kerlingan mata jahilnya.

Sandwich yang memang Yibo sisakan karena itu adalah bagian favoritnya harus lenyap di makan kekasihnya di depan matanya sendiri tanpa bisa Yibo selamatkan.

Lalu, baku hantam itu pun terjadi. Awalnya, Zhan hanya melindungi dirinya. Namun, Yibo yang benar-benar marah jadi ikut memancing emosi Zhan. Keduanya saling beradu pukulan hingga tanpa sadar mereka juga memukul dua guru yang berniat memisahkan keduanya.

Gila.

Dan yang lebih gilanya lagi, kedua pelaku itu dengan tak berdosa ciuman di hadapan kedua guru yang menjadi korban setelah amarah keduanya mereda. Saling mengucapkan kata maaf dan kata sayang satu sama lain.

Sungguh, Sean lelah.

Tidak, dia tidak iri. Dia hanya... Dia hanya... Kesal?

Bayangkan, kalian harus ke sekolah anak kalian karena pertengkaran tidak berguna yang dia lakukan .

“Yi, buatkan saya kopi.” tidak ingin menambah kesal yang lebih tua, Yibo langsung bangkit dari duduknya dan langsung melakukan perintah ayah dari kekasihnya itu.

“Zhan, kau... Ah. Daddy bingung harus bagaimana. Kapan kau akan dewasa, Zhan?! Sebentar lagi kau akan masuk kuliah dan akhirnya memegang perusahaan keluarga. Dengan tingkah kekanakan kamu ini bagaimana bisa daddy memasrahkan perusahaan ke kamu?! Otakmu itu dipakai, Zhan! Jangan cuman dijadikan pajangan!”

Zhan yang dimarahi hanya bisa menunduk seraya mengucapkan kata maaf. Karena dia pun merasa menyesal telah melakukan hal itu. Dia menyesal telah melukai kekasihnya bahkan sampai harus membuat sang ayah datang ke sekolahnya.

Yibo sudah membuatnya lebih baik, tapi, kenapa justru dia yang membuat Yibo menjadi kian memburuk? Sungguh. Zhan menyesal.

Tapi, melewati hari tanpa menjahili sang kekasih itu rasanya ada yang kurang. Hehe.

“Da-daddy-nya Zhan-ge.. Ini kopinya..” cicit Yibo takut-takut. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum karena merasa kepalanya di elus oleh duda beranak satu itu.

“Terima kasih.” Sean berusaha berbicara selembut mungkin.

Tak lama kemudian, seorang wanita cantik muncul dengan sedikit terengah. “Astaga, bagaimana bisa kalian terluka seperti ini?? SE! BAGAIMANA BISA LO NGEBIARIN ANAK LO TERLUKA, HAH?! ZHANZHAN AKAN SEDIH JIKA MELIHAT ANAKNYA TERLUKA! HAISHH! DASAR GAK GUNA!”

“Maaf, itu di luar kemampuan gue.” sesal Sean.

“BACOT!” Sean yang dihardik begitu hanya bisa memejamkan matanya agar tidak terpancing emosi juga.

“Zhan'er, Yibo, ayo sini tante obati.” wanita itu membawa Zhan dan Yibo untuk duduk di sofa. “Cih, kepala keluarga gak guna.” sindir wanita itu secara terang-terangan pada Sean.

“Tante... Ini bukan salah daddy...” lirih Zhan.

“Diam kau bocah! Kau tidak tau apa-apa. Sudah sewajarnya seorang ayah melindungi anaknya. Jika melindungimu saja dia tidak bisa bagaimana bisa dia menganggap dirinya sebagai seorang ayah? Sampah.”

Sean meringis, namun, memilih untuk berpura-pura tuli. Dia menyesap kopinya dengan perlahan.

Sementara, Yibo merasakan sesuatu yang tak bisa diartikan. Dia merasa tertampar oleh perkataan wanita cantik di hadapannya itu. Pun, dia juga merasa semakin menyesal dan tidak enak pada Sean yang notabenenya tidak tahu menahu perihal luka mereka. Yang justru kini menjadi pelampiasan amarah dari wanita di hadapannya. Kasian, daddy-nya Zhan-ge... Sehat-sehat selalu pria sabar.

Namun, sejujurnya Yibo dibuat kagum dengan kontrol diri pria berkepala tiga itu. Dia jadi teringat soal malam itu. Malam dimana Yibo melihat Sean hanya terlilit handuk. Tubuhnya seolah adalah patung yang terpahat dengan sempurna. Atau memang, usia segitu adalah usia usia untuk pria matang unjuk kebolehan?

Wah... Eh, kalau seperti ini harusnya Yibo yang merasa bangga pada dirinya atas pengendalian dirinya yang tidak tiba-tiba melakukan tindakan impulsif seperti mencium pria paruh baya itu tiba-tiba atau lain sebagainya, kan?

Next?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Little Lion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang