Aku telah mengubur banyak tokoh dalam tulisanku,
banyak pula yang ku diamkan di pojok cerita tanpa ku sentuh atau ku singgung lagi kisahnya. Kupikir aku telah telah membunuh mereka, namun ternyata rasakulah yang mati tertikam penaku sendiri.Hingga beberapa waktu lalu sebuah "mustahil" yang cukup indah datang menyapa, perlahan namun pasti dia masuk bagai penyusup dalam cerita. Membangunkan rasa yang sempat mati suri begitu lamanya.
Tapi "mustahil" tetaplah tak berkawan dengan "mungkin", bukan tak berusaha tapi aku bukan seorang yang senang membawa korban persembahan ke atas altar hanya untuk meminta bahagiaku sendiri.
Lagi-lagi aku memaku peti mati untuk rasa, liangnya tak semakin dangkal hanya karena pernah di bangkitkan sesaat, justru semakin dalam. Matinya menciptakan tenang, tenang yang amat damai.
Tak lagi riuh dengan gemuruh rindu hanya karena tak melihat banyang, tak lagi di ganggu resah hanya karena menunggu kabar, tak lagi ada harap atas "mustahil" yang memanggil dalam kabut.
Lukanya semakin dalam liangnya yang di gali juga semakin dalam, maklum bau bangkainya semakin menyengat melebihi sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi Bercerita
Thơ caSetiap diksi bercerita tentang siapa, mengapa, kenapa, dan bagaimana,,,, tentang hati yang bertanya, tentang diri yang mencari, tentang aku dan dunia yang ku tinggalin,