e i g h t

33 4 0
                                    

e i g h t | maid?!

Directed by Haruichi Furudate • queenrosemary

Ketiga pemuda Nekoma memperhatikan seisi cafe dan berdecak kagum akan interiornya. Mereka paham dengan target pengunjung mereka yang tidak perlu dijelaskan lagi. Bahkan terdapat pengunjung dengan tatapan mesum kepada pelayan-pelayan di sana dan ada pula beberapa pengunjung yang terang-terangan menunjukkan ketertarikan,

Namun hal yang tak mereka lebih paham ialah [your name] yang mau bekerja ditempat ini, bukankah tingkat keamanan cafe ini jauh dibawah standar?

Ketiga Nekoma itu menghela napas khawatir, Kai tidak sengaja menangkap jam dalam pandangannya. Sesaat ia lupa tujuan mereka ke kota. "Kuroo, Kenma, sebaiknya kita bergegas jika tidak ingin dimarahi oleh pelatih"

[your name] yang paham bahwa mereka akan pergi segera menghampirinya, "Maafkan aku tidak bisa menemani kalian" bisiknya. Kenma mengangguk, Kai menepuk pundaknya, "Tolong, berhati-hatilah"

[Your name] tertawa kikuk, Kuroo mengacak rambutnya dan menarik kedua pipinya. "Kau ini ..." [your name] bisa menangkap pemandangan wajah kesal Kuroo, tentu saja ia tahu bahwa mereka akan khawatir dengan pekerjaannya disini.

Kai tertawa dan kembali menepuk belakang Kuroo dengan keras, "Hei, ayolah. Kalau begitu kami pamit ya, [last name]-san" Kuroo melepas cubitannya kemudian mengaduh pada lelaki itu, menepuk ringan kepala [Your name] lalu keluar bersama Kenma serta Kai yang menunggunya di luar.

[Your name] melambai sembari tersenyum hingga mereka tertelan oleh pintu yang berbunyi oleh lonceng kecil. Ia menghela napas kecil, kemudian kembali melanjutkan kerjanya. Akaashi menatap [Your name] dengan harap cemas, sepertinya ia juga harus mengkhawatirkan nasibnya kedepan jika 'foto' itu benar-benar tersebar.

Begitu jam menunjukkan pukul empat, karyawan yang bertugas sore pun datang menggantikan [Your name] dan karyawan lainnya. Beberapa dari mereka ada yang langsung bergegas bergantian lalu pulang, namun ada juga yang hendak bersantai sebelum pulang, [Your name] misalnya, ia masih memainkan handphone-nya diruang istirahat sedangkan Akaashi sudah pulang terlebih dahulu. Mereka tidak membicarakan lebih lanjut mengenai kejadian tadi, [Your name] hanya bisa menepuk punggung Akaashi entah bagaimana kedepan untuknya. Apalagi dengan pakaian tak lazim seperti itu.

Mungkin beberapa menganggap lucu dan imut, namun beberapa lainnya bisa menganggapnya freak.

Ketukan pintu membuat matanya beralih ke pintu, seorang lelaki berwajah ramah membawakan chocolate tart, sontak saja [Your name] tersenyum sumringah. "Riku-san, terimakasih banyak" gembiranya setengah menangis terharu, rasa capek itu kian hilang seiring membayangkan manisnya kue itu.

 "Riku-san, terimakasih banyak" gembiranya setengah menangis terharu, rasa capek itu kian hilang seiring membayangkan manisnya kue itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Koga Riku, salah satu baker di cafe itu. Selain keahliannya memasak terutama di bidang dessert, ia sering mendapatkan pujian atas ketampanannya, yang sering membuat manajer mereka membujuknya untuk berganti menjadi waitress sepertinya. Namun ia sangat tegas menolak hal itu, kecintaannya terhadap dessert lebih besar dibandingkan pujian akan ketampanannya. Jalan pintasnya ialah, sehari sekali, kepada pelanggan beruntung ia akan keluar dan memberikan service khusus untuk menjamu langsung.

"Douita" tawanya, ia lalu duduk bersebrangan dengan [Your name] setelah meletakan kue diatas meja, tanpa permisi lagi, gadis itu langsung melahap kue itu. Menikmati tiap sendokan didalam mulutnya.

"Oiya, kudengar teman-temanmu datang berkunjung. Kupikir kamu merahasiakannya" tanya nya penasaran, [Your name] berhenti memakan kuenya, kembali menangis dalam hati. Memang benar, ia tidak menceritakan kepada siapapun mengenai pekerjaannya. Awalnya bukan juga untuk dijadikan rahasia, namun ia tidak begitu tertarik untuk menceritakan kehidupannya pada orang lain.

Kue yang tersisa setengah itu ia turunkan dan kembali menyender pada kepala sofa, "Hmmm, daripada itu aku lebih mengkhawatirkan Akaashi-san". Koga terkejut, apalagi tema hari ini sangat tidak menguntungkan untuk waiters lelaki.

"Lho, mereka kenal dengan Keiji juga rupanya"

"Iyah, mereka sering tanding basket bersama beberapa sekolah lainnya. Ada yang dari luar Tokyo juga, Karasuno, tapi aku lupa dari mana mereka berasal" [Your name] terkekeh kecil membayangkan kembali kesenangan mereka saat bersama.

Walaupun ia lebih senang menyendiri dan hidup di dunia nya, namun berada di lingkungan positif seperti itu bukanlah hal yang buruk. Koga tersenyum hangat melihat gadis di depannya yang nyata-nyatanya senang dengan apa yang dilakukannya.

"Hei, apa-apaan dengan senyuman itu"

Koga lantas tertawa.

[Your name] yang bingung pun hanya bisa tersenyum. Ia sudah menganggap Koga seperti kakaknya sendiri, bagaimana tidak, ia bahkan tidak pernah absen untuk memanjakannya dengan dessert seperti ini.

Apalagi ia sangat senang ketika bercerita sesuatu dengannya, ia adalah tipikal manusia yang mendengarkan seluruh ceritanya tanpa membuatnya merasa guilty, susah menjelaskannya, namun ia sangat nyaman dengan perasaan itu.

Dan itu adalah salah satu dari sekian alasan ia senang bekerja ditempat itu.

ೃ ✦ ✧ ∗ ❥ ҉

[Your name] menyusuri jalan yang dihias oleh lampu-lampu jalan ditemani suara kendaraan yang berlalu lalang juga suara palang kereta api. [Your name] termanjakan oleh nyamannya suasana, sesaat kemudian ia tersadar dan bergegas untuk pulang ke rumahnya.

Saat sampai, ia tidak heran dengan rumah yang lampunya masih mati padahal waktu telah menjelang malam. "Tadaima" ucapnya.

"Okaeri, [Your name]-chan" balas lelaki tua disusul batuk. [Your name] mendatangi ruangannya sambil menyalakan lampu satu per satu. Ia tersenyum lebar mengetahui lelaki itu menghabiskan makanan yang ia buat untuknya. "Wah, Papa hebat bisa menghabiskannya" Lelaki itu tersenyum lemah sambil memperbaiki posisinya menjadi duduk.

"Iya dong, rasanya sangat lezat seperti biasa. [Your name]-chan memang pintar ya" [Your name] tertawa, ia kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku, tadinya ia menyempatkan diri untuk ke toko buku, berpikir jika Papa-nya akan bosan jika hanya duduk dirumah sendiri. Apalagi Papa-nya tidak begitu menyukai acara televisi.

"Tada! Aku membelikan Papa buku, pasti Papa akan suka" ucapmu lalu menceritakan detail-detail buku itu. Lelaki tua yang [Your name] sebut Papa itu lalu melirik ke arah tas yang tak sengaja ia dapati sebuah majalah bersampulkan wajah Ibunya.

Ketika [Your name] selesai dengan ocehannya, tanpa memotong ucapan gadis itu, dia meraih tangannya. "[Your name]-chan, bagaimana dengan kabar Ibumu?"

Senyuman [Your name] sedikit luntur, namun segera ia tarik lagi dan berkata "Tentu saja baik" [Your name] sedikit menarik tasnya, "Ayah juga begitu, ia bisa fokus sekarang di Amerika bersama istrinya"

"Begitu ya ..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Daily Life with Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang