3. Makan malam

221 155 149
                                    

~

"Loh Vester?!"

"Megalodon?!"

"Anjir, lu ngikutin gue?"

"Kepedean lu Megalodon"

"Lah trus lu ngapain disini?"

"Dinner lah. Lu pikir gue pelayan disini? Orang secakep ini?"

Mega tertawa, "Dih? Ngelawak lo"

Siapa sangka bisa saling bertemu di restoran. Bukankah ini sebuah kebetulan ataukah sebuah kesengajaan?

Mega berdengus kesal. Sekali lagi ia mencoba dengan sabar untuk bertanya kepada Vester, "Nih ya gue tanya baik-baik, lu disini ngapain? alasannya kenapa? dan sama siapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Mega, Vester malah memasang wajah yang menyebalkan sehingga membuat Mega semakin kesal. "Jawab Silvester Mahendra!" ucap Mega dengan penuh penekanan.

"Kan udah gue jawab tadi. Gue kesini mau dinner. Alasannya karena diajak sama Papa sama Mama. Udah gitu doang"

Mega kemudian mengangguk paham. Namun ia masih merasa ada yang tidak beres dengan Vester. "Yaudah kalo gitu, gue duluan."

Masih dengan perasaannya yang tadi. Mega pun langsung beranjak dari toilet menuju ke private room restoran itu.

"Nah Pa, itu Mega udah balik" kata Joe.

"Mega, sini nak."

"Pak Ryan, Bu Fara, perkenalkan ini anak saya yang kedua, Mega." ucap Vero memperkenalkan Mega.

"Halo Megan.."

"Saya Mega Tante" ucap Mega dengan senyum kaku.

"Oh ya ampun, maafin Tante Mega"

Mereka pun saling berjabat-tangan sebagai pelengkap dari perkenalan tadi. Tiba-tiba datanglah seseorang yang sedari tadi membuat Mega kesal.

"Pak Vero, Bu Annya, ini dia yang namanya--"

"VESTER?!"

"MEGA?!"

"Loh loh.. sudah saling kenal toh ternyata?" mereka semuanya pun terkekeh kecuali Mega dan Vester tentunya.

"Vester.. salim dulu dong sama Pak Vero dan Bu Annya, Joe, dan Mega"

"Bang Joe.. Lama gak ketemu ya, ternyata adek lo si Mega" ucap Vester dengan sedikit meledek kemudian memeluk erat Joe, "BROTHERR HAHAHA"

Seperti apa yang di katakan Vester, mereka pernah bertemu sebelumnya. Bagaimana tidak? Joe adalah seorang mantan atlet basket.

Faktanya Joe pernah menjadi senior Vester, bahkan juga pernah melatih Vester pada saat karantina para atlet basket se-Indonesia.

"Jadi Mega dan Vester ini satu kelas ya? kok Papa baru tau sih Ves?"

Vester tertawa kecil, "Iya Pa, bahkan duduknya sebelahan juga" mata Vester langsung melirik ke arah Mega, sementara Mega memasang wajah intimidasinya.

Tujuan Vester mengatakan hal itu untuk memancing Mega bicara. Pasalnya sedari tadi, Mega hanya diam dan menyimak apa yang di bicarakan.

"Bener itu, Meg?"

Masih dengan senyuman kaku, "Iya om hehe"

Beberapa topik dibahas, semakin lama semakin hanyut. Topik demi topik tiada habisnya. Sajian makanan dan minuman sudah hampir habis. Mega terlihat sudah bosan, ingin segera keluar dari situ.

MEGAVESTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang