~
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba.
"Okay guys, semua udah lengkap kan? Barang-barang, koper, segala macam perlengkapan?" ucap Pak Marvin yang sedang berdiri menghadap seluruh siswa yang berbaris.
"Baiklah kalau begitu. Silahkan naik di bus yang sudah disediakan!"
"Ehh Pak, bentar dong! Captain kita belom ada nih" Raja terlihat cemas dan panik. Begitu pun Willy dan kawanan lainnya.
Entah kenapa akhir-akhir ini Vester sering sekali terlambat ke sekolah.
"Loh? Vester belum ada? Hubungin sekarang cepetan! Udah mo berangkat ini busnya.."
"I-iya Pak, ini saya coba hubungin" kata Willy.
Beberapa percobaan yang dilakukan untuk menghubunginya gagal. Willy sudah meneleponnya berkali-kali namun tidak diangkat. Mereka yang lain mencoba untuk spam chat, namun hasilnya hanya checklist satu.
"Duh Pak, gimana ya. Kita gak bakal mungkin kalo kesana gak bareng Vester!"
Gelisah adalah satu kata yang sangat menggambarkan keadaan mereka saat ini.
15 menit berlalu, Vester tak kunjung datang. Waktu sudah menunjukkan pukul 08:15 dan mereka seharusnya sudah berangkat dari pukul 08:00 tepat.
"Gak waras emang tuh anak"
Sekarang mereka benar-benar sudah putus asa.
"Siapa yang gak waras?" tanya seorang pria yang tiba-tiba datang entah darimana. Dan setelah menyadarinya, ternyata orang itu adalah topik hangat pagi ini.
Sontak kawanannya langsung menghampirinya dan siap untuk menerkamnya, "WOI! LU KEMANA AJA!"
"Sorry guys, tadi gue ada urusan bentar sama bokap di kantornya. Trus hp gue lowbat tadi," jelas Vester. Tentu ia juga panik karena ia tahu bahwa teman-temannya akan segera mengeroyoknya.
"Kita berasa kek di ghosting tau gak lu?!" kata Dewa dengan memberi tekanan pada kata ghosting, Vester lalu menghela nafas panjang.
"Silvester Mahendra--" panggil Pak Marvin, "--Bisa bicara sebentar? Ikut saya."
Vester mengiyakan lalu mengikutinya dari belakang. Mereka menuju ke tempat yang agak jauh dari teman-teman lainnya.
Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, Pak Marvin pasti akan memanggilnya dan ia juga pasti akan kena bacotan dari Pak Marvin.
"Ada apa, Pak?" Vester terlebih dulu membuka dialog.
Pak Marvin membuang nafas kasar, "15 menit itu berharga Vester. Kamu tau kan perjalanan kita ini lumayan jauh. Jakarta-Bandung itu makan waktu kurang lebih 2-3 jam. Kamu juga liat teman-teman kamu yang lain, mereka hampir dibuat patah semangat oleh kamu" jelas guru muda itu panjang lebar.
Vester mengangguk mengerti, "Maaf Pak," ia kemudian mengambil segepok uang dari dalam tasnya dan memberikannya langsung kepada Pak Marvin.
"Apa ini Vester?! Maaf, saya tidak menerima suap dalam bentuk apapun, apalagi dalam bentuk uang!"
"Siapa juga yang mau nyuap Bapak? Saya cuma mau ngasih titipan Ayah saya. Bapak kan pendamping kita,"
"Owalah.. gitu toh yaudah" kata Pak Marvin kemudian langsung meraih uang segepok itu dari tangan Vester. "Kalo begitu kita berangkat sekarang,"

KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVESTER
Dla nastolatkówKisah tentang seorang penggila akademik dan seorang atlet basket yang harus bekerja sama untuk berjuang membawa sekolah mereka menjadi sekolah terbaik se-Indonesia lewat ajang resmi yang dikenal dengan Student Association Cup. Tidak hanya itu, bany...