~
"Perhatian untuk siswa-siswi peserta Student Association Cup, harap untuk segera berkumpul di aula sekolah sekarang juga!"
Baru saja terdengar suara Pak Rudy dari corong sekolah yang memberitahukan kepada seluruh peserta lomba SAC agar segera berkumpul di aula.
"Apa semua peserta sudah berada disini?" ucap Pak Rudy menggunakan pengeras suara sehingga terdengar sampai ke seluruh sudut ruangan aula.
Willy mengangguk, "Sudah semua, Pak"
"Baik, selamat pagi siswa siswi peserta Student Association Cup 2024. Seperti yang kita ketahui, SAC sudah minggu depan. Saya mengumpulkan kalian semua disini untuk mengingatkan bahwa persiapan kita hanya tersisa beberapa hari lagi menuju hari h. Saya mohon dengan sangat agar kalian semua dapat mempersiapkannya dengan baik. Sekolah menaruh harapan yang besar kepada kalian semua." ucap Pak Rudy kemudian tersenyum dengan hangat menatap seluruh aset berharga milik SMA St. Louis.
"Ada yang ingin bertanya? Dipersilahkan" tambah Bu Wati, selaku wakil kepala sekolah yang saat ini berada tepat di samping Pak Rudy.
Sontak Vester langsung mengangkat tangannya, "Maaf Pak, Bu, tapi bagaimana cara kami dapat menyesuaikan jam pelajaran dan jam latihan kami? Apakah kami bisa mendapat dispensasi dalam pelajaran jika kami ingin keluar kelas dan latihan?"
"Tidak perlu ada dispensasi. Sudah resiko kalian jika mengikuti lomba dan tertinggal pelajaran." ucap Bu Wati dengan santai. Seketika suasana aula menjadi gaduh. Mega kurang setuju dengan perkataan Bu Wati barusan, begitu juga siswa siswi yang lain.
Tanpa basa basi Mega langsung menyampaikan pendapatnya dengan suara yang lantang, "Maaf Pak, Bu-- tapi menurut saya sekolah harus memberikan dispensasi kepada siswa siswi peserta lomba SAC yang keluar kelas untuk latihan. Lagipula kita mengikuti lomba ini untuk memperebutkan gelar sekolah terbaik, tapi kenapa tidak ada sama sekali dukungan yang diberikan oleh sekolah ini?"
Sangat pemberani. Kini seluruh pasang mata yang berada di dalam aula menatap Mega dengan penuh kekaguman. Vester begitu terpukau, "Boleh juga" gumamnya.
"Saya setuju sama Mega, Bu" tambah Dewa.
"Setuju apa, Dewangga?"
"Ya setuju itu, Bu--" Dewa kebingungan, "--lanjutin Will gak ngerti gue dah" katanya meminta Willy untuk melanjutkan pernyataannya.
"Kami setuju dengan apa yang dikatakan oleh Mega, Bu. Secara, kami tidak bisa mengikuti lomba ini jika sekolah tidak bisa memberi dukungan kepada kami walau hanya dalam bentuk dispensasi." tegas Willy, sekali lagi mereka terkagum.
Belum ada jawaban dari Bu Wati maupun Pak Rudy, mereka malah tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Lah ketawa? lucukah?" sepertinya Raja sudah mulai terpancing emosi.
"Oh ngerti saya, Bu. Jadi maksud Ibu sekolah mau manfaatin kita gitu?" Aries menambah ketegangan dalam ruangan. Kini suasana dalam aula menjadi semakin mencekam.
"Damn dude.. Nak Aris sekarang udah berani speak up anjay kalii" bisik Dewa, membuat Kael tak habis pikir.
Akhirnya dengan segala pertimbangan-pertimbangan yang ada dan segala kemungkinan yang akan terjadi, Pak Rudy dan Bu Wati pun setuju untuk memberikan dispensasi kepada para peserta lomba.
Dispensasi yang diberikan berupa dispensasi absensi kelas dan nilai harian. Itulah yang dimaksud Vester dari tadi.
°•°•°
"Latihannya jadikan pas sore?" tanya Aries.
Kini mereka sedang berada di lorong sekolah, dalam perjalanan menuju kantin. Seperti biasa, mereka selalu menjadi pusat perhatian anak-anak kelas 10 dan 11.
"Kak Vester-- haii!!" ucap kedua siswi kelas 10 yang kebetulan berpapasan dengan mereka. Vester hanya membalas dengan senyum hangatnya.
"Kak Kaell, masyaallah gantengnya kebangetan"
Tiba-tiba datang siswi kelas 11 menghampiri Dewa dan Raja, "Kak Dewa, Kak Raja, ini tadi pagi aku buatin bekal buat kakak berdua. Dimakan yaa!" ucap siswi itu lalu memberikan kedua bekal yang dibuatnya itu kepada Dewa dan Raja.
Aries kesal karena pertanyaannya tidak digubris oleh teman-temannya. "Woi! Gue lagi nanya dijawab kek, malah lebih mentingin fans dibanding temen!"
"Iya Ris" jawab Kael singkat, padat, dan jelas.
Tidak sampai beberapa menit lamanya, siswi-siswi penggemar The Fantastic Six semakin banyak bermunculan dan memenuhi lorong. Bahkan sampai mengerumuni mereka.
"Kak Aris.. Boleh tanda tangan di jersey basket aku, gak?"
"Kak Raja fotbar yuk!"
Melihat semakin banyak yang masih berdatangan, Vester kemudian perlahan-lahan ingin keluar dari kerumunan tersebut. "Loh Kak Vester mo kemana?"
"Mau ke toilet bentar" kata Vester lalu berlari secepat mungkin menjauh dari kerumunan itu sampai ke taman.
Sesampainya di taman, ia melihat Mega yang tengah duduk sendirian dengan tumpukan buku disampingnya. Terpantau Mega sedang belajar untuk olimpiadenya.
"Oy, serius bener tuh muka" Vester datang menghampirinya kemudian duduk disamping tumpukan buku milik Mega.
Menyadari kedatangan Vester, Mega lalu menghela nafas "Jangan ganggu dulu"
"Kalo gak sekarang, kapan lagi?" Mega memutar matanya dengan malas kemudian menutup dengan keras buku yang sedang ia baca, "Mau lu apa sih?"
Vester mengangguk, ia menatap mata Mega dengan seksama "Gue cuma mo bilang makasih soal yang tadi--"
"Tadi? Maksudnya?"
"Pas lu bilang ke Bu Wati tentang pendapat lu yang kurang setuju sama dia. Gue pikir kita gak bakalan dikasih dispensasi dari sekolah. Udah gila kali." jelas Vester
Mega tertawa kecil, "Apaan sih? Orang gue emang gak suka sama Bu Wati, makanya gue langsung bilang aja kayak gitu. Lagian dia tuh kayak parasit tau gak di sekolah ini"
"Mana bener lagii"
Mereka berdua kemudian tertawa bersama. Sebuah peristiwa yang langka bukan?
"Wah wahh.. dicariin ternyata lagi berduaan" ucap Dewa dan Raja yang datang entah dari mana. Mereka baru saja mendapati Vester dan Mega sedang menertawakan sesuatu bersama-sama
"Waktu kelas 10 ama kelas 11 kek tom and jerry, kok sekarang malah kek romeo and juliet." Ejek Raja
"Inikah yang dinamakan love-hate relationship?" tambah Dewa lalu tertawa terbahak-bahak bersama Raja.
"Gak waras lo berdua!" ucap Vester. Secara kebetulan Ia dan Mega berdiri bersamaan dan berencana untuk pergi dari tempat itu karena sudah merasa tidak nyaman. Tiba-tiba..
Brakk..
"Duh!!"
Mega dan Vester saling bertabrakan karena arah tujuan yang berbeda. Ditambah dengan rasa malu yang membuat mereka berdua menjadi sama-sama linglung.
"Tuh kan, Ja" Dewa dan Raja semakin menjadi-jadi melihat mereka berdua yang blunder.
Tanpa basa-basi ditambah dengan tingkat rasa malu yang tinggi, sekejap Mega dan Vester langsung pergi dari tempat itu. Tentunya dengan arah tujuan yang berbeda. Rasanya mereka tidak ingin lagi saling bertemu karena kejadian barusan.
~
Vommentnya guyss jangan lupa biar author semangat nulisnya 🥹
![](https://img.wattpad.com/cover/357715349-288-k443955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEGAVESTER
Teen FictionKisah tentang seorang penggila akademik dan seorang atlet basket yang harus bekerja sama untuk berjuang membawa sekolah mereka menjadi sekolah terbaik se-Indonesia lewat ajang resmi yang dikenal dengan Student Association Cup. Tidak hanya itu, bany...