Tuhan Yang Berbeda

30 6 0
                                    

السلام عليكم

Silahkan tinggalkan cerita ini jika membuat mu lalai dalam melakukan ibadah.

Berikan vote di per bab nya, karena melakukan vote tidak sulit dan gratis alias tanpa di pungut biaya.

Lalu, berikan saran dan tanggapan untuk cerita ini dengan memberikan komentar.

|||

Keluarga nya cemara. Lah gue? Cempaka.

-Alma Athayya-

|||

Malam pun tiba, sang surya berganti posisi dengan rembulan. Mengintip di balik awan dan menatap dengan penuh ketulusan.

Di ruangan yang amat terang benderang, seorang gadis tengah menatap ke arah sang rembulan. Semilir angin malam berhembus menyapa kulit tangan. Menyapu surai hitam legam dan melengkapi tenang nya keheningan malam.

Berkali kali dirinya menghela nafas, kejadian hari ini terus terngiang di dalam memori ingatannya bagaikan kaset rusak. Berawal dari alma yang tak sengaja bertemu dengan seorang perempuan bercadar dan berakhir terdampar di sasta melati, desa ujung yang jauh dari perkotaan.

Dirinya bukan seorang muslim, tumbuh di keluarga dan lingkungan non islam membuat alma tak pernah tahu-menahu tentang agama yang paling mulia tersebut.

Semakin yakin dan memantapkan diri, niat hati alma ingin meminta izin pada kedua orang tuanya. Namun naas, nasib alma malah terdampar di desa sasta melati.

Bimbang, itu yang alma rasakan. Belum ada dirinya sehari berada di sasta melati, otak kecilnya sudah meminta untuk kembali pulang ke rumah.

"Kalo gue disini, sendirian. Kalo gue pulang, ya malu lah!! Masa udah ngotot ngotot sok iye banget depan papa ujung ujungnya malah pulang,"

"Sebenernya gak sendiri, ada balqis. Tapi masa iya gue mau terus-terusan numpang disini. Malu dong harusnya, kan?," Terus saja alma berbicara dengan dirinya sendiri.

"Kalo gue tetep disini, gue harus nyari kerja dong? Kalo gak kerja gak punya duit. Omaigatt!! Gak bisa bayangin, seorang alma athayya kerja??!!,"

Tak berhenti, alma masih sibuk bergelut dengan pikiran nya. Membayangkan akan tinggal di sasta melati selama nya membuat alma lagi-lagi kembali menghela nafas lelah.

Kerja? Sungguh kata yang melelahkan. Tak dapat membayangkan, seorang alma yang sedari kecil hidup dengan bergelimang harta, uang jajan tinggal minta, bahkan selalu berfoya foya, kini harus mencari pekerjaan agar bisa bertahan hidup.

Setelah di usir oleh sang papa tercinta, semua fasilitas alma disita tak menyisa. Mulai dari mobil, motor, sampai sepeda sekali pun tak diperbolehkan untuk dibawa oleh dirinya. Bermodal nekat ditemani dengan satu buah koper besar dan uang cash lima juta rupiah, alma sampai di sasta melati.

"Kerja ap-,"

"Al,"

Segera kepalanya menoleh ke arah sumber suara, terlihat balqis yang tengah berdiri di ambang pintu dengan pandangan mata yang tertuju ke arahnya.

"Apa?,"

"Ayo makan malem dulu," ajak balqis yang masih setia dengan cadar di wajahnya.

"Oh, sebentar ya. Gue cuci muka dulu," ucapnya menanggapi perkataan balqis seraya bangkit dan berlalu ke kamar mandi.

Alhayya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang