السلام عليكم
Silahkan tinggalkan cerita ini jika membuat mu lalai dalam melakukan ibadah.
Berikan vote di per bab nya, karena melakukan vote tidak sulit dan gratis alias tanpa di pungut biaya.
Lalu, berikan saran dan tanggapan untuk cerita ini dengan memberikan komentar.
|||
Terdengar sama tapi mempunyai arti yang berbeda. Yang benar adalah aamin, bukan amin.
-Balqis amina tuzzahra-
|||
Hari semakin larut, setelah melaksanakan sholat isya berjama'ah dan tadarus bersama, kini balqis kembali berjalan ke arah kamarnya.
"Dek."
Panggilan dari arah belakang mampu menghentikan langkah kaki balqis. Menolehkan kepala, ternyata sang kakak sedang berdiri beberapa langkah dari nya.
"Apa?." Tanya nya menaikkan satu alis.
"Te- ah gak jadi," ucapnya lalu pergi meninggalkan balqis yang sedang berdiri dengan otak penuh pertanyaan.
"Apa sih kak, gak jelas deh."
Tak memperdulikan dirinya kembali melangkahkan kaki nya yang sempat tertunda. Ntah hanya perasaannya atau bukan, kakak nya lebih banyak diam sedari selesai sholat tadi, ah ralat setelah mendengar ucapan abi tadi.
Kembali, langkahnya terhenti di ambang pintu yang terbuka. Sedikit tertegun melihat pemandangan di hadapannya.
"Anjayy cantik juga gue."
"Widihh, jadi gini kalo gue pake beginian. Gak terlalu buruk sih, ah tapi lama kelamaan gerah. Em... Tapi gue tambah cantik, serius deh gak boong."
Mata balqis tak sedikit pun beralih dari seseorang di depan sana. Alma, dirinya sedang berada di depan cermin, dengan baju tidur dan hijab syar'i miliknya. Hanya saja baju tidur yang di pakainya berlengan pendek, sangat tidak cocok di pakai dengan hijab. Tapi tak apa, hati balqis menghangat melihatnya, langkah awal yang sangat bagus.
"Gimana sih make nya, gue liat balqis bagua rapih adem. Lah gue make kok acak-acakan."
Tak henti bibi tipis tersebut selalu mengoceh, membolak-balik kan badan di hadapan cermin guna melihat penampilannya. Balqis tersenyum mendengar gerutuan alma.
Perlahan kaki nya melangkah memasuki ruang kamar. Karna terlalu fokus, hingga alma tak menyadari kehadirannya.
"Oh gin-."
"Assalamu'alaikum ukhti alma." Ucapnya menyadarkan alma dengan senyum yang semakin lebar.
"Eh?." Sedikit terperanjat alma langsung membalikkan badan. Melihat kehadiran balqis, dirinya jadi sedikit malu.
"Hehehe.. sorryy, gue pinjem ini." Cengiran khas alma muncul dengan tangan yang mengangkat hijab syar'i berwarna peach milik balqis.
"Gak papa, aku malah seneng liatnya." Jawab balqis berjalan menghampiri alma.
Perlahan tangannya mengambil hijab di tangan alma, dengan alma yang masih terus memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh perempuan bercadar di hadapannya.
"Ini namanya hijab. Modelnya segi empat, biasa aku pake nya di lipet segitiga gini, nah baru di pake." Dengan telaten balqis memberikan tutorial kepada alma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alhayya
Teen FictionDi usir oleh sang papa dan hidup seorang diri di sebuah desa membuat gadis cantik bernama alma semakin merasa tertantang. Di usir? Ya, dua kata yang membuat alma merasa jengkel. Bukan karena penganiayaan, bukan karna brokenhome, tetapi karena memutu...