7. Rapat BEM

45 9 0
                                    

"Kamu baru datang udah buat rusuh aja, Lam. Rayyan bentar lagi pasti datang, jangan seenaknya mau bubarin!" Yuda menyahuti ucapan dari Alam.

"Waki ketua BEM ngomong nih? Haha, harusnya ketua sama wakil itu bisa datang barengan. Lah, ini Rayyan keseringan sama Bian. Cuma dianggap pelengkap doang, Yud?" tanya Alam disertai senyuman miring.

"Jaga bicaramu!" Tangan Yuda terkepal dengan erat setelah Alam menyelesaikan perkataannya. Jika tidak mengingat akan jabatannya saat ini, sudah dipastikan Yuda akan menghajar Alam saat ini juga.

Haneera yang belum terbiasa dengan suasana panas di ruang rapat, apa lagi panasnya sebelum rapat dimulai membuat dirinya sedikit pusing. Namun, karena ia memegang otoritas tertinggi disamping Rayyan, Yuda dan Wardah, Haneera harus mulai terbiasa menghadapi macam-macam tingkah rekan jajaran pimpinan lainnya.

"Udah! Udah! Mana mungkin Ray-- Ketua BEM mengabaikan rapat yang udah diberitahukan di grup. Banyak-banyakin prasangka baik, mungkin aja dia lagi ada kelas tambahan atau alasan lain. Yang penting itu tetap sabar sampai Ketua kita dateng, paham?" Haneera berusaha memperbaiki keadaan.

"Alam, tolong jangan memperkeruh keadaan." Tambah Wardah.

"Belain terus! Kita yang bukan jajaran inti iya-iya aja dahhh," celetuk Alam.

Sampai tak bisa berkata-kata Haneera dibuat Alam yang begitu keras kepalanya. Wardah yang duduk disamping Haneera bahkan sampai berdiri, bersiap memberi bentakan keras pada Alam, tetapi niatnya berhasil diurungkan setelah Haneera menarik tangannya.

"Assalamualaikum! Wah, belum mulai udah ramai aja nih!"

Tepat pada waktunya! Datang juga orang yang ditunggu-tunggu, coba saja dia lebih lama datang, sudah perang ini seisi Sekretariat.

Namun, seisi ruang rapat kembali dikejutkan akan kedatangan Rayyan dan Bian. Terlihat perban putih menempel di atas pelipis Rayyan, batang hidungnya juga terbalut plester. Sementara wajah Bian dihiasi lebam di area samping mata kirinya, membuat mata kirinya hanya terbuka sedikit ditahan bengkak.

Tanpa menghiraukan para jajaran yang tercengang akan kedatangan mereka, Rayyan dan Bian dengan santai berjalan menuju kursinya.

"Rayyan, kamu habis ngapain sampai luka-luka gitu?" tanya Haneera khawatir pada Yuda yang menduduki kursi disebelah kirinya.

"Jatuh dari kasur, terus dibawahnya ada mobil-mobilan, jadinya gini deh," celetuk Rayyan, membuat kerisauan seisi ruang rapat memudar digantikan gelak tawa.

"Baik, karena semua jajaran sudah berhadir, mari kita mulai rapat dengan mengucap Basmallah. Bismillahirahmanirrahim," tegas Rayyan memulai rapat.

Rapat dadakan BEM segera dimulai siang ini, para rekan jajaran BEM dengan disiplin dan seksama memperhatikan Rayyan yang hendak memulai pemaparan. Sebagai ketua BEM, ia juga memancarkan aura kepemimpinan dan kepercayaan diri. Dengan postur tubuh yang tegap dan sikap yang karismatik, Rayyan mampu menarik perhatian banyak orang. Sementara Haneera berperan sebagai moderator dan notulen rapat, sudah mempersiapkan diri dengan buku catatan diatas meja, mencatat segala pemaparan, saran dan hasil rapat.

Memang ini bukan rapat yang ada di kalender kerja BEM, meski begitu Haneera memilih mencatat segala pembahasan kalau-kalau dikemudian hari catatan ini dibutuhkan.

Dengan wajah berhias perban putih di pelipis mata kanan, Rayyan menatap tajam, pandangan serius yang menjadi mediator informasinya untuk para jajaran yang berhadir.

"Baik, saya rasa teman-teman sekalian sudah tahu tentang kejadian upaya bunuh diri mahasiswi semester tiga Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Elfi Rahmanda Sari. Namun sejauh ini, belum banyak yang tahu penyebab dia ingin mengakhiri hidupnya, bahkan LPM belum punya informasi lengkap terkait hal ini. Maka dari itu, saya akan mengungkap tujuan Elfi untuk melakukan upaya bunuh dirinya dalam forum ini," papar Rayyan, dengan suara yang lantang menggema seisi ruangan.

Pandangan serius para rekan jajaran yang memperhatikan Rayyan memaparkan menjadi tanda betapa penasarannya mereka untuk mengetahui informasi lengkap terkait kejadian yang tengah hangat di Fakultas Keguruan dan Pendidikan. Kecuali Alam yang terus memasang wajah sinisnya selama Rayyan berbicara.

"Sekretaris, mohon dicatat. Pada tanggal 25 Juni, tersebar informasi terkait dibukanya Program Beasiswa BUMN, beasiswa ini menerima pendaftaran bagi mahasiswa diseluruh fakultas yang ada di UNALA, dengan persyaratan tertentu pastinya. Waktu terus berjalan hingga tanggal 4 Juli, pengumuman penerima Beasiswa keluar. Dalam pengumuman itu, nama Elfi tidak tercantum, menandakan ia telah gagal dalam seleksi penerimaan Beasiswa. Itulah penyebab utama Elfi mencoba mengakhiri hidupnya," papar Rayyan.

"Interupsi, Moderator! Mohon maaf sebelumnya, gagal dalam seleksi penerimaan Beasiswa bukannya hal biasa ya? Kita semua, bahkan Ketua sekalipun pernah gagal dalam mengikuti salah satu seleksi. Saya sendiri pernah mengikuti empat program Beasiswa dalam kurun waktu dua bulan, namun saya hanya berhasil di satu program saja. Jika diperkenankan bertanya, apa urgensi gagalnya Elfi dalam rapat yang kita selenggarakan siang ini?" tanya Tasya merinci seraya mengangkat tangannya.

Pertanyaan Tasya bersirat tegas, ia menanyakan hal ini karena menurutnya apakah diperkenankan membawa permasalahan yang tergolong biasa dalam forum sekelas Rapat Jajaran BEM. Wajar Tasya menanyakan ini, karena yang tahu secara lengkap inti dari permasalahan yang dibahas hanya Haneera dan Rayyan. Haneera tetap fokus mencatat dan menyerahkan segala penjelasan pada Rayyan yang duduk disampingnya.

"Terima kasih atas pertanyaannya, Tasya. Saya juga udah yakin ada yang menanyakan urgensi dari apa yang saya sampaikan. Maka dari itu, sekarang saya minta kalian semua untuk membuka ponsel dan cari flyer pengumuman penerima Beasiswa BUMN di akun instagram resmi Universitas Aludra Laskar. Pengumumannya baru delapan hari yang lalu, saya rasa tidak terlalu susah untuk ditemukan," perintah Rayyan.

Setelah mendengar arahan Rayyan, semua jajaran yang berhadir mengambil ponsel pintar pribadi untuk membuka aplikasi instagram dan mencari akun Instagram resmi UNALA. Setelah ditemukan, hanya butuh beberapa saat untuk bisa menemukan unggahan pengumuman Program Beasiswa BUMN. Flyer yang ditemukan di sini sama persis dengan apa yang Haneera dan Rayyan lihat di mading fakultas tempo hari.

"Udah ketemu? Kalau udah, coba satu orang bacakan siapa saja yang jadi penerima Beasiswa BUMN," lanjut Rayyan.

"Izin, Moderator! Saya akan membacakan nama-nama mahasiswa yang menerima Beasiswa BUMN," ujar Elvira mengajukan diri.

"Baik, Elvira. Dipersilakan," sahut Haneera.

"Mereka adalah, Ghufron Al- Faiz, Muhammad Ridwan, Surya Alkatiri dan Alfina Putri Kencana. Lalu, ... eh? Kok aneh banget?" ujar Elvira yang tiba-tiba kaget melihat ponselnya.

"Vir? Aneh apanya?" tanya Tasya terheran.

"Di pengumuman ini juga tercantum asal Program Studi dan semester mereka. Pas kulihat, kok sama semua!? Mereka berempat, itu dari PMM dan keempatnya semester lima!" papar Elvira.

Seisi ruang rapat mengalihkan perhatiannya pada Elvira, yang telah berhasil menemukan kejanggalan dalam pengumuman itu. Kecuali Haneera, Rayyan, Yuda dan Bian yang sudah tidak terkejut lagi akan hal ini.

"Loh? Bukannya tadi udah disampaikan Ketua, kalau Beasiswa BUMN tidak hanya diperuntukkan pada satu fakultas atau jurusan? Kok bisa yang dapet jatah dari PMM semua?" timpal Wardah yang sama kagetnya.

"Tenang-tenang semuanya! Saya tahu kalian semua kaget melihat pengumuman itu, tapi Ketua kita masih punya penjelasan lain yang ingin disampaikan. Kepada Ketua BEM, silakan dilanjutkan," ujar Haneera mempersilakan Rayyan untuk kembali bicara.

"Baik, terima kasih, Moderator sekaligus Sekretaris BEM. Saya, Yuda, Haneera dan Bian juga sama kagetnya dengan kalian pada awalnya. Jadi, sebelum rapat hari ini dimulai, saya dan Bian mencoba mencari informasi. Dan, alhamdulillah kami berdua berhasil dapet informasi penting. Untuk pemaparan informasi lebih jelas akan saya serahkan pada Kabid Advokasi. Kepada Bian saya persilakan," tegas Rayyan.

Rekahan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang