Mencari Kesempitan di Kesempatan

659 53 36
                                    

"Baik... Selamat! Kalian berhasil.... Penjualan bulan ini naik pesat. Bulan depan tingkatkan lagi! Shania dan tim kalian hebat!" Puji Pak Abe direktur Shan-dangan grup dengan penuh antusias diikuti tepuk tangan dari para karyawan lainnya.

Shania dan tim jangan ditanya lagi, mereka jelas bersuka cita.

Bayangan bonus gaji bulan ini sudah ada di pelupuk mata.

Bisa war tiket konser Pandu Asmoro tanpa harus gantian sama tunggakan paylater yang jatuh tempo. Sorak teman-teman Shania dalam hati.

Lain halnya dengan Shania. Dia merasa dewi keberuntungan sedang berpihak padanya. Pasalnya setengah jam yang lalu berkat kemampuan bersilat lidahnya, Shania akhirnya berhasil lolos dari amukan Pak Abe.

Tuhan memang tau hamba mana yang butuh pertolongan!

Shania tampak jumawa di tempatnya. Dia menaikkan kacamata yang membingkai wajahnya.

Rasanya dia perlu mengabadikan momentum pujian Pak Abe lalu mengirimkan kepada Bang Sat - abang kesayangannya.

"Oh iya... Ada sedikit bocoran untuk kalian tim pemasaran. Kita bakal meluncurkan produk semi outdoor... Kali ini kita bakal berfokus dengan produk jaket pria.

Masalahnya kita butuh seorang model. Kalian ada saran? Silahkan keluarkan pandangan kalian dan berikan alasannya." Terang Pak Abe.

Kasak kusuk mulai terdengar dari para karyawan yang ikut serta rapat hari ini.

Shania masih enggan berkomentar. Dia ingin berdiri dengan objektif sebagai karyawan perusahaan tempatnya bernaung sekaligus penerus dari perusahaan rivalnya.

Tentunya dengan catatan tidak merugikan dirinya.

Pasalnya Shan-dangan dan Age-man adalah dua perusahaan yang bergerak di bidang fashion.

Sudah menjadi rahasia umum, kedua perusahaan ini seringkali mengeluarkan produk dalam waktu yang bersamaan. Itulah mengapa mereka tampak seperti dua perusahaan yang memiliki persaingan ketat.

"Pandu Pak!" Suara Lenka mampir di telinganya.

Shania membulat tak terima!

"Pandu Asmoro penyanyi muda. Saat ini karirnya sedang mananjak. Fansnya dari semua kalangan remaja sampai dewasa. Saya rasa bakal cocok sekali sebagai model produk kita." Lenka masih sibuk menjelaskan diikuti paparan masuk akal dari teman-temannya.

"Saya setuju Pak..."

Lain halnya dengan Shania. Dia sudah kehilangan nafsu untuk mengikuti kegiatan rapat hari ini.

Pikirannya berkelana jauh.

Brak....

"Bang... Abang mau ngapain?!" Ujar Shania memelas melihat Abangnya menarik koper miliknya. Lalu melempar ke halaman rumah.

"Abang.... Pleaseee... Shania gak bakal lakuin hal konyol lagi... Shania bakal bawa Pandu apapun yang terjadi... Pleaseee... Shania gak bisa hidup miskin, Bang!!!" Shania merengek putus asa. Air matanya melimpah ruah. Bayangan dirinya akan menjadi gelandangan sudah tak tertolong lagi.

"Bodo amat! Mau jadi pengemis, tukang parkir atau ojol juga bukan urusan gue!!" Sengit Abangnya.

"Pergi dari rumah ini.... Pergiiii!!!" Teriak Abang Shania penuh tekanan.

"Tidaaakkkk..." Jerit Shania menggelengkan kepalanya. Lalu ia terkejut menutup mulutnya. Mengedar ke sekeliling ruangan.

Seluruh orang di ruangan melongo menatap ke arah Shania.

Sweet & Sour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang