06 | MAIRA

213 43 10
                                    

Suara sendok logam yang kugunakan untuk mengaduk teh dalam cangkir berdenting pelan. Kedua telingaku masih bisa mendengar obrolan samar antara Nenek Mago dan Narayan di ruang tengah, tepat di meja makan besar berbahan marmer. Meja makan persegi panjang yang kakinya terbuat dari logam tahan karat berwarna keemasan. Bahkan di dunia ini pun Narayan memiliki selera yang mewah. Sekali lagi aku menambahkan satu sendok gula ke dalam cangkir teh Narayan, lelaki itu tidak suka jika tehnya terasa hambar. Seraya terus mengaduk dengan harapan agar gula pasir di dalam cangkir lekas larut, aku mendengar pertanyaan menarik yang dilemparkan Nenek Mago pada Narayan.

"Rumahmu bagus. Jadi, apa kau menyukai dunia ini?" Nenek Mago tak menatap Narayan saat melemparkan pertanyaan itu, ia sibuk menyebarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Aku pun bertindak seperti itu saat pertama kali masuk ke dalam rumah besar ini.

Tak kunjung mendengar jawaban dari Narayan, jemariku berhenti dengan sendirinya mengaduk teh. Kedua telingaku semakin meningkatkan kemampuan mendengarnya, rasa penasaran terlalu membuncah dalam dadaku hingga melakukan tindakan menguping seperti ini. Entah mengapa aku juga penasaran seperti apa pendapat Narayan tentang dunia ini, karena ia tidak pernah banyak berkomentar selain hal-hal yang tidak pernah ia jumpai di Vhallscavepe. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia betah berada di sini atau tidak.

"Aku suka." Jawaban yang terlalu singkat dan sederhana. Kudengar Narayan memainkan kunci mobil yang terletak di atas meja dengan jari telunjuknya sebelum lanjut berbicara. "Aku suka dunia ini karena ada Maira di dalamnya."

Kalau detik waktu benar-benar bisa berhenti, aku rasa waktuku baru saja berhenti pada detik itu juga. Ada kehangatan yang menjalar dari dada hingga ke seluruh tubuhku, semuanya mendadak terasa ringan seolah aku bisa saja melayang sampai ke langit. Garis bibirku merekah dengan rona merah yang seketika timbul di kedua pipiku, aku mungkin sedang tersenyum terlalu tinggi saat ini. Jadi, aku menormalkan kembali raut wajahku sebelum mulai menghampiri mereka dengan membawa empat cangkir teh di atas nampan kayu bercorak bunga Cornflower.

Kutatap keduanya dengan wajah polos seolah tak ikut mendengar dialog menarik mereka barusan. Setelah menyajikan cangkir teh ke hadapan Nenek Mago dan Narayan, aku membawa satu cangkir lagi menuju ruang televisi, di mana Kieran sedang membaca sebuah artikel di koran tak berwarna. Bisa kulihat bahwa artikel itu membahas tentang betapa suksesnya peluncuran merek jam tangan baru The Majestic di salah satu pusat perbelanjaan terbesar ibu kota. Lovi di sebelahnya sedang bermain ponsel, ia lebih pilih meminum susu pisang kemasan dari pada secangkir teh hangat.

"Selamat, ya. Bisnis baru lo sukses besar."

Aku sudah akan pergi setelah menyajikan teh untuknya. Namun, ia tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak sebesar telapak tangan dari dalam saku mantelnya.

"Buat lo. Itu edisi khusus, cuma dua di dunia."

Kieran sudah hidup cukup lama di dunia ini, jadi gaya bicaranya benar-benar sudah seperti penduduk lokal yang fasih akan bahasa santai. Aku membuka kotak hijau emerald itu perlahan, kulitnya terbuat dari beludru halus. Ada magnet kuat yang menyebabkan kotak itu sedikit sulit untuk dibuka begitu saja.

"Lo naksir, ya, ama gue? Inget! Gue ini udah punya suami," timpalku. Kieran langsung melayangkan lirikan tajam mengandung rasa jengkel luar biasa.

"Balikin sini!" Telapak tangannya bergerak cepat ingin merampas kembali kotak di tanganku. Namun, aku sudah terlebih dahulu berhasil membukanya.

"WAAAH!" Aku berseru kagum. Kieran akhirnya kembali melukiskan seringai bangga di wajahnya.

Mataku benar-benar dimanjakan oleh kemewahan dari jam tangan yang berada di dalam kotak ini. Sinar wajahku kian terang begitu melihat berlian-berlian kecil yang mengelilingi lingkaran jam yang berdiameter kecil, bahkan keseluruhan tali jam tangan ini berhiaskan berlian-berlian mungil yang berkilauan. Mereka bersinar layaknya bintang paling terang di langit kelam. Sedang di sebelahnya ada gelang kecil yang juga dihujani beberapa butir serpihan berlian sebagai pemanis. Kalau di jual mungkin bisa seharga gedung lima lantai, Kieran mungkin sudah gila memberiku benda mewah begini secara cuma-cuma.

Vhallscavepe: Tales of the Dead SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang