33.

15 2 5
                                    


Happy Reading





Semoga suka, tinggalin jejak, dan tandain yang typo.

POV author


Setelah selesai menonton donghua kesukaan mereka. Tiba-tiba Viona mengingat hal yang membuatnya kembali menangis, Mu en meninggal. Mengingatkannya akan kakek Cakra, entah mengapa setiap mengingat atau melihat Mu en, ia langsung terpikirkan kakeknya.

"Mu en mengingatkan aku sama kakek Cakra. Ngga kerasa banget, hampir dua puluh tahun kakek meninggal dan kenangan itu, kejadian itu masih teringat jelas di ingatan aku," Viona menundukkan kepala dengan kedua lututnya, yang ditekuk sebagai penahan lengannya yang akan disilangkan, untuk menutupi Isak tangisnya.

Ifsan yang melihat itu, segera mengusap punggung kecil Viona. Ia masih tak menyangka jika istrinya masih mengingat hal itu. Padahal menurut berbagai ahli menyatakan, jika ingatan seseorang terhadap orang yang dia sayang juga telah meninggal dunia, yang telah melebihi dari jangka waktu tujuh tahun tak bisa mengingat suara, rupa maupun memori indah ataupun memori yang dipenuhi lara. Tapi Viona masih mengingat semua hal bersama dengan sang kakek.

Menurut Viona, cinta pertamanya bukanlah ayahnya sendiri melainkan kakeknya lah yang telah berhasil mengisinya. Separah itukah luka yang ia terima dari ayahnya?

"Sebenernya aku mau nanya... Tentang kakek Cakra, tapi kalo kamu ngga mau ceritain juga ngga papa," lirih Ifsan.

"Gapapa, udah waktunya juga kamu tau ini... Aku udah ngebunuh kakek aku sendiri, aku ngga sengaja, semua orang nyalahin aku. Kakek meninggal gara-gara nyelamatin aku dari kecelakaan abistuhh...," jeda Viona sebentar untuk mengatur pernafasannya, "paru-paru aku kambuh dan kami sama sama dibawa ke rumah sakit. Disana aku udah dinyatakan ngga ketolong lagi dan ajal aku udah mau tiba, kakek memilih untuk donorin semua paru-parunya buat aku," ucap Viona memberi tahu, sebenarnya ia masih belum selesai menceritakan semua tentang kakeknya.

"Umur kakek masih terbilang belum cukup tua dan paru-parunya sangatlah sehat, dia ngga ngerokok, ngopi pun dia ngga pernah. Katanya demi jaga kesehatan... Kakek meninggal karna operasi yang dilakukan, dia kekurangan darah hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat-saat sebelum memasuki ruangan operasi, kakek masih bisa tersenyum dan ternyata itu senyuman terakhir yang aku liat. Aku kira, aku masih bisa liat senyuman tulus itu, tapi... Nyatanya ngga," Viona menunduk lesu, pandangannya mulai kabur hingga akhirnya ia tak sadarkan diri dan tubuhnya tergeser menuju tubuh Ifsan. Suaminya yang melihat itu langsung membawanya ke rumah sakit, untuk diperiksa lebih jauh dengan kondisinya saat ini.

***

"DOKTER, SUSTER, CEPET TANGANI ISTRI SAYA!!" teriak Ifsan saat baru memasuki area rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan Viona.

Salah satu dokter yang mendengar keributan yang dibuat oleh Ifsan tadi langsung menghampirinya, namun Ifsan malah membentak dokter itu, hanya karna ia lebih mementingkan pasien lain yang sedang dirawat.

"DOKTER HARUSNNYA LANGSUNG TANGANI ISTRI SAYA, BUKAN CERAMAH DIDEPAN SAYA!! LEBIH BAIK ANDA TANGANI ATAU ANDA SAYA LAPORKAN!!?" bentakan itu langsung membuat beberapa orang yang mungkin sedang mengunjungi kerabatnya, langsung tertuju untuk melihat perdebatan mereka berdua. Disana Ifsan masih menggendong istrinya, muak dengan ini semua ia langsung menyatakan hal yang akan membuat keterkejutan bagi semua orang disana.

"Dokter tau saya?" tanya Ifsan dengan nada yang mulai teratur dan dokter itu hanya menggeleng sebagai jawaban.

Hufhh...

SANVIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang