two

2.4K 19 2
                                    

Selama seminggu ini, Derina berdiam diri dirumah. Dia tidak masuk sekolah bahkan keluar dari kamar mungkin hanya untuk sekedar makan dan ke kamar mandi.

Bukan karena malas, dia hanya takut neneknya mengintimidasi. Dia hanya tinggal bersama neneknya. Neneknya adalah adik dari neneknya Samuel.

Maka dari itu, Derina sangat takut sekaligus malu untuk bertatapan dengan neneknya. Kejadian di club malam itu membuat Derina merasa hina dan memalukan.

Bersetubuh dengan saudaranya sendiri. Malu sekali! Walau sebenarnya keluarga mereka tidak begitu dekat, mereka hanya bertemu dalam urusan kekeluargaan, itupun jika penting sekali.

Derina sekarang sedang berbaring di atas kasurnya, sambil memakan cemilan di depan layar ponselnya. Saat sedang asyik scroll tiktok, sebuah gelembung pesan, membelalakkan mata Derina.

Itu pesan dari sebuah nomor dengan profil keluarga Pradipta. Keringat dingin langsung mengucur deras dari pelipis Derina.

Dengan gusar dia mengelap keringatnya, melihat isi pesan itu.

+62***
Nanti malam?

Bertepatan dengan itu, pintu kamar dibuka. Membuat Derina tersentak kaget. Itu adalah neneknya yang memasang wajah sama kagetnya dengan Derina.

"Anak Edison Pradipta datang. Katanya mau ketemu kamu. Nenek gak tau kalian sedekat itu", ucapan Neneknya langsung mengejutkan jantung Derina.

Jantungnya terpompa dengan tempo cepat. Lantas Derina tak hanya berdiam diri saja, dia langsung membenarkan pakaiannya, rambut bahkan mimik wajah.

Jangan sampai kentara terkejutnya.

"Ah, Derina kemarin minta tolong sama dia buat bantu ngerjain tugas. Ini susah banget, tapi kata temenku dia alumni yang lumayan ahli".

Neneknya hanya mangut mangut paham lalu pergi. Derina bernafas lega Neneknya tidak bertanya lebih lanjut.

Dia berjalan perlahan ke luar kamar, dan menuruni anak tangga. Karena hanya ada 14 tangga, Derina jadi cepat sampai. Padahal ingin mengintip sedikit sedikit dulu.

Samuel sudah duduk di ruang tamu sambil bersandar di sandaran sofa. Untung pandangannya ke langit langit rumah. Jadi Derina tidak langsung melakukan eye contact dengan Samuel.

"Ekhe—“

"Jadi kan kita ke club—"

Derina hendak berdehem, tapi dipotong dengan kata kata yang lebih membahayakan. Segera Derina tutup mulut Samuel dengan telapak tangannya.

Otomatis gerakannya itu membuat dirinya bersandar di tubuh Samuel. Derina celingukan mencari keberadaan Neneknya yang tidak terlihat.

Samuel senyum senyum di balik telapak tangan Derina. Tangan kirinya menarik tangan Derina yang menutup mulutnya. Tapi, tarikan nya itu tidak disadari Derina yang membuat Derina jatuh ke pangkuan Samuel.

Samuel menarik tengkuk Derina dan menyatukan kedua bibir mereka. Samuel menikmatinya, melumat dan bahkan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Derina.

"Der..."

Itu neneknya! Derina segera berdiri dan mencari pose lain agar tidak terlihat aneh. Dia justru malah menari-nari tidak jelas.

"Begini kan? Aduh! Aku lupa koreonya!"

Samuel hanya tersenyum miring. Lalu berdiri, berjalan melewati Derina menuju neneknya Derina.

"Nek, malam sabtu nanti datang ke rumah. Ada acara keluarga, penting banget kata nenek. Sekalian mau ketemu cucu nenek, jadi aku sampein pesan nenek ke nenek", ucap Samuel terkekeh diselanya.

"Iya, nanti nenek dateng".

"Sekalian bawa cucunya, biar main bareng sama cucu cucu yang lain".

"Oh iya, Derina bisa sedekat itu ya sama kamu. Sering ketemu atau gimana?"

"Ah... Samuel sama dia seminggu yang lalu ketemu di-"

"Di mall! B-bang Samuel baik banget Nek, beliin Derina seafood".

Lagi lagi Derina menghalangi Samuel berbicara. Takut Samuel akan ceplas ceplos berkata. Bisa dilihat kalau Samuel tipe orang yang ngomong secara fakta.

"Nek boleh pinjem cucunya?"

"EH?!"

Derina terkejut. Menghampiri neneknya dan memberi intruksi untuk tidak mengijinkan. Tapi, diluar dugaan. Neneknya tersenyum lebar.

"Bawa aja cucu nenek. Dia seminggu ini dirumah terus. Sampai libur sekolah, dia pikir sekolahnya punya dia apa".

"Loh, bukannya emang punya keluarga kita".

"Iya kan keluarga besar Pradipta. Bukan punya Derina".

🥂

"Mulai sekarang, lo bakal jadi partner main gue. Cuma gue yang bisa".

"Apaan, main golf?"

Samuel mengambil tongkat golfnya, memukul bola hingga terlempar jauh. Lalu memberikan tongkatnya pada Derina.

"Kalau lo kalah, lo temenin gue enak enak", Samuel mengambil posisi duduk di kursi.

"Enak enak gimana? Apaan? Taruhan? Terus?"

"Coba pukul dulu", Derina mematuhi perkataan Samuel lalu melempar bola sejauh setengah dari milik Samuel.

"Lo kalah. Sini gue kasih tau".

Derina dengan polos dan sangat bodohnya, berjalan menghampiri Samuel. Mendekatkan kupingnya di mulut Samuel.

"Lo juga deketan sini".

Derina kesal, dia berdiri saja di hadapan Samuel dengan menyilangkan tangan di depan dada. Selanjutnya, Samuel menarik Derina untuk duduk di pangkuannya lagi.

"Emmhh... Mampus, burung gue naik".

Derina tidak menyangka, berurusan dengan Samuel akan se——————————tolol ini.

"Setan!" Derina bangkit lagi dan memukul pipi Samuel dengan keras. Jantungnya berdegup kencang saking takutnya.

Samuel terkekeh singkat, dia berdiri di hadapan Derina dan menarik tangan perempuan itu hingga masuk ke dalam mobil Samuel. Mengunci otomatis mobilnya agar Derina tidak bisa kabur.

Samuel menindih Derina di dalam mobil bagian penumpang. Menutup jendelanya dengan jendela privasi. Samuel membuka celana Derina dan membuka kancing celananya.

Di geseknya cepat miliknya di milik Derina.

"Gue gak tahan!"

"Samuel!"

🥂

Tbc.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang