Seperti biasa, hari ini Samuel melakukan aktivitasnya, bekerja dan Derina di apartemen.
Tidak ada yang istimewa, Derina hanya berbaring malas dengan ponsel ditangannya. Saking sunyinya, suara detak jarum terdengar di penjuru ruangan.
Waktu terus berlalu hingga jarum pendek menunjuk pada angka tujuh, dan jarum panjang menunjuk pada angka enam.
Derina segera mandi kilat dalam lima belas menit dan keluar dengan handuk yang melilit dada hingga pahanya.
Dia terhalang lapar, dengan handuk pergi ke dapur untuk memasak makan malam. Dikulkas hanya ada daging sapi. Tidak ada pilihan lain selain memilih makan dengan daging sapi panggang.
Derina menyiapkan semuanya, mulai dari dagingnya, sambalnya, lalapan, dan matcha dingin untuk pemanis.
Saat sibuk membuat minumnya, tanpa Derina sadari Samuel sudah di belakangnya sambil memeluk Derina dari belakang. Dagunya di taruh di pundak Derina.
Karena kehadirannya yang tiba-tiba, membuat Derina terkejut, dengan tersentak kecil dan melirik sekilas ke belakang.
"Bisa gak kalau masuk ketuk dulu? Atau telepon, kan bisa".
"Gak bisa".
Samuel mencium kulit halus dan dingin Derina, dari leher hingga punggung belakang. Derina sendiri hanya menghembuskan nafas berat dan tetap fokus.
Setelah siap Derina berjalan susah payah ke meja makan dengan kedua tangannya penuh piring, dan gelas, juga Samuel yang masih bertengger di pundak dan pinggangnya.
"Awas dulu, gue mau makan malam".
"Nanti aja makannya. Gue mau main sama lo, sebentar aja".
Derina menggeleng membuat Samuel sedikit kecewa dan kesal. Samuel mundur dan bukannya pergi, dia justru mengangkat tubuh Derina ala bridal style ke atas meja.
Kini posisi Derina duduk diatas meja menghadap ke arah Samuel yang berdiri di hadapannya.
"Sam. Gue mau turun, gue mau makan. Sumpah ini gak lucu".
"Siapa yang bilang ini lucu?"
"Please... Gue lagi laper banget, gue mau makan malam".
"Gak. Cuma sebentar aja. Liat gue".
Derina menggeleng, mengarahkan wajahnya ke samping, enggan menatap lurus ke depan, tepatnya ke wajah Samuel.
"Ayolah... Gue lagi gak mood".
"Gak peduli, gue juga lagi laper".
"Mumpung gue masih sabar, liat gue sekarang".
Derina bukannya menatap Samuel, justru terus berusaha bergerak untuk turun dari meja. Karena memang Derina sudah sangat lapar sekali.
Laparnya muncul saat dia baru selesai mandi, tapi bukan langsung makan, dia harus memasak dulu selama dua puluh menit lebih, tapi sekarang setelah bersabar menahan lapar, dia diganggu Samuel.
Entah apa masalah Samuel, Derina juga punya masalah.
Bagi Derina saat ini, jika Samuel bersikap egois, maka Derina juga bersikap egois.
Samuel mencengkram pipi Derina dengan tangan kanannya, kesabarannya sudah hilang, moodnya juga sedang tidak baik.
Samuel sudah di luar kendali. Apa yang akan terjadi kedepannya, itu adalah ulah Samuel sepenuhnya.
"Jangan sampe gue main kasar".
Derina akhirnya menatap Samuel, karena sudah tidak punya tenaga lagi untuk melawan. Dia sangat sangat sangat lapar sekarang.
Tangannya bergetar, terangkat menggenggam tangan kanan Samuel. "Sam. Gue bener bener laper... Liat gue juga... Gue udah lemes gini".
Samuel melepas Derina begitu saja dengan perasaan kesal. Dia berjalan ke sofa dan memilih berbaring di sana menutup mata dengan tangan kirinya.
Derina segera turun dari meja dan duduk di kursi untuk segera makan malam.
Sunyi, senyap, dingin, dan menenangkan.
Kini waktu sudah tepat di jam sepuluh malam. Derina sudah berpakaian tidur, memakai sweater dan kaos kakinya. Cuaca sedang hujan kecil dan angin kencang.
Derina berbaring di kamarnya, menatap ke langit langit kamar, merasa bingung, kosong dan tidak tau mau berbuat apa.
Namun beberapa menit setelahnya, Samuel muncul di ambang pintu dengan wajah datarnya. Lalu masuk dan berbaring di samping Derina.
Samuel memasukkan tangannya ke dalam baju Derina, menyentuh setiap inci kulitnya hingga si empunya mendesah kecil.
Beberapa kecupan juga Samuel berikan di telinga Derina. Kemudian Samuel terus merangsang tubuh Derina, hingga membukanya satu persatu.
Mata Samuel berhenti di tubuh Derina yang tidak tertutup sehelai benang pun. Segera Samuel hisap payudara Derina sampai memerah.
Tangannya yang menganggur, bergerak memandu tangan Derina untuk mengocok miliknya.
"Ernghhhh~ Derina... Enak... "
🥂
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNHOLY
RomanceSamuel Putra Pradipta, memiliki kehidupan yang mewah dan sangat tertutup. Tidak ada yang mengetahui bagaimana kehidupannya. Hingga suatu ketika dia memesan perempuan untuk dia setubuhi, dan yang datang ternyata adalah saudari perempuan dari keluarga...