three

2.4K 20 0
                                    

"Eh, gadis perawannya dah pulang".

Derina yang baru memasuki pekarangan bersama Samuel terhenti dalam kecanggungan.

"Perawan apaan, Derina udah di perkosa sama Samuel", batin Derina.

Samuel terkekeh menanggapi orang itu, agar suasananya tidak terlalu canggung bagi Derina. Setidaknya kalau sudah menikmati tubuh Derina, Samuel tidak membuat perempuan itu kesulitan.

"Tante.." Derina menyalim wanita paruh baya yang hendak pulang.

Kakinya sudah mau melangkah meninggalkan pekarangan rumah, tapi langsung berbalik badan tiba-tiba.

"Kamu anaknya Edi kan?!"

Derina mengunakan kesempatan untuk lari ke dalam rumah. Sebelum ditanya lebih banyak, lebih baik dia berlari ke dalam kamar.

Tantenya itu adalah adik mendiang ayah Derina, kalau sudah ada yang sedikit mengganjal, dia akan banyak bertanya untuk memenuhi rasa penasarannya.

Biar saja Samuel yang menjawab.

"Iya kan? Ngapain malam malam gini pulang sama Derina? Pacaran ya?"

"Iya tante".

Nenek Derina membelalakkan mata tidak percaya. Perasaannya sudah tidak enak, bahkan matanya melaserkan kemarahan. Dia hanya memasang wajahnya datar ketika Samuel menatapnya.

"Raquel! Pulang cepat! Jangan membuat banyak pembicaraan yang mengundang kuping para penggosip!"

Tante Derina alias Raquel memasang wajah julidnya lalu pergi menggunakan mobil. Menyisakan Samuel dan nenek Derina.

"Jangan kesini lagi, jangan bawa Derina kemana-mana lagi. Jangan sampai ada rumor tentang kalian berdua, atau nanti ayahmu marah besar".

Setelah mengatakan itu, nenek Derina masuk ke rumah dan menutup pintu rapat rapat. Samuel menghembuskan nafas beratnya.

"Yakali gue nurut. Gak lah, bukan gue banget. Gue hamilin juga nanti cucu lo".

Samuel masuk ke mobilnya, sebelum berjalan dia sempat membunyikan klakson tiga kali. Hingga akhirnya mobil meninggalkan pekarangan.

Nenek Derina menyuruh Derina untuk datang ke ruangannya. Ada hal yang ingin di beri tau. Dan katanya itu adalah hal yang sangat penting, jika membuat neneknya menunggu lama, akan ada konsekuensinya.

Seperti...

"Iya nek?"

"Duduk".

Derina menyadari perubahan nada bicara neneknya. Lebih dalam, sarkas dan menekan. Tatapannya bahkan tidak tertuju pada Derina melainkan pada kaki Derina.

"Berhenti berhubungan dengan Samuel. Kalau nenek masih lihat kamu bertemu sama dia, ingat.

Perjodohan yang diberhentikan tahun lalu, akan dilanjutkan".

"Nek gak bisa gitu!"

Derina meremat kuat celananya mengingat kejadian satu tahun lalu, dimana dia di paksa berduaan di dalam ruangan bersama orang yang dijodohkan dengan dia.

Untung saja, Derina bisa lepas karena bantuan seseorang. Katanya itu adalah bentuk upaya penyatuan Derina dengan keluarga Pradipta.

Karena kedua orang tuanya sudah meninggal, itu berarti hubungan Derina dengan keluarga Pradipta akan putus. Walaupun keluarga Pradipta berasal dari keluarga ayahnya.

Tapi bayangkan saja anak perempuan berumur delapan belas tahun dijodohkan dengan pria berumur dua puluh lima tahun.

"Kalau tidak mau, jangan bertemu Samuel lagi! Nenek tau apa yang kalian lakukan".

"D-dari mana nenek tau?"

Nenek Derina tidak menjawab, bangkit berdiri meninggalkan Derina sendirian di ruangan. Betapa malunya dia hidup, betapa hinanya dia.

Yang membuat dia lebih malu, neneknya tau apa yang terjadi diantara Samuel dan Derina tapi masih tetap memilih diam. Bahkan mengancam.

🥂

Hari ini adalah hari penting bagi keluarga Pradipta. Seperti yang sudah di katakan Samuel pada nenek Derina. Maka mereka juga datang menghadiri acara tersebut.

Begitu sampai di rumah yang mewahnya sama dengan rumah Derina. Semua tatapan para anggota keluarga tertuju pada Derina.

Derina sendiri tidak menyadari tersebut, dan hanya mengira mereka hanya menatap neneknya. Tapi ternyata salah.

Anggota keluarga Pradipta lumayan banyak, orang orangnya juga berkualitas, berkelas dan tak ketinggalan jaman baik yang masih muda dan yang sudah tua bangka.

Keduanya duduk di salah satu kursi disana. Bahkan kursi tamu lebih bagus dari sofa yang kita punya di rumah.

"Selamat datang di acara besar tahunan keluarga Pradipta. Para hadirin kini saatnya saya undang kedua tetua untuk maju kedepan. Rosella Pradipta dan Elizabeth Pradipta".

Kedua nya naik ke altar dan mengucapkan kata kata.

"Saya mengundang kalian dan membuat acara ini, untuk tujuan saling mempererat hubungan kekeluargaan. Saya akan mengumumkan kepada kalian kalau keluarga Pradipta berdiri sudah sangat lama. Untuk itu, jangan sampai ada satupun rumor buruk yang menghancurkan nama baik keluarga".

Elizabeth Pradipta yang merupakan nenek Samuel turun dari altar, duduk kembali ke tempat duduk asalnya.

"Saya Rosella Pradipta mengucapkan terimakasih banyak untuk Elizabeth, karena sudah mengundang saya. Saya juga berharap keluarga kita memiliki sikap kebersamaan".

Ketika para anggota sibuk memberikan kata, dan memberikan pertunjukkan, dari mulai yang paling kecil hingga tertua. Samuel menghampiri Derina. Tepat di hadapan yang lainnya.

"Ini", Samuel memberikan segelas jus anggur pada Derina.

Derina menerima dengan biasa saja. Tidak mau menatap dan tidak mau memperpanjang percakapan. Samuel sendiri sudah tau apa yang terjadi pada Sering dengan hanya melihat raut wajahnya.

"Lo pasti habis di ancam sama nenek lo", ucap Samuel santai meminum anggurnya.

Derina terbelalak. Dia segera menarik tangan Samuel untuk pergi dari kerumunan. Mereka sekarang berada di salah satu ruangan dalam rumah Samuel.

Samuel tersenyum senyum sendiri, ketika tangannya ditarik, ekspresi bingung Derina yang celingak celinguk kesana kemari juga.

"Kita masih saudara jauh, gak boleh ngelakuin hal itu lagi. Kalau waktu itu gue datang ke club, itu karena gue main truth or dare sama temen temen buat nge prank. Gue gak ada niatan buat bersetubuh sama siapapun".

"Dipaksa atau emang lo mau mau aja?"

"Lebih tepatnya terpaksa. Lumayan hadiahnya dapet spot buat ngerjain tugas sekolah".

Samuel mengembangkan senyum miring nya. "Oh, jadi lo terpaksa buat nge prank gue?"

"Gak gitu! Gue juga gak expect kalo orangnya itu lo".

"Tapi kok, lo ngomongnya kaya orang yang udah deket banget ya sama gue?"

Derina terkejut setengah mati. Dia menatap Samuel tidak kuasa. Menyadari bahwa mereka sekarang tengah di dalam kamar Samuel.

Bisa dilihat dari banyaknya bingkai foto di dalam lemari kaca. "K-kita keluar sekarang".

Hendak membuka pintu. Samuel lebih dulu berdiri di depan sana menghalangi Derina.

"Ngewe dulu sama gue".

"GILA!"

Tanpa babibu Samuel menarik kepala Derina untuk berciuman dengannya. Satu tangan lagi Samuel gunakan untuk bergerak cepat mengunci pintu, mematikan lampu lalu mengunci pergerakan Derina dan membawanya berbaring diatas kasur.

"Lo cantik, for real".

Lanjut menciumi leher Derina, meremas kedua gundukan nya, intinya Samuel kini sibuk melucuti pakaian Derina.

"Gue benci sama lo. Sialan".

_

Tbc.

UNHOLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang