"Ini beneran gaada informasi yang akurat tentang Gama? Lo hebat loh? Tumben amat ga bisa nemuin informasi kayak gini?" Luna menopang dagunya, dahinya mengernyit kesal sambil melihat laptop yang server nya eror seketika saat ingin menggali informasi tentang Gama.
Leo mendengus. "Lo pikir gua manusia yang bisa segalanya, Lun? Lo liat sendiri coba sok."
Luna menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas isi laptop Leo. Ia kesusahan untuk melihat, Gama di sampingnya sedang anteng melihat serial kartun di ponselnya.
"Eh idiot, minggir dulu sebentar napa?" Leo mendorong bahu Gama untuk menjauh dari tubuh Luna.
Bukannya marah, Gama tersenyum lalu memperlihatkan isi handphone Luna.
Luna menampar kepala Leo. "Eh nama Leo zodiak Gemini, aneh banget lo jadi orang. Kalau gabisa ya yaudah kali gausah kasar sama adek gue."
"Sial." Umpat Leo.
"Gama beneran ga inget sama nama mereka? Atau nama bunda? Apa aja deh yang Gama inget, Luna mau tau boleh?"
Gama mengangguk setelah meletakkan handphone Luna di atas karpet.
"Kenapa ga bilang dari tadi idiot!! Cape gue nyari info tentang lo." Leo meraup kasar wajahnya sambil menggerakkan giginya.
"Diem nyet, lo gue suruh juga gue bayar kali." Luna melempar pisang goreng yang ia beli di luar ke wajah Leo yang frustasi karena sejak pagi ia duduk, tidak beranjak sama sekali dari depan laptop nya namun effort itu tidak membuahkan hasil sama sekali sampai pukul 14.46
"Lagian lo ngapain juga mungut dia sih bego? Hidup lo tuh urusin dulu yang katanya mau jadi perawat." Sang sahabat hanya mampu memakan pisang goreng di atas sofa sambil mengselonjorkan kakinya yang kram.
"Daripada gue mungut orang kayak lo? Yang ada gue yang gila." Luna kembali menatap Gama, tatapan kesal itu seketika berubah dalam 1 detik saat melihat Gama yang sibuk menatap pertengkaran nya dengan Leo.
"Ga—
"Yaelah, daripada mungut orang gila."
"LEO! PULANG LO BANGSAT!" Luna memukul keras-keras badan yang anteng terlentang di atas sofa dengan sekuat tenaga.
"IYA INI JUGA MAU PULANG KALI!" Leo berlari keluar sambil menenteng laptop nya, berlari dari kepungan maut Luna.
"Na, kenapa? Kok marah-marah?"
"Nggak papa, Gama tau apa tentang mereka?"
"Nama bunda saja, nama bunda itu Helen, Gama ingat sekali." Jawab Gama.
"Oh, bunda Helen? Terus apa lagi yang Gama ingat?"
"Sudah, Na. Gak ada lagi."
Luna tersenyum seraya mengangguk, ia mengelus kepala Gama. Walaupun secuil informasi, mungkin ini bisa menjadi petunjuk. Luna sangat penasaran, siapa yang membuang anak kecil 5 tahun yang tidak mengerti apa-apa ke rumah sakit jiwa yang sekarang sudah sebesar ini, bahkan lebih besar dari nya.
"Gama tunggu di sini okei? Luna mau ke rumah anjing dulu sebentar." Luna berlari keluar meninggalkan Gama yang diam memperhatikan Luna yang berlari keluar, seperti tergesa-gesa meninggalkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest For The Soul
Teen Fictiondi dalam sel hanya satu lelaki yang menarik perhatian Luna. Lelaki dengan sorot mata kalut, takut untuk melihat siapapun. Kepala yang selalu ia tenggelamkan pada sela-sela lengannya, tubuh yang selalu berkeringat juga luka baru yang menyita perhatia...