Ke esok harinya Luna di buat bingung oleh ucapan Gama malam itu. Luna belum sepenuhnya masuk ke alam mimpi, Luna mendengar ucapan Gama.
Luna mengaduk nasi sambil melamun. Gama belum bangun, lelaki itu masih setia mendengkur di kasur bulu di depan televisi.
Sembari mengaduk-aduk nasi, Luna melihat wajah tentang Gama yang penuh misteri. Tiba-tiba ada pergerakan dari Gama membuat Luna tersadar.
Gama membuka matanya, mengerjap pelan lalu menoleh. Luna menyunggingkan senyum manis nya. Lalu Gama duduk sambil mengucek matanya.
"Lapar." Luna tertawa pelan,kalau Gama tidak lapar pasti dia tidak bangun.
"Cuci muka dulu sana, terus sarapan,"
"Cuci muka?"
"Aduh, bersihin dulu muka nya Gama. Tau kan? Terus sarapan bareng Luna di sini" Gama bukan lemot, bahkan ia tidak tau apa itu cuci muka dari kecil.
"Baiklah, cuci muka di mana?" Terkadang Luna ingin menjawab 'di kandang ayam' tapi kalau Gama beneran ke kandang ayam lalu cuci muka dengan kotoran ayam bagaimana?
"Ya di kamar mandi atuh Gama! Sana" Luna mengelus dadanya.
Gama berjalan gontai ke kamar mandi, Luna melihatnya geleng-geleng kepala.
"Kamar mandi nya di mana, Na?" Gama menggaruk kepala seraya menatap Luna dengan senyum kikuk nya.
"LAH DI DEPAN GAMA ITU KAMAR MANDI SAYANGKU, CINTA KU!"
"Oh iya" Gama masuk tanpa menutup pintu, Luna bisa melihat aktivitas Gama di kamar mandi, mencuci muka nya dengan air.
"Ini sudah?"
"Sudah, sini, tutup pintu nya"
Gama duduk di sebelah Luna. Menatap aktivitas Luna yang tengah menyedok nasi ke sendok. Luna menyuapkan sesendok nasi dan lauk ke mulut Gama.
"Gama bisa makan sendiri 'kan? Luna mau siap-siap ke rumah sakit."
Gama mengangguk. Luna tau Gama bisa, tetapi masih ada nasi yang berceceran. Tidak apa, yang penting Gama bisa sendiri.
Luna meletakkan sepiring makanan itu ke meja makan. Membiarkan Gama makan sendiri, ia akan mengawasinya dari kamar.
"Luna ke kamar dulu ya, Gama." Luna beranjak dari sana. Memakai seragam perawat nya, mengubah penampilan nya dan keluar lagi sambil membawa tas dan siap berangkat ke rumah sakit.
Ia melihat Gama yang sedang minum. Tangan Gama bergetar, Luna tidak tau akibatnya apa tangan Gama selalu bergetar. Hari ini rencananya Luna ingin menanyakan data Gama saat masuk ke rumah sakit itu.
"Gama, Luna berangkat, ya? Gama baik-baik di rumah, jangan buka pintu kalau ada yang ketuk. Itu pasti bukan Luna, Luna pulang sore soalnya. Kalau Gama mau makan siang, Luna udah siapin di rak, ada buah juga di kulkas. Kalau Gama mau mandi, baju nya udah Luna siapin di kasur nya Luna." Luna sangat telaten merawat Gama. Ia mempunyai tekad untuk menyembuhkan Gama.
"Iya, Na."
"Kalau Gama bosan, liat televisi aja. Udah Luna nyalain televisi nya, ada kartun lucu di sana. Luna berangkat, ya."
"Gama boleh peluk, Na?"
"Boleh dong." Luna memeluk Gama sangat erat.
"Kenapa Luna ga dari dulu aja ketemu kamu, Gama?"
***
Luna menghampiri senior nya, kak Fajar. Niatnya ingin meminta data tentang Gama.
"Kak, Luna mau tanya boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest For The Soul
Ficção Adolescentedi dalam sel hanya satu lelaki yang menarik perhatian Luna. Lelaki dengan sorot mata kalut, takut untuk melihat siapapun. Kepala yang selalu ia tenggelamkan pada sela-sela lengannya, tubuh yang selalu berkeringat juga luka baru yang menyita perhatia...