"Gama diam di rumah ya? Kalau mau makan makanan nya di rak, sendoknya udah ada di sana. Gama 'kan udah bisa makan sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri. Gama belajar mandiri ya? Terus inget kata Luna, jangan buka pintu kalau ada yang ketuk, Gama cukup sembunyi di kamar Luna, jangan teriak ya? Jangan nangis" cakap Luna seraya membereskan kerah baju Gama yang masih urak-urakan.
Gama mengangguk mengerti. "Na canti?"
"Hah?" Luna memiringkan kepalanya tidak mengerti dengan ucapan Gama.
"Na canti!"
"O-oh iya Luna cantik" Luna tersenyum kecut, Gama ini apa? Siapa yang melahirkan seorang yang tidak bisa marah? Tidak bisa membentak, tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Luna kira Gama adalah malaikat, sejujurnya Luna juga terkejut saat kemarin ia tidak sengaja menumpahkan air minum di paha Gama.
Kilas balik.
"Na, Gama haus. Minum" Gama mengelus tenggorokan nya sendiri seraya menatap Luna penuh harap agar di ambilkan air minum.
"Gama tunggu ya," Luna beranjak ke dapur mengambilkan Gama air mineral lalu kembali dengan gelas di tangan kanan nya.
"GAMA AWAS!" Pekik Luna saat ia tidak sengaja tersandung karpet bulu miliknya dan airnya akan tumpah di kaki Gama.
Gama diam, menoleh dengan ekspresi terkejutnya.
Byur!
Gama tersentak ketika benda cair dan dingin menyapa paha nya. Lantas ia mengusap paha nya yang terasa dingin lalu tersenyum pada Luna.
Luna tidak salah lihat? Luna berhalusinasi? Luna gila? Gama tersenyum padanya? Baru pertama kalinya Luna melihat mata bulan sabit itu. Dan itu membuatnya terpaku dan terpesona dengan keindahan Gama.
"Gama maafin Luna ya? Luna nanti ambil lagi minumnya, Gama tungguin di sini, Luna mau ambil air sama celana baru!" Lantas Luna berlari secepat kilat ke dapur mengambil air mineral dan meletakkan nya di depan Gama, setelahnya ia kembali berlari ke kamar nya untuk mengambil celana.
"Gama minum dulu" Luna membantu Gama minum. Tangan Gama masih saja bergetar, Luna tidak tau apa yang terjadi dengan Gama yang membuat tangan nya gemetar.
"Gama ga marah?"
"Marah itu apa, Na?"
Kilas balik off
Luna menjadi berkaca-kaca mengingat kejadian kemarin malam. "Na?"
"Iya Gama?" Luna menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan air mata. Tiba-tiba saja Gama menarik tubuh Luna ke pelukannya, tangisan Luna pecah di sana.
"Na nangis?"
"Luna ga nangis. Udah ya Gama, Luna mau kerja dulu. Ingat pesan Luna tadi ya, Gama jangan keluar rumah kalau ga mau ketemu orang jahat" Luna menghapus air matanya dengan kasar lalu melepaskan pelukannya.
"Gama ikut,"
"Gama ga boleh ikut, Luna kerja di rumah sakit yang Gama tempatin, kalau Gama ketauan perawat lain gimana? Gama di sini aja ya?"
"Gama takut di sini sendiri. Gama ikut, Na!"
Luna membuang napas kasarnya. "Kalau Gama ikut, Gama ngumpet ya? Gama ngumpet di ruangan yang ga di tempatin. Jangan bersuara, jangan keluar, pokoknya Gama ga boleh ketauan perawat lain, paham?"
"Paham, Na"
"Gama ganti baju dulu sana,"
"Lama, jangan ganti baju lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rest For The Soul
Novela Juvenildi dalam sel hanya satu lelaki yang menarik perhatian Luna. Lelaki dengan sorot mata kalut, takut untuk melihat siapapun. Kepala yang selalu ia tenggelamkan pada sela-sela lengannya, tubuh yang selalu berkeringat juga luka baru yang menyita perhatia...