Bagian 2

242 46 13
                                    

Sekolah sudah mulai sepi. Raja yang sudah menaiki motor miliknya, lantas memilih memundurkannya untuk membawa kuda besi itu menuju ke arah jalan raya.

Namun, sebelum benar-benar melaju, matanya menyipit melihat gadis pujaannya tengah berdiri di halte seorang diri dengan ponsel yang berada di genggamannya.

Gadis itu terlihat menggerutu dan memasukan ponselnya kedalam tas. Lalu, dia melihat ke arah jalanan sepertinya menunggu angkutan umum yang lewat.

Entah gadis itu sengaja pulang terlambat atau bagimana, padahal teman-temannya yang pulang dengan angkutan umum kebanyakan akan pulang ketika bel berbunyi dan pergi saat itu juga.

Tanpa sadar, Raja melajukan motornya ke arah halte. Dia berhenti di depan Nayla yang membuat gadis itu tentunya menatap heran ke arahnya.

"Rumah lo di perumahan merpati, kan? Kebetulan gue mau ke rumah temen gue di daerah sana. Mau bareng?" tanya Raja.

Nayla diam sebentar. Gadis itu lantas kembali menoleh ke arah jalan memastikan ada angkutan umum atau tidaknya.

"Gue enggak ada niat jahat sama sekali, kok. Gue enggak sengaja lihat lo kayak orang kebingungan, takutnya lo emang mau pulang cuman enggak ada angkutan umum. Sekolah udah mulai sepi, bahaya."

Nayla lantas menatap Raja. Gadis itu memegang tali tasnya sendiri. "Kenapa bisa tau rumah gue di merpati?" tanya Nayla.

"Gue sering lihat lo. Kebetulan gue emang suka main ke sana, temen gue tetangga lo. Namanya Haikal," ujar Raja yang tidak sepenuhnya berbohong.

"Gue ngerepotin enggak kalau semisalnya gue terima ajakan lo?"

Raja menahan senyumnya di balik helm full face laki-laki itu.

Tentu saja dia tidak keberatan. Justru ini langkah awal agar dia bisa dekat dengan gadis pujaan hatinya.

Bukankah sama saja Nayla memberi peluang padanya?

"Sama sekali enggak," jawab Raja spontan. "—Maksud gue ... enggak karena emang kebetulan searah." Laki-laki itu melarat ucapannya.

Nayla mengangguk. "Oke, gue mau naik, karena motor lo besar ... gue minta maaf buat pinjam bahu lo dulu buat tumpuan," kata Nayla.

Ketika tangan gadis itu menyentuh bahunya. Tentu saja hatinya berdebar hebat.

Rasanya ini lebih berdebar daripada dirinya akan bermain di final ketika bermain Volly.

Dia tidak bisa mengontrol perasaannya. Dia ingin terus tersenyum tanpa henti.

"Udah?"

"Udah."

Raja lantas melajukan motornya.

Raja kira, hanya akan ada keheningan ketika keduanya berada di atas motor yang sama. Namun nyatanya, kebahagiaan benar-benar berpihak padanya hari ini.

Dia menemukan fakta tentang Nayla. Gadis keturunan Jepang itu ternyata orang yang cukup aktif dan termasuk orang yang memiliki banyak topik.

Padahal, Raja kira dia orang yang cuek dan sulit didekati.

"Gue sering lihat lo main Volly di lapang."

"Oh, ya?" tanya Raja senang.

Tentu saja senang. Dia mendapat ungkapan itu dari gadis yang satu tahun ini sudah mengisi hatinya.

"Iya. Lo keren, andai aja tadi lo nawarin gue dibonceng sama lo di depan anak-anak cewek di sekolah, bisa aja gue dapet tatapan sinis dari mereka."

Raja terkekeh pelan. Dia lantas menggeleng, "Jangan berlebihan. Kalau aja emang banyak yang suka sama gue, harusnya sampai sekarang gue enggak jomblo."

"Emang lo enggak punya pacar?" tanya Nayla.

Nice.

Sengaja. Raja sengaja mengatakan itu. Dia ingin Nayla tahu bahwa dirinya tidak memiliki seorang kekasih agar gadis itu mau jika suatu saat nanti dia ajak berboncengan lagi.

"Enggak. Lo sendiri?" tanya Raja.

Nayla menggeleng. "Enggak ada."

"Orang secantik lo?" tanya Raja lagi.

"Orang sekeren lo aja enggak punya pacar. Harusnya lo enggak heran dong kalau cewek cantik enggak punya pacar?"

Nayla dan Raja tertawa bersamaan. Nayla ini orang yang cukup narsis juga ternyata.

Dia orangnya santai, Raja malah semakin menyukainya setelah mengobrol dengannya seperti sekarang.

Sampai akhirnya, mereka sampai. Raja menghentikan motornya tepat di depan rumah Nayla.

Gadis itu turun dan tersenyum pada Raja. "Makasih, ya. Maaf gue ngerepotin."

Raja menggeleng tak setuju, "Kan gue yang ngajak."

"Ya kan tetep aja harus bilang terimakasih."

Raja tertawa pelan. "Oke, sama-sama."

Lelaki itu merasa berat sekali. Boleh tidak, sih momen tadi diulang sampai tahun depan? Dia ingin sekali tertawa terus menerus dengan pujaan hatinya.

Tidak apa-apa, deh jantungnya berasa mau meledak. Yang penting dia bisa merasakan euforia kupu-kupu berterbangan.

"Kalau gitu gue duluan—"

"Sebentar." Nayla menahan Raja dan menyentuh punggung tangan laki-laki itu yang menggenggam stang motornya.

Raja menelan ludahnya. Wajahnya memanas, lelaki itu menatap Nayla yang kini tengah menatapnya. "A-apa?" tanya Raja gelagapan.

"Gue denger, lusa lo turnamen, ya?"

"Iya, pas pulang sekolah. Cuman gue enggak akan masuk pas hari itu, gue dispensasi. Jadi gue ke sekolah pas sekolah bubar terus langsung berangkat ke tempat turnamen." Raja menjelaskan.

Padahal, siapa peduli? Memangnya Nayla ingin tahu? Raja merutuki dirinya sendiri.

Nayla mengangguk. "Oke. Rencananya gue sama temen gue—Arini mau ikut nonton sama anak-anak yang lain."

Raja mengulum senyumnya. "Serius?"

Gadis itu mengangguk membenarkan pertanyaan laki-laki itu.

"Jadi, jangan sampai kalah, ya!"

"Kalau gue menang? Lo mau kasih gue apa? Hadiah? Atau temenin gue jalan-jalan kemanapun gue mau?" tanya Raja.

Lagi-lagi Raja merasa dirinya bodoh. Bukankah kalimat seperti itu persis seperti seorang buaya yang sedang mencari mangsa nya?

Ayolah, meskipun dia sudah memendam perasaannya selama satu tahun, tetap saja hari ini hari pertama mereka berkenalan.

"Oke, setuju."

Bersambung...

Terimakasih banyak yaa buat yang sudah membaca cerita gajee ini. Semoga terus berlanjut ke part selanjutnya!<3

Versi AU juga bisa kalian baca di :

Ig : octaviany_indah.
Tiktok : wattpad.oncom

See you! Jangan lupa bintang, share dan komen ya!

RAJA ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang