13. Pengantin Baru

147 11 0
                                    

Akhirnya setelah sekian lama rahang itu bisa ia elus sepuasnya juga. Jari telunjuknya menyentuh lembut setiap inci wajah rupawan yang pemiliknya masih asyik merakit mimpi. Kelopak mata, alis, hidungnya yang mancung, bibir, dan tentu saja favorit Azka adalah rahang kokoh yang penuh sihir itu. Ia tersenyum lebar mengagumi suaminya yang sangat tampan.

Terusik, Raksa mengeluarkan lenguhannya. "Bangun, hei. Ayo kita kerja," bisik Azka. Masih memejamkan mata, Raksa menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Gerakannya yang secepat kilat membawa tubuh gadis itu ke dalam dekapannya.

"Lima menit lagi," ucap Raksa dengan suara serak khas bangun tidur. Azka tak memberontak, ia membiarkan saja suaminya memeluknya seperti ini. Lagipun memang nyaman. Azka jadi teringat bagaimana posisi mereka saat tidur semalam. Berpelukan sambil membalut tubuh dengan selimut yang sama. Tersipu malu, Azka senyam-senyum sendiri. Pipinya bahkan memanas, pasti sudah merona.

"Kita bolos, yuk?" cetus Raksa. Azka menautkan alisnya tidak mengerti, si gila kerja ini mengajaknya membolos? Kerasukan apa dia??

"Tiba-tiba?"

"Hehe ... hari ini aku mau pacaran aja sama kamu. Soalnya aku belum pernah merasakan pacaran itu kayak gimana."

Saat itu juga Azka berdecak. "Omong kosong! Mana mungkin kamu gak pernah pacaran kalau cewek yang mengantre aja segitu banyaknya? Oh, aku tau. Pasti kamu sengaja bilang gitu supaya aku mengakui kalau kamu itu ganteng, 'kan? Ck haus validasi! Udah-udah sana mandi, sebagai bos besar kamu tuh harusnya memberikan contoh yang baik buat karyawan kamu."

"Tapi—"

"Ini handuknya. Bajunya nanti aku siapkan. Aku mau masak dulu, habis itu giliran aku yang mandi terus kita sarapan, udah deh berangkat ke kantor. Ingat, hari ini kamu meeting sama banyak klien," sela Azka menjelaskan sedikit rencananya pagi ini sebagai seorang istri sekaligus sekretaris. Tak kunjung memasuki kamar mandi, Azka menatap gemas lelakinya itu. "Tunggu apa lagi? Sana mandi! Jangan bilang kamu pengin dimandikan sama aku?!" todong Azka seraya memicingkan matanya.

Sontak, kalimatnya itu membuat Raksa mesem-mesem. "Kalau kamu mau, aku nggak akan nolak, hehe."

Tuk

"Nakal!" cibir Azka setelah menyentil jidat Raksa. Manja, lelaki itu meringis seolah kesakitan. Azka kembali berdecak. "Mandi, Raksa!! Astaga kamu ini kayak anak kecil, ya, harus diingatkan berulang-ulang." setelahnya ia mendorong tubuh jangkung itu sampai memasuki kamar mandi. Menatapnya tajam seolah memperingatkan, kalau gak mandi leher kamu aku gorok!!

- ✦ -

Setelah drama yang panjang di pagi hari, kini kedua sejoli itu sudah rapi dengan balutan pakaiannya masing-masing. Raksa menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Gayanya itu sangat maskulin. Azka sampai terpukau, suaminya itu benar-benar keren.   

"Jangan terlalu banyak pakai parfumnya. Cewek-cewek menggila karena kamu."

"Cemburu, ya?" cibir Raksa. Azka mengedikkan bahunya tak acuh. Sebenarnya dia ini tipe perempuan yang kalau sudah cinta tidak akan gengsi, kecuali untuk beberapa hal tertentu.

Selesai dengan parfumnya, Raksa meraba tempat di sekitarnya. Ia seperti mencari sesuatu. "Azka, tongkat aku di mana, ya?"

"Mulai hari ini aku yang akan membimbing kamu. Aku akan menemani ke manapun kamu ingin pergi. Tapi tongkatnya tetap aku bawa, kok. Sekarang sini, pegang tangan aku," tutur Azka. Raksa merekahkan senyumannya, dengan senang hati ia menggenggam tangan milik Azka. Membawanya menemui Robi yang sudah menunggu dengan mobil hitam bosnya itu.

RAKSAZKA : the good wife behind the bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang