01. Raksa

464 99 46
                                    

Lelaki dengan tongkat di tangannya itu mengulas senyuman. Matanya menatap lurus ke depan. Pagi ini cerah tetapi bagi Raksa tidak ada bedanya. Semua terasa gelap sejak kecelakaan tragis itu merenggut indera penglihatannya.

Walau begitu Raksa cukup sensitif. Dia pandai melakukan banyak hal. Memasak, bersih-bersih, bahkan bekerja sehari-hari menggunakan komputer pun bisa Raksa lakukan. Hanya karena tidak bisa melihat, bukan berarti Raksa menjadi lemah.

"Bibi siapin ayam yang udah dimarinasi jadi kalau mau makan tinggal kamu goreng, ya? Bibi juga beli sayuran, semuanya Bibi taruh di kulkas. Kalau butuh sesuatu, kamu bisa telepon Bibi kapanpun itu," jelas Ratna, adik mendiang ibunya Raksa. Memang setelah kecelakaan itu, Ratna dan suaminya lah yang mengurus Raksa. Raksa ini anak tunggal, jadi dia tidak mempunyai kerabat lain selain Ratna.

Sebenarnya Raksa sudah sering mengatakan pada Ratna bahwa dia baik-baik saja. Ratna tidak perlu mengurus dirinya dengan begitu baik karena Raksa pun sudah dewasa. Ia bisa mengatasi semuanya. Raksa hanya ingin Ratna fokus pada hidupnya saja, bersama sang suami, menjalani rumah tangga dengan penuh kebahagiaan. Raksa juga menantikan keponakan dari mereka.

Tapi, ya, namanya Ratna. Dia selalu merasa khawatir begitu melihat Raksa. Takut Raksa kesulitan, takut Raksa kesepian, takut Raksa diam-diam merasa sedih. Tentu saja Ratna sudah membicarakan hal tersebut dengan suaminya, Andra.

"Raksa ngerti. Makasih, ya, Bi," balas Raksa. Setelah sibuk ke sana ke mari menyimpan keperluan Raksa, wanita itu kini duduk di hadapan Raksa. Kedatangannya ke rumah ini bukan tanpa maksud.

"Raksa kamu tau kan Bu Vani, sahabat Bibi sama Mama kamu dulu?"

"Yang dari SMA itu?" tanya balik Raksa. Ratna menanggapinya dengan sebuah deheman. "Tau, Bi. Kenapa?"

"Kamu ingat anak perempuannya? Sekarang dia udah besar loh, cantik banget. Kemarin Bibi ketemu mereka."

"Oh, iya."

"Raksa, Bibi mau menjodohkan kamu sama anaknya Bu Vani itu." Ratna memegang tangan Raksa sarat akan permohonan. Tapi Raksa dengan tenang melepaskan genggaman Ratna lantas kembali tersenyum.

"Gak perlu repot-repot, Bi. Lagian perempuan mana yang mau sama Raksa?"

"Kamu gak boleh kayak gitu, Raksa!" tegur Andra yang entah datang dari mana. Ratna mengangguk menyetujui perkataan Andra.

"Iya. Memangnya kamu kenapa? Kamu itu ganteng loh. Kamu juga udah mapan. Kenapa perempuan pada gak mau sama kamu??"

Lagi, Raksa tersenyum. "Makasih, Bi."

"Jadi kamu mau, kan, Raksa? Dia anaknya baik kok, sopan juga. Bibi yakin dia pasti langsung suka sama kamu," bujuk Ratna.

"Iya, lakukan itu buat kebaikan kamu, Raksa. Bibi kamu ini juga setiap bangun tidur menangis terus. Dia lihat orang tua kamu lagi sedih. Kamu gak pingin memangnya bikin mereka tenang di sana, hmm?" timpal Andra.

"Takutnya Raksa malah ngerepotin. Raksa beda, Bi. Raksa gak sempurna. Kalau nanti dia malu punya pasangan buta kayak Raksa, gimana? Lagian itu kan cuma mimpi. Dengan melihat Raksa masih hidup aja Mama sama Papa pasti bahagia kok di sana. Bibi sama Oom gak usah terlalu khawatir sama Raksa. Raksa bisa urus semuanya."

Begitulah Raksa Baskara. Lelaki dengan sejuta pesonanya itu keras kepala. Sangat sulit untuk membujuk Raksa. Kadang orang-orang terdekatnya harus menggunakan jurus jitu mereka masing-masing. Barulah Raksa akan menurut.

RAKSAZKA : the good wife behind the bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang