"Kita Laskar Dumbledore, Kita Ambil Alih"

162 30 0
                                    

Draco menarik tongkatnya dengan gerakan cekatan, dan seketika itu pula sebuah perlindungan tak terlihat menyelimuti mereka berdua. Hermione merasakan sedikit perubahan di udara, namun tetap fokus pada Draco yang kini berdiri di depannya.

“Aku perlu memberitahumu sesuatu yang penting,” kata Draco dengan nada serius. “Aku baru saja menerima balasan surat dari ibuku, Narcissa Malfoy.”

Hermione mengangguk, tidak terkejut bahwa Narcissa mengirimi surat. Ia tahu Narcissa akan melakukan apa pun demi Draco, anaknya.

Draco mengeluarkan surat tersebut dari saku jubahnya dan memberikannya kepada Hermione. Dengan tangan sedikit gemetar, Hermione membuka surat itu dan mulai membacanya. Matanya melebar saat ia menyerap setiap kata yang tertulis di sana.

“Tahanan Azkaban kabur?” gumam Hermione, terkejut dengan isi surat itu. “Ini… ini tidak mungkin.”

Sebelum Hermione sempat menyelesaikan kalimatnya, Draco menoleh dan melihat Harry berdiri di luar perlindungan itu, mencoba melambaikan tangan untuk menarik perhatian.

Draco menghela napas dan dengan cepat memudarkan perlindungan yang mengelilingi mereka.

“Dari mana saja kau, Pppotter?” tanya Draco, masih dengan nada serius.

Harry mendekat dan melihat surat yang dipegang Hermione. Hermione mengulurkan surat itu kepada Harry, yang langsung membacanya dengan seksama. Setelah selesai, Harry mengangguk, mengerti situasinya.

“Aku sudah meminta Ron untuk mengatur pertemuan di Ruang Kebutuhan,” kata Harry. “Ada yang ingin kubahas dengan kalian juga.”

Draco dan Hermione saling bertukar pandang, keduanya tahu bahwa pertemuan ini akan sangat penting. Mereka bertiga kemudian berjalan menuju Ruang Kebutuhan, membawa bersama mereka harapan dan kecemasan akan apa yang akan datang.

Begitu mereka memasuki Ruang Kebutuhan, Harry segera membuka suara. “Ada yang ingin kukatakan.” Ia mengambil tas kecil pemberian Hagrid di ulang tahunnya ke-17, meraba sesuatu di dalamnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas. “Rumah ini ada di Inggris Selatan, rumah keluarga Grey. Setidaknya tiga puluh tahun lalu.”

Padma yang turut hadir mengernyitkan dahi, heran. “Tiga puluh tahun?”

Harry mengangguk. “Selain itu, ada berita yang belum disiarkan Kementerian. Beberapa tahanan Azkaban kabur beberapa hari lalu, terutama para Pelahap Maut.”

Beberapa orang mengucapkan umpatan. Draco merasa kurang nyaman dan bergumam, "What the hell."

“Dementor juga berkeliaran di area Inggris Selatan,” lanjut Harry, membuat yang lain melongo. “Selain itu, McGonagall adalah orang terakhir yang mengunjungi Azkaban dua hari sebelum mereka kabur.”

Hermione tetap tenang, namun khawatir. “McGonagall? Apa maksudmu, Harry?”

Dean menggelengkan kepalanya dengan raut wajah terkejut. “Wow wow wow, Harry, tunggu sebentar. Kau memberikan terlalu banyak informasi sekaligus. Aku tidak bisa memproses semua ini. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Harry menatap mereka dengan tegas. “Kita harus mencari tahu apa yang terjadi di sana. Ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, dan kita harus siap. Kementerian tidak akan mengambil tindakan untuk hal ini karena Hogwarts memiliki peraturan sendiri, dan Kementerian belum melihat bahaya yang datang. Mereka menganggap Axel terlalu kecil untuk melakukan semua itu.”

“Terkadang aku pun berpikir kenapa kita mencurigai Axel. Aku merasa tak mungkin ia melakukan hal itu,” kata Seamus.

“Ya, sebelumnya aku pun berpikir begitu,” jawab Neville. “Aku pikir ini hanya kenakalan biasa.”

MINE : DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang