7. Johnny (01) 🔞

18.3K 139 0
                                    

Semester 6, Renjun harus menjalani masa magang di perusahaan yang memilih mereka. Renjun bersama 3 orang temannya terpilih untuk menjalani masa magang di perusahaan periklanan.

Tugas mereka mudah. Hanya menggambar design yang diberikan oleh atasan mereka. Itu yang mereka pikirkan.

Realitanya, mereka harus mengerjakan tugas karyawan tetap dan dimarahi habis-habisan oleh atasan. Yang paling sering memarahi anak-anak magang itu adalah Johnny, asisten manager Marketing.

"Kapan designnya selesai? Klien kita udah nunggu loh!" Ia menghentakkan dokumen ke atas meja.

"Akan kami selesaikan segera Pak," cicit ketua kelompok kami.

"Ya sudah, sana! Awas kalau kelamaan."

Meski berwajah tampan, Johnny sangat menyebalkan. Leader muda itu lebih sering memarahi mereka ketimbang menjelaskan pekerjaan mereka.

Puncak kekesalan Renjun adalah saat Johnny menyuruhnya datang membawa design yang sedang ia kerjakan. Di hari sabtu! Dan ke apartemen pribadinya!

Sambil mengomel, Renjun melangkahkan kakinya ke alamat yang diberikan pak Johnny.

Johnny mempersilakan Renjun masuk ke ruang kerjanya. Pandangan Renjun tertuju pada foto besar yang terpajang di dinding. Itu adalah foto pernikahan pak Johnny dan istrinya.

"Istri bapak kemana?" Tanya Renjun basa-basi. Ia menyerahkan design yang ia buat agar diperiksa pak Johnny.

"Di kampung. Duduk!"

Pak Johnny ternyata tidaklah seburuk saat ia di kantor. Saat ini tak terdengar kemarahan yang ia lontarkan meski design yang dibuat Renjun salah lagi. Ia bahkan mengajari Renjun bagian-bagian yang harus diperbaiki.

"Kalau kaya gini tiap hari kan enak. Kerja juga nggak dapat tekanan," sungut Renjun saat pak Johnny sedang di dapur.

Tak lama, ia datang dan membawakan secangkir teh untuk Renjun. "Silakan diminum."

"Terima kasih Pak." Renjun menyesap sedikit agar menghargai tuan rumah.

Renjun disuruh mengerjakan designnya saat itu juga. Ia diiming-imingi uang dua ratus ribu.

Awalnya Renjun tak merasa curiga dengan sikap Johnny yang kelewat baik. Tak seperti biasanya. Sampai, ia merasakan dirinya agak kepanasan padahal AC sudah di atur sedingin mungkin.

Renjun curiga pak Johnny menaruh sesuatu di minumannya, tapi untuk apa. Saat ia menahan sensasi yang kuat itu, tiba-tiba Johnny meremas pelan bahunya.

"Kamu kenapa?"

"Enggak apa-apa Pak. Boleh nggak pak saya pulang dulu? Saya janji kerjakannya besok lagi. Hari senin selesai."

"Kenapa nggak hari ini aja?"

Renjun baru sadar bahwa ini ulah sengaja Johnny. Ia baru saja dijebak bosnya.

"Pak... Sa... Sayaa..." Gairah itu semakin besar. Renjun tak kuat menahannya.

"Mau dibantu?" Kaki Johnny menginjak gundukan milik Renjun, sesekali menjepitnya dengan jari kakinya.

"Euhmm..." Renjun mengeluarkan jurus andalannya. Tak ada yang tahan dengan suara desahannya.

"Bantu bapak ya." Dengan sangat enteng, pak Johnny mengangkat Renjun dengan memegang belahan pahanya, sambil meremas batang Renjun.

"Maaf ya Renjun, tapi bapak sungguh tak tahan lagi." Ia melepaskan pakaian Renjun sampai tak bersisa.

Tiga jari berhasil masuk ke lubang Renjun. Ia sampai menggigit bibirnya karena jari jemari Johnny yang besar mengubek lubangnya.

"Euhmm Pak, sakit."

"Sakitnya sebentar aja kok." Johnny memberi alasan. Kini kelima jarinya masuk ke dalam lubang Renjun dan melakukan gerakan buka tutup, seolah mencoba melebarkan lubangnya.

"Ehhmm ahhh Pak..." Renjun menggeliat kesakitan di atas kasur saat tangan Johnny memaksa masuk. "Ssa..eumm...kit Pak."

Johnny tak peduli. Ia asyik mengubek lubang Renjun.

"Paaakkk!" Jerit Renjun saat tangannya yang besar berhasil masuk. Rasanya seperti dua batang yang memaksa masuk. "Sakkiittt..."

"Benarkah? Baiklah." Johnny menarik tangannya dari lubang Renjun. Ia keluar kamar dan masuk kembali dengan buah timun.

"Bapak mau apa?" Masa ia berhubungan lagi dengan timun?

"Kamu tenang saja ya Renjun. Rasanya nikmat kok." Ia memasukkan timun itu perlahan ke dalam lubang Renjun yang menganga.

"Euhmmm Pak..." Renjun tak habis pikir, kenapa bukan terong pribadinya saja yang masuk.

"Sepertinya ini bukan yang pertama kali untukmu." Ledek Johnny melihat Renjun yang sudah kewalahan.

"Pak, bukankah bapak punya istri?" Tanya Renjun disela aktivitas mereka.

"Ya, kenapa? Mau jadi istri kedua saya?" Johnny sudah senang hanya dengan membayangkan itu.

Renjun menggeleng.

Johnny mengeluarkan timun itu dan mulai bermain dengan lubang yang mengedut pelan. Ia mengocoknya dengan tiga jari.

"Eumhhmmm..." Renjun menikmati.

Gerakan jari itu makin kasar dan Renjun menjerit kesakitan. "Pelan pak."

Johnny membalikkan tubuh Renjun agar menungging ke wajahnya. Lalu melumat lubang Renjun.

Renjun kaget dengan tindakan atasannya itu. Ini pertama kali baginya seseorang melumat lubangnya. "Eungmmmhh..." Hanya desahan yang keluar dari mulut Renjun. Sesekali Johnny menepuk permukaan lubangnya.

"Enakkan?" Johnny membiarkan Renjun istirahat setelah puas memakainya. Tubuh Renjun sesuai seperti yang ia bayangkan.

Selama masa magang itu, Renjun jadi mainan pak Johnny. Ia yang biasanya garang mulai melunak pada semua orang. Sepertinya alasan ia marah-marah karena kebutuhan seksualnya tidak tersalurkan.

Kehadiran Renjun membantunya. Ia lega bisa melepaskan hasrat fantasinya pada Renjun.

Setiap hari sabtu, Renjun akan menemaninya di rumah  dan membiarkan pak Johnny memakai tubuhnya untuk bersenang-senang. Satu hal yang Renjun sesali. Tak merasakan atau sekedar melihat batang pak Johnny.

Johnny selalu menghempaskan tangan Renjun saat mencoba memegang benda pusakanya.

"Aku kan pengen," protes Renjun suatu waktu.

"Memangnya tangan bapak kurang besar ya?"

Renjun berdecih kesal. Tangannya mah malah kebesaran di lubang Renjun yang sempit. Ia selalu kesakitan saat tangan pak Johnny memaksa masuk.

Namun perlu Renjun akui, permainan tangan pak Johnny adalah yang paling nikmat. Ia selalu tahu spot yang membuat enak.

BINAL 🔞 // Renjun HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang