Gloomy Day

129 26 0
                                    

Bandung, diguyur hujan sejak malam. Melvin melihat ke arah jendela kamarnya dengan tatapan sayu. Ia demam sejak semalam, mungkin karena cuaca Bandung yang berubah-ubah, atau memang karena ia kelelahan belajar.

Tangan kecilnya menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Hari ini ia absen dari sekolah karena demamnya tidak kunjung turun. Meskipun Melvin berkata baik-baik saja, Papi dan mami melarangnya untuk pergi, ia diharuskan istirahat seharian ini.

Melvin jarang sekali sakit. Ini demam yang muncul setelah tiga tahun ia tidak pernah terkena demam atau flu. Papi merawatnya dengan telaten semalaman. Papi tidak tidur menjaganya. Melvin hapal sekali itu. Karenanya, sebisa mungkin ia tidak akan bilang ketika tubuhnya mulai terasa lemah. Ia tidak ingin merepotkan papi.

Melven, adiknya yang paling kecil itu tubuhnya rentan sekali. Melven sering sakit sejak ia masih bayi. Melvin akan melihat mami dan papi menjaga Melven semalaman. Keesokan harinya, Melvin akan mendapati wajah mami dan papi yang lesu dan kurang tidur. Meski begitu, papi dan mami tetap tersenyum menutupi kelelahannya.

Melvin adalah seorang kakak. Melvin tahu benar bahwa urutan kelahirannya menjadikan ia harus lebih dewasa dan menjaga sikap. Melvin merasakan cinta yang berlimpah dari papi dan mami. Meskipun Melvin memiliki dua adik laki-laki. Ia tidak pernah merasakan perasaan iri dengki atau cemburu kepada mereka. Berbeda dengan cerita teman-temannya di sekolah.

Karenanya, meskipun usianya masih lima tahun. Melvin mengetahui tentang rasa syukur dan cinta. Melvin bersyukur di dalam hatinya, ia tidak mengalami kekurangan cinta dan perhatian seperti teman-temannya. Mami dan papi membagi cintanya sama rata kepada ia dan adik-adik.

Melvin tidak menyukai sekolah. Namun, ia juga tidak membencinya. Temannya cukup banyak di sekolah. Teman-teman perempuannya bilang, ia yang paling terlihat menarik. Entah apa maksudnya. Melvin belum paham seperti apa itu ketertarikan.

Ia kini melihat tas sekolahnya yang ditaruh mami di atas meja belajar. Tas hitam kulit tanpa ada gambar apapun disana. Melvin tidak suka hal yang ramai, ia menyukai kesederhanaan. Warna yang ia sukai juga lebih banyak ke arah gelap. Hitam, dark blue, dan royal blue adalah warna favoritnya.

Berbeda dengan teman-teman sebayanya yang memilih tas dengan desain menarik khas anak-anak, Melvin lebih senang semuanya polos. Namun, untuk tas polosnya itu, Melvin dengan senang hati menaruh gantungan hadiah ulang tahun dari papi. Gantungan yang ia taruh di resleting bagian depan, memiliki gambar siluet samoyed yang lucu.

Papi memberikannya ketika ia menginjak umur lima tahun, baru beberapa bulan yang lalu. Papi sengaja membuatnya khusus untuk Melvin. Ada namanya diukir kecil di belakang siluet samoyed. Melvin senang sekali, ia menyukai samoyed yang ia klaim mirip dengannya. Gantungan itu hanya ada satu di dunia. Desainnya papi yang buat dengan memikirkan Melvin yang tersenyum. Tapi memang gambaran papi tidak seindah bayangannya. Gambar samoyed itu bukan tersenyum, melainkan cemberut.

Itu pertama kalinya Melvin merasa memiliki rasa tertarik akan sesuatu. Ia menjaganya dengan sangat baik. Ia akan senantiasa membersihkannya setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Kini, tas hitam dengan gantungan itu tergeletak kuyu di meja belajarnya. Melvin rindu sekolah, Melvin rindu menghitung, Melvin rindu berbagi cerita bersama teman-temannya.

"Bang, gimana badannya sekarang? udah lumayan enak?". Mami rupanya yang membuka pintu kamar Melvin sehingga membuyarkan lamunannya tentang sekolah.

"Abang udah baik lagi mi. Badannya sudah ga lemas lagi"

"Abang pengen pergi sekolah ya?"

Melvin mengangguk cepat. Mami yang melihatnya menghela napas. Maminya tahu benar bahwa meskipun Melvin tidak suka sekolah. Ia menyukai rutinitas yang berkelanjutan. Anak pertamanya itu menyukai pengaturan yang jelas di dalam hidupnya. Melvin suka membuat jadwal, Melvin suka sekali memiliki kegiatan di setiap harinya. Semakin sibuk, ia semakin bersemangat. Seolah dirinya terlahir untuk itu. Menjadi seseorang yang bisa menata dan mengatur dirinya sendiri, bahkan orang lain. 

"Abang kan lagi sakit. Mungkin lusa baru bisa masuk sekolah. Sekarang, abang istirahat yang banyak, makan yang banyak, jangan pikirin pelajaran atau sekolah dulu ya". Maminya mengusap pucuk kepalanya halus penuh kasih sayang.

Melvin tidak bisa berkata apapun. Ia juga tahu bahwa ia belum benar-benar pulih. Namun, kata istirahat yang mami ucapkan juga membuatnya sedih. Ia ingin melakukan kegiatan, ia tidak ingin hanya terus terbaring.

"Kok cemberut bang?"

"Abang bosan tidur mi, abang bosan di kamar"

"Mami punya saran, abang mau dengar ga?"

"Mau, mami punya saran apa?"

"Abang ikut mami ke The El. Lebih seru lagi, gimana kalau kita ajak papi juga dan adik-adik. Anggap aja staycation. Abang kan bosan di kamar abang terus, gimana kalau kamarnya kita pindah ke hotel mami? kebetulan ini hari jum'at, besok papi dapat jatah libur"

Melvin mulai merentangkan senyuman di wajahnya. Melvin suka sekali pergi ke hotel mami, hotel The El. Melvin selalu bangga dan bahagia setiap kali diajak pergi kesana. Hotel yang berdiri itu hasil kerja keras maminya. 

"MAU! Abang mau pergi ke The El"

Maminya hanya tersenyum melihat kecerian kembali di wajah anak lelaki pertamanya. Melvin dan The El sudah seperti takdir. Setiap kali Melvin datang kesana, hotel itu seolah menyambutnya. Banyak tamu yang datang lebih banyak dari biasanya.

"Abang  siapin baju-bajunya sekarang ya, nanti mami siapin yang adik-adik dan bilang ke papi. Sebentar ya, biar mami ambilin koper kecil abang"

"Abang mau pakai tas ransel sekolah aja mi"

"Mau pakai yang itu aja?". El menunjuk tas hitam yang sedari tadi menjadi lamunan Melvin. 

"Iya, yang itu aja. Soalnya Melvin suka pakainya. Rasanya kaya mau go to school

Lagi-lagi, El tersenyum dibuatnya. Ia mengijinkan Melvin memakainya dan mengemasi barangnya kedalam sana. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KeyringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang