Hilang

97 23 0
                                    

Malam hari, campanulla restaurant terlihat begitu ramai malam ini. Mungkin karena ini hari minggu dan campanulla mengadakan live music yang mendatangkan beberapa penyanyi yang sedang populer.

Karaina, mama dan papa juga tidak ingin melewatkan momen live music ini. Kamar yang mereka sewa sudah include dengan sarapan, makan siang dan makan malam mewah dari pihak hotel. Karenanya, mereka bisa masuk melalui jalur undangan resmi hotel untuk menikmati pemandangan kota Bandung ditemani dengan suara merdu dari live music.

Karaina duduk di kursi yang telah disediakan. Ia ditempatkan di vip room 2, restaurant yang berada di lantai paling atas itu menyajikan pemandangan indah malah hari, dimana lampu-lampu berkelap-kelip cantik.

Namun, Karaina justru tidak terlalu menikmati momen ini. Ia masih teringat dengan kejadian tadi pagi. Ketika ia ditinggalkan oleh anak lelaki di kolam renang, yang ia tahu memiliki nama 'den'. Karaina mengayun-ayunkan kakinya sembari duduk di kursi restaurant yang memang terlihat sangat besar untuk ukuran tubuh mungilnya. Ia membawa tangannya di depan dagu, menunggu mama dan papa di luar pintu kaca, mereka sedang berbincang dengan kolega.

Bosan, meskipun makanan banyak disajikan di mejanya. Karaina merasa bosan dan sedikit mengantuk. Pandangan Karaina teralihkan oleh wanita cantik yang membawa anak lelaki yang ia yakini si 'den' tadi pagi. Tak lama kemudian, ia juga melihat seorang pria tampan menggendong dua anak lelaki di lengan kiri dan kanannya. Dua anak lelaki itu mirip sekali dengan si 'den'. Mereka memasuki ruangan vip 1,  di sebelah ruangan yang Karaina tempati kini.

Karaina yang penasaran langsung beranjak dari duduknya dan membuka pintu. Mama yang melihat langsung meyuruhnya untuk masuk kembali. "ma, kakay mau muter-muter disini sebentar. Bosaaan, kakay janji ga jauh-jauh, tuh cuma sampai situ aja ya". Karaina menunjuk pintu ruangan vip 1. Ruangan vip ini memiliki kaca yang dapat menjadi buram agar privasi tidak terlihat, untuk vip yang Karaina tempati, ia tidak menyalakan fungsi kaca buram tersebut, sehingga ia bisa melihat dengan jelas lalu-lalang orang-orang dan juga si 'den'.

Karaina dengan kakinya yang mungil, segera bergegas untuk melihat ruangan vip 1. Dalam hatinya ia berharap dapat mengintip ke dalam sana. Sayangnya, bukan hanya sekedar mengintip. Yang ia dapati adalah tatap muka secara langsung dengan si 'den' yang baru saja keluar untuk membuka pintu ruangan.

Mata mereka bertaut, ada tatap dalam dan canggung disana. Mereka juga sempat membeku beberapa saat. Karaina hendak menghampiri si 'den', sebelum si 'den' dengan wajah yang ketakutan langsung menutup pintunya. Karaina yang terkejut dengan penyambutan dan penolakan yang sangat jelas itu terhenti tepat di depan pintu. Ia melihat semua kaca menjadi buram kini. Ia bergumam "memangnya ia lihat apa? apa aku mirip hantu? nyebelin".

Karaina menggerutu kecil, hatinya masih kesal. Ketika ia menunduk sedikit ke bawah karpet, ia melihat benda berkilauan. Itu gantungan kunci samoyed milik si 'den'. Karaina samar-samar teringat, si 'den' tadi membawa tas di punggungnya, mungkin ini tersangkut dan terjatuh ketika si 'den' menutup pintu dengan terburu-buru.

Karaina mengambilnya, ia hendak mengembalikannya ketika hatinya mengingat lagi kejadian tadi. "Huh, ga akan aku balikin! rasain deh hilang. Wleee". Karaina berlalu menuju ruangannya kembali, ia menggenggam erat gantungan samoyed itu di tangan kanannya. meremasnya kuat karena ia kesal, hingga tangannya terasa nyeri karena gantungan itu memiliki bahan yang benar-benar kokoh dan keras.

Karaina membayangkan wajah panik si 'den' ketika gantungannya hilang. Ia pasti kesal,  Karena, jika itu terjadi pada dirinya sendiri, Karaina pasti akan menangis bermalam-malam. Terlebih, jika yang hilang adalah gantungan kucing miliknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KeyringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang