05

450 20 8
                                    

Malam ini cuaca sepertinya akan hujan karna semua bintang di tutup oleh awan hitam.

Pasangan suami istri ini sedang berada di balkon kamar mereka, mereka memperhatikan langit yang petang,

"Kenapa bintangnya sembunyi ya? Kan aku jadi gak bisa liat bintang-bintangnnya" tanya Mala yang membuat Rakha terkekeh gemas.

"Tau gak kenapa bintangnya sembunyi di balik awan?" Mala menggeleng, lalu sedikit mendangahkan kepalanya agar bisa melihat wajah Rakha.

"mereka minder, karna wanita di samping aku lebih indah dari mereka" gombal Rakha merangkul pundak Mala.

"Gombalnya basi!"

"Oo, udah basi ya? Gak papa sih, yang penting cintanya Mala ke Rakha gak pernah, dan jangan sampe basi" gombalnya lagi dan menghadap pada wanita yang ada di sampingnya.

"Kamu jahat kha!" Rakha mengernyit.

"Jahat?"

"Kamu jahat, kamu udah buat aku terjebak dalam cinta kita" Rakha menghela nafas lega.

"Huf, kirain apa,"

"Kamu tau gak sih sayang?" Mala menggeleng, "kamu itu bagaikan bulan, dan aku adalah bintang, selalu ada untuk bulan, dan gak akan pernah terpisahkan, kecuali memang kita udah diambil sama yang maha kuasa"

"Kamu tau?" Kali ini Mala yang bertanya. "Kalau, ruangan tanpa lampu itu gelap, sama kayak aku tanpa kamu, dunia mungkin terasa berhenti berputar, rasa percaya diri juga mungkin akan menghilang, cuma sama kamu aku bisa kayak gini, mungkin banyak orang di luaran sana yang gak suka sama aku, tapi aku percaya mereka pasti akan berhenti jika sudah lelah,"

"Mal, aku berharap kalau nanti aku yang pergi duluan, aku gak mau kalau harus kamu, aku gak sanggup hidup tanpa kamu, kamu wanita kedua yang paling istimewa dalam hidup aku setelah bunda aku"

"Kamu pikir kalau aku tanpa kamu bakalan kuat?" Rakha diam, ia tak tau harus menjawab apa lagi,
"Aku juga gak akan kuat kha, kamu itu rumah aku, cukup sudah aku kehilangan sosok ibu, aku gak mau kalau aku juga akan kehilangan kamu dalam hidup aku, aku mohon, kamu jangan pergi dulu dari aku, kalau memang salah satu dari kita akan pergi lebih cepat nantinya, aku berharap itu aku." Rakha menggeleng cepat.

"Aku gak mau itu terjadi mal, aku berharap kita sehidup semati ya, aku mohon jangan tinggalin aku" Rakha memeluk tubuh Mala

"Aku juga berharap kayak gitu Rak, tapi jika itu takdir, kita bisa apa? Siapa kita ingin melawan takdir yang sudah ada? Yang sudah Allah siapkan jauh sebelum kita di lahir kan?"

Rakha diam, ia tak merespon apapun, ia tidak sanggup mendengar ucapan ucapan Mala yang begitu menusuk dalam hatinya, ia tak mau jika harus di tinggal pergi oleh Mala.

"Yaudah sekarang kita tidur aja ya?" Ajak Mala, Rakha mengangguk lalu mereka berdua masuk ke dalam kamar dan menidurkan badan mereka ke kasur.

Rakha tak langsung tidur, ia masih teringat yang Mala ucapkan tadi, memang, kehilangan sosok ibu itu sulit. Tapi ia juga tak bisa melakukan apa apa.

Mala membuka sedikit kelopak matanya, ia melihat Rakha yang masih asik Menatapnya, akhirnya Mala membuka matanya tidak terlalu lebar.

"Kok belum tidur?" Tanya Mala, Rakha menggeleng.

"Aku pingin liat wajah kamu dulu, kalau udah puas baru aku tidur" jawab Rakha lalu membelai rambut Mala.

Mala selalu merasa nyaman jika Rakha melakukan itu, ia merasa jika ada tangan kekang yang mengelus kepalanya itu membuatnya semakin merasa mengantuk.

Beberapa detik akhirnya Rakha mendengar hembusan nafas teratur dari istrinya, ia yakin pasti Mala sudah tertidur, karna merasa mulai mengantuk Rakha juga ikut memejamkan matanya, dan menyusul Mala ke alam mimpi.

suami manjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang